Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Sesudah mencintai tanpa henti, tapi mencintai tak sanggup disudahi. Mencintai tetap abadi meski dalam sunyi, tetaplah mencintai, walau tanpa puisi.Â
Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Jika rindu tak rampung, jika rindu tak pernah kembali. Jika rindu berubah sedak. Seperti dalam pertarungan, rindu adalah pemenang, tanpa hadiah. Rindu ibarat pekerja tanpa imbalan, dan ia terhempas tak berdaya, ditelan ganas pertemuan, lesap di buramnya tatapan. Tapi rindu tak pernah tobat, ia terus kembali, rindu tak pernah moksa, maka ia tak memerlukan puisi.Â
Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Setelah berpeluh di perdebatan panjang, mengurai kusut pengertian-pengertian kehidupan. Menyeka keringat di lelahnya perjalanan. Lalu, mencipta beberapa puisi
Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Demi mengurai kebuntuan komunikasi
Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Di simpang waktu penuhi janji, diantara tekad dan ragu menunggu luruhnya hati.Â
Masihkah kita memerlukan puisi?Â
Untuk kita dan diri sendiri