Mohon tunggu...
Hastomi Al Furqoni
Hastomi Al Furqoni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Civil engineer. Menyukai hiking dan traveling. Tinggal di kota hujan, selatan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bogor, Riwayatmu Kini

26 Agustus 2013   10:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:48 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu saya kecil, sekitar tahun 1994 saya sering diajak oleh Ibu saya berbelanja di pasar Ramayana. Pasar Ramayana yang saya maksud sekarang telah menjadi Bogor Trade Mall (BTM). Pasar Ramayana dalam ingatan saya adalah pasar yang menjual beraneka kebutuhan dapur dari sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur, daging, ikan. Saya ingat saya harus menggunakan sepatu boot agar kaki saya tidak kotor karena beceknya pasar itu.

Beberapa tahun kemudian terjadi kebakaran hebat yang menghabiskan pasar tersebut. Sejak terjadi kebakaran itu, pasar itu terbengkalai. Dindingnya yang hitam menjadi pemandangan rutin saya jika naik angkot 03 dari rumah saya di Cikaret menuju Ramayana.

Pada tahun 2004 dibangun Bogor Trade Mall. Membaca koran lokal, pembangunan BTM awalnya tidak berjalan dengan mulus karena masalah sengketa tanah. Selain sengketa tanah, pembangunan BTM juga berpotensi mengganggu transportasi karena wilayah itu merupakan wilayah padat dimana angkot 03 jurusan Ciapus-Ramayana berakhir. Entah apa yang terjadi, namun pembangunan BTM tetap dilanjutkan.

Yang mengejutkan adalah setelah selesai pembangunan BTM Pemkot mengeluarkan kebijakan bahwa jalan raya Empang yang awalnya satu arah (dari lapangan Empang ke Ramayana) dijadikan dua arah. Hal ini bisa dipastikan adalah permintaan pemilik BTM karena apabila jalan Empang satu arah maka akses masuk dan keluar BTM lebih terbatas. Selain itu trayek 03 pun diubah sehingga tidak melewati jalan tersebut. Dengan diubahnya trayek itu maka trayek 03 menjadi memutar sehingga perjalanan lebih lama. Para pengguna angkot yang ingin menuju Pasar Bogor lebih memilih turun di Empang dan dilanjut berjalan kaki. Walaupun para supir angkot 03 sempat mogok beberapa hari saat kebijakan itu dikeluarkan namun Pemkot tetap bergeming.

Pasar Tumpah

Kalau sempat meluangkan waktu untuk berjalan-jalan pada dini hari di Jalan Suryakencana, maka akan terlihat pemandangan yang menakjubkan. Jalan Suryakencanamulai dari depan BTM, pintu masuk Kebun Raya Bogor hingga depan Bogor Plazadipenuhi oleh pedagang yang menggelar lapak-lapak mereka. Lampu-lampu (entah darimana sumber listiknya) menerangi barang-barang dagangan yang diletakkan di atas terpal di atas jalan. Sayur-mayur, rempah-rempah, daging, ikan dan berbagai kebutuhan sehari-hari memenuhi sepanjang jalan itu. Praktis pada jam-jam tersebut jalan Suryakencana tidak bisa dilewati.

Pasar tumpah ke jalan karena Pemkot tidak menyediakan tempat yang cukup untuk para pedagang tradisional ini. Lahan pasar Ramayana misalnya, yang dulunya adalah pasar sekarang telah menjadi mall BTM. Menghapus pasar tidak berarti menghapus para pedagang dan pembelinya karena bagaimanapun mereka membutuhkan tempat untuk hidup.

Pasar tumpah di Suryakencana hanya satu contoh saja. Sudah jamak pasar tumpah ini kita temukan di beberapa titik lainnya di kota Bogor. Pasar sebagai kebutuhan dasar masyarakat harus disediakan oleh Pemerintah.

Transportasi

Dosen saya pernah berkelakar, “Kalau saja Bogor dilihat dari ketinggian, maka akan terlihat hijaunya kota itu. Sayangnya bukan karena taman atau Kebun Raya Bogor-nya, tapi karena jalannya yang sesak oleh angkot yang berwarna hijau”.

Bogor selain kota hujan kini dikenal dengan kota sejuta angkot. Angkotnya luar biasa banyak melebihi kebutuhannya. Berlebihannya jumlah angkot di Bogor dapat kita lihat dengan jelas. Jika kita tengok kemacetan di siang hari, misalnya di depan pasar Bogor atau Merdeka, maka kita akan mendapati bahwa mayoritas angkot tersebut tidak penuh. Hanya dua tiga penumpang yang ada dalam angkot-angkot tersebut.

Saya selalu bertanya-tanya apa sulitnya mengurangi jumlah angkot. Berlebihannya jumlah angkot bukan hanya menyebabkan kemacetan tetapi juga mengurangi pendapatan para supir angkot. Tingkat keterisian (occupancy) yang rendah karena supply angkot melebihi demand menyebabkan penghasilan para supir angkot menjadi rendah. Penghasilan yang rendah menjadikan para supir ini saling berebutan penumpang untuk memenuhi setoran dan memicu konflik antar sesama supir di jalanan.

Angkot di Bogor adalah moda transportasi yang tidak memiliki aturan. Mereka bisa seenaknya berhenti dimana saja, dan bisa seenaknya ngetem dimana mereka mau. Mereka seenaknya berhenti di jalan dan menghalangi kendaran-kendaraan di belakangnya. Mereka bisa keluar jam berapa saja dan pulang jam berapa saja tergantung mood sang supir. Sungguh mencengangkan bahwa Pemkot menyerahkan urusan transportasi kota Bogor kepada supir-supir angkot itu.

Alhasil masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi seperti mobil dan motor. Motor yang saat ini sangat murah mulai memenuhi jalanan kota Bogor. Motor yang secara biaya lebih murah daripada angkot dan dianggap dapat mampu melewati kemacetan menjadi primadona warga. Pertumbuhan ekonomi yang menumbuhkan jumlah kelas menengah menyebabkan pertumbuhan kepemilikan mobil pun meningkat. Kalau ini dibiarkan maka jalanan akan penuh dengan kendaraan pribadi dan kemacetan akut tidak bisa dihindari.

Kenyataan bahwa kota sepadat kota Bogor masih bertumpu pada angkot sebagai sistem transportasi utamanya adalah sesuatu yang mengherankan. Pemerintah harus segera membangun sistem transportasi yang massal dan nyaman bagi warga kota Bogor.

Pariwisata

Bogor dengan udara sejuknya memiliki daya tarik tersendiri. Setiap kali saya turun di stasiun Bogor, udara sejuknya seakan menyambut saya yang lelah setelah bekerja. Udara sejuknya sulit untuk dijelaskan, harus dirasakan: kombinasi antara suhu yang rendah tapi tidak dingin, kelembapan yang pas dan angin sepoi-sepoi. Apalagi di tambah pemandangan Gunung Salak yang bisa dilihat di sisi Selatan stasiun, membuat masalah-masalah sejenak terlupakan.

Bogor dengan berbagai keunggulannya memiliki potensi pariwisata yang besar. Dengan semrawutnya seperti saat ini saja kita masih sering melihat wisatawan asing berjalan-jalan di tengah kota. Bayangkan apabila pariwisata di kota Bogor dikelola dengan baik, maka wisatawan akan semakin banyak yang datang dan tentu akan meningkatkan perekonomian kota Bogor.

Salah satu usaha yang mudah untuk meningkatkan pariwisata adalah penyediaan informasi yang lengkap bagi para wisatawan. Misalnya di stasiun Bogor dibuat informasi yang lengkap mengenai apa saja pariwisata yang ada di kota Bogor dan dengan moda transportasi apa lokasi-lokasi tersebut bisa dicapai. Dengan informasi yang lengkap membuat wisatawan dengan mudah menikmati pariwisata di Kota Bogor.

***

Pembangunan kota Bogor selama dua periode sebelum ini tidak jauh dari: pembangunan jalan, pelebaran Jalan, pembangunan Hotel dan Mall. Pembangunan jalan bukan solusi bagi transportasi kota Bogor, karena hal tersebut akan memicu pertumbuhan kendaraan pribadi. Pertumbuhan kendaraan pribadi yang jauh di atas pertumbuhan jalan menjadikan selebar apapun jalan raya dibangun maka akan tetap mecet juga. Pemerintah harus membuat sistem yang membuat masyarakat lebih memilih transportasi umum daripada kendaraan pribadi. Salah satu caranya adalah selain mengurangi jumlah angkot yang sangat berlebihan, pemerintah harus menyiapkan sistem transportasi yang lebih teratur daripada angkot yang tanpa aturan.

Pemerintah pun harus merapikan fasilitas-fasilitas publik seperti terminal dan pasar tradisional. Kita lihat saat ini terminal-terminal di Bogor sangat jauh dari kesan rapi dan bersih. Terminal begitu semrawut, becek dan penuh dengan PKL dan calo-calo angkot membuat calon penumpang tidak nyaman. Tumpukan sampah dapat kita temukan dimana-mana. Begitu pun pasar tradisional yang semrawut seperti tanpa aturan membuat para pembeli tidak nyaman. Akibatnya kelompok menengah lebih memilih berbelanja di mall yang lebih nyaman walaupun harganya lebih mahal.

Pemilihan wailikota Bogor akan berlangusng tanggal 14 September 2013 mendatang. Semoga siapun walikota yang terpilih nanti bisa membuat kota Bogor menjadi kota yang nyaman sebagai tempat tinggal dan juga kota yang nyaman bagi para wisatawan. Bogor adalah kota yang terlalu cantik untuk dibiarkan semrawut.

Semoga!!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun