Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

[Bisnis] Amerika Paham Isi, Indonesia Paham Intonasi

27 Januari 2016   16:00 Diperbarui: 27 Januari 2016   21:09 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - rapat bisnis (Shutterstock)

Suatu kali ada pertanyaan dari seorang teman komunitas di Boston dalam waktu senggang. Teman itu sekarang jadi salah satu motivator dan presiden direktur perusahaan properti di Indonesia, dan menerbitkan buku-buku motivasi yang sangat keren. Lulusan salah satu universitas terbaik di dunia yang selalu rendah hati dan mau belajar. Keren sekali menurut saya.

Anyway, pertanyaan dia menarik sekali. "Apa beda menjadi manajer di Indonesia dan di Amerika?" tanyanya. Saya dan teman-teman yang lain mencoba menjawab tapi tidak bisa memuaskan. Kemudian dengan jenaka dia menjawab, "Kalau di Amerika isi (content) dari pembicaraan itu penting, kalau di Indonesia intonasi lebih penting."  

Contohnya, dalam meeting di Amerika seoarang manajer bisa berkata, "Our business is facing a challenging moment, we need to tighten the seatbelt for this war. I hope everybody can work dilligently, watch our dateline, and don't fotget to be ontime at work" (Terjemahan: bisnis kita sedang mengalami masa-masa sulit, kita perlu siaga dan siap untuk berperang menghadapi tantangan ini. Saya berharap semua dapat bekerja rajin, menjaga tenggat waktu proyek, dan jangan terlambat waktu kerja). Kalau di Indonesia, manajer yang sama harus mengubah frasa sebagai berikut, "Lu ngapain telat terus, bisnis lagi sulit tahu, mana molor terus tuh proyek." Kami pun tertawa. Intonasi lebih penting dari isi di Indonesia. Benarkah?

***

Cerita di atas adalah cerita 10 tahun yang lalu. Tapi cerita itu selalu menjadi catatan penting di benak saya. Setelah 10 tahun, saya bisa mengatakan bahwa to some extent, moral cerita itu benar. Gaya manajemen di Indonesia memang beda dengan standar "bule". Di perusahaan internasional, perbankan, dan perusahaan yang besar mungkin sudah mirip yang di Amerika, tapi untuk UKM dan perusahaan kecil lainnya, ada gaya manajemen yang harus diubah supaya Indonesia bisa menang dalam pertarungan global.

Saya mencoba memformulakan dalam Matrix Gaya Manajemen untuk memetakan gaya manajemen yang profitable dan low cost. Gambar berikut memperlihatkan 4 kuadran gaya manajemen 1) Birokratif 2) Obyektif 3) Subyektif 4) Destruktif. 

Gaya BIROKRATIF menekankan kepada melakukan yang benar tapi tidak efisien. Berkutat dalam membuat aturan dan kebijakan tapi tidak eksekusi dengan baik. Arah perusahanan atau unit bisnis sudah benar tapi sayang karena tidak efesien maka menjadi benalu bagi perusahaan Kalau gaya ini diterapkan di departemen produksi masih bisa diterima, terutama untuk memegang kontrol kualitas.  

Gaya OBYEKTIF adalah gaya yang memadukan efektif dan efesien dengan seimbang. Manajer yang mampu melakukan ini layak dipromosikan lebih lanjut. Ada satu kata di bahasa Inggris yang Indonesia tidak ada EFFICACOIUS yang artinya having the power to produce a desired result or effect. Sangat produktif dan selalu menjaga efisiensi.

Gaya SUBYEKTIF adalah gaya manajemen yang banyak di Indonesia. Coba-coba, dan berani mengubah banyak hal tanpa pertimbangan jangka penjang. Tidak begitu ambil pusing dengan efektivitas, tapi sangat efisien. Gaya trial and error ini sebenarnya di jangka panjang sangat costly. Kelihatannya saja hemat, tapi karena tidak melalukan yang benar maka harus mengubah arah bisnis, yang pada akhirnya sangat mahal harganya.

Gaya DESTRUKTIF adalah gaya manajemen hit and run. Tidak perduli benar atau tidak. Tidak perduli efesien atau tidak yang penting untung dulu. Setelah itu tinggal, dan coba yang lain. Kalau ini dilakukan dalam perusahaan, gaya ini adalah kanker yang bisa menyedot semua sumber daya perusahaan. Tidak ada cara lain, harus dipotong.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun