Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Monster

20 Maret 2020   02:29 Diperbarui: 20 Maret 2020   02:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://banjarmasin.tribunnews.com

Aku Lina. Umurku masih 9 tahun , duduk di kelas tiga. Aku termasuk anak yang ceria. Sungguh semua anak suka dengan aku karena aku selalu membawa kegembiraan saat bersama mereka. Dan aku suka sekali sekolah. Mengapa? Karena bu Dila.

Guruku yang imut ini pandai sekali bercerita, pandai mengambil hati anak-anak dan menerangkan . Bahkan bu Dila bakal sabar kalau ada anak-anak yang gak mengerti. Bahkan bu Dila di jam istirahatpun mengajarkan bagi mereka yang belum mengerti. Jadi tahu kenapa ya aku suka sekali sekolah. 

Makanya aku tak perlu lagi belajar di rumah. Karena materi sudah aku pahami . Membayangkan belajar sama mama di rumah, aku malah ingin muntah. Mama galak dan gak sabaran dan tiba-tiba saja akan keluar tanduk di kepalanya. Mulutnya ngoceh terus tak ada hentinya. Sungguh aku gak pernah mau  belajar sama mama.

Aku menjerit keras saat bu Dila mengumumkan kalau dua minggu ke depan anak-anak belajar dari rumah. Ini karena ada wabah Corona. Instruksi akan lewat grup WA orangtua. Apa? Aku mulai lemas. 

Belajar sama mama? Oh, tidak. Membayangkan saja aku tak mampu tapi ini kenyataan yang harus aku hadapi. Aku hanya anak perempuan 9 tahun yang tak punya pilihan lagi, ini semua gara-gara Corona. Dua minggu loh. Bukan waktu yang sebentar bagiku untuk berhadapan dengan mama. 

Mama gak sabaran, pasti bakal marah-marah terus. Belum Reno yang bakal gangguin aku.  Aku sodorkan pemberitahuan ke mama. Aku melihat mama mengerutkan keningnya.

            "Wah, jadi kamu harus belajar dari rumah, Lina. Bagus. Mama bisa bantu kamu,"tukas mama. Suara pelan mama bagiku seperti palu yang menimpa kepalaku. Kepalaku tiba-tiba saja jadi pusing.

            "Tapi ma, aku bisa belajar sendiri kok,"tukasku.

            "Ah, mana bisa. Ini kan masih baru, biar mama yang ngajarin saja. Gini-gini mama selalu juara kelas loh,"tukas mama .

Hari pertama aku lalui dengan segala penderitaan. Bukannya belajar tapi selalu diisi dengan banyak perdebatan. Entahlah hari pertama apa yang aku pelajari juga tak tahu. Mama kadang sok tahu sih. Padahal di mbah google bukan seperti itu.

            "Kamu juga jangan sok tahu, mama yang lebih tahu. Kamu tinggal denger saja,"tukas mama mulai marah. Aku cuma manggut-manggut saja. Saat mama  sedang tak ada, aku ganti jawabannya. Hari pertama sungguh melelahkan. Dan hari demi hari tanduk mama semakin banyak dan tinggi saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun