Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Cacing-Cacing Kepanasan

7 Desember 2018   02:45 Diperbarui: 7 Desember 2018   04:49 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :www.pixabay.com

Cacing-cacing mulai tertawa lagi, saat mulai ada makanan masuk lagi dalam perut buncit milik pak Sastro. Mereka pesta pora. Mereka menari-nari sambil memakan apa yang dimakan pak Sastro. Sunguh begitu menyenangkan. 

Hampir setiap hari mereka berpesta pora. Bahkan sampai mabok kekenyangan. Tak pernah lagi mereka kelaparan. Masih teringat saat pak Sastro belum punya jabatan, masih kroco di kantornya. Mereka tak bisa pesta. Yang masuk hanya tempe busuk . 

Bahkan ikan yang sudah baupun masuk dalam perut pak Sastro. Mereka seringkali muntah karena makanannya tak enak. Kini mereka bisa tertawa puas, perut mereka kenyang dan tidurpun mereka nyenyak. Membuat lingkaran yang panjang dan menebal saat mereka kekenyangan.

Tapi entahlah mengapa kini terasa lain saat pak Sastro makan. Memang makanannya berlimpah dan enak-enak tapi perut mereka terasa penuh dan itu membuat perut mereka mual. Rasa enek mulai terasa di ulu hati mereka. Kenapa?  Beberapa cacing mulai sering muntah. Dan mulai kegerahan. Mereka mulai meliuk-liuk tak karuan. Saling bertubrukan dan banyak yang mulai mengeluh.

            "Sungguh panas hari ini. Dan perutku mulai mual lagi."

            "Benar. Aku kepanasan rasanya seperti di neraka. "

            "Dan makanan itu terus saja mengalir ke perut pak Sastro."

            "Stop! Hentikan. Jangan kau makan lagi Sastro. Kami sudah kepanasan. Perutmu penuh dengan makanan," teriak cacing. Tapi pak Sastro tak pernah mendengar suara-suara cacing dalam perutnya. 

Dia terus makan . Dia tahu , dulu dia harus puasa agar anak-anaknya bisa makan. Kini dia bisa sepuasnya makan. Terus makan. Pak Sastro masih yakin dia akan tetap ada di posisinya walau dia memakai cara curang. 

Tapi sekarang nasibnya berubah. Semua bisa dibeli termasuk makanan. Pak Sastro terus makan makanan enak. Dia tak mendengar cacing-cacing di perutnya sudah mulai memberontak. Cacing-cacing di perutnya semakin banyak setelah pak Sastro makan enak. Tapi cacing-caing itu sudah tak tahan lagi. Mereka mual kegerahan saking kebanyakannya.

Cacing-cacing itu mulai gak betah di perut. Perut sekarang tearsa penuh dan sempit. Belum lagi makanan yang masuk sudah membuat mereka mual. Satu persatu cacing mulai bermigrasi. Mereka pindah ke paru-paru, jantung, mata, hati, ginjal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun