Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masihkah Kita Memerlukan Puisi?

21 Juli 2017   08:58 Diperbarui: 21 Juli 2017   09:22 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Sesudah mencintai tanpa henti, tapi mencintai tak sanggup disudahi. Mencintai tetap abadi meski dalam sunyi, tetaplah mencintai, walau tanpa puisi. 

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Jika rindu tak rampung, jika rindu tak pernah kembali. Jika rindu berubah sedak. Seperti dalam pertarungan, rindu adalah pemenang, tanpa hadiah. Rindu ibarat pekerja tanpa imbalan, dan ia terhempas tak berdaya, ditelan ganas pertemuan, lesap di buramnya tatapan. Tapi rindu tak pernah tobat, ia terus kembali, rindu tak pernah moksa, maka ia tak memerlukan puisi. 

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Setelah berpeluh di perdebatan panjang, mengurai kusut pengertian-pengertian kehidupan. Menyeka keringat di lelahnya perjalanan. Lalu, mencipta beberapa puisi

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Demi mengurai kebuntuan komunikasi

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Di simpang waktu penuhi janji, diantara tekad dan ragu menunggu luruhnya hati. 

Masihkah kita memerlukan puisi? 

Untuk kita dan diri sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun