Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kesepian Dalam Kesunyian

23 Maret 2013   17:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:21 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku berdiri dalam gelap. tersungkur dalam keheningan malam. berlarian dalam pikiran. terkapar oleh angin liar.

Aku melihat tiga bintang berdekatan. Bentuknya mirip anak panah sedang meluncur bak deburan ombak. Meluncur, memecahkan malam, meleburkan dingin malam, menghancurkan dinding keterpaksaan perasaan.

Aku masih kesepian. Sepi ini menerkam sampai dalam. Sakitnya mencuat dari raut muka yg sudah pucat. Lukanya tak berbekas bagai tapak kaki di pantai lepas. Terbawa ombak tanpa mempedulikan akan kemana bertepi kelak.

Daun kering,
batu kerikil,
bungkus rokok,
sampai bunga mawar berduri enggan menemaniku dalam kesunyian.

Peribahasa lama, 'Manikam telah menjadi sekam', sesuatu yg tidak berharga lagi. Jika dijaga akan tetap bernilai, tapi jika dibuka sudah tak bernilai.

Sepi membuatku kalap. Sunyi membuatku ingin bernyanyi. Angin malam bersiul ketika bertabrakan dengan daun didahan. Langkahku bertinjak di atas aspal. Menembus malam hingga gerbang kesunyian.

Tiga jam lagi tugasku selesai. Cahaya lampu jalan masih setia menemaniku.

Embun diatas rumput sudah mulai bermunculan. Ayam-pun sudah siap membangunkan. Matahari perlahan memperlihatkan fajarnya. Tidak seperti putri malu yang menguncup ketika dikecup.

Satu per-satu lampu tengah didalam rumah menyala. Tapi tidak meyadari, masih ada orang kesepian di luar. Bunyi mesin air terdengar bagai air terjun. Masih tidak menyadari, ada orang sedang bermain dalam sunyi.

Aku, seorang penjaga malam. Kesepian dalam kesuyian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun