Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi| Hawa Nafsu

14 Juli 2017   23:26 Diperbarui: 15 Juli 2017   07:21 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenapa tidak kau jilati saja kemaluanmu dengan lidah api yang tersimpan dalam mulutmu itu.

Barangkali nanti gairah nafsumu akan lebih menyala di keheningan malam yang paling durjana.

Jiwamu akan meregang, matamu merah menyala melelehkan lahar yang akan sulit di padamkan dengan air doa.

Lalu perlahan-lahan tumbuhlah tanduk di kepalamu yang siap menyeruduk bagai banteng yang haus amarah.

Kamu tak akan mengenal siapa dirimu lagi, kamu berubah menjadi api yang paling di takuti iblis. 

Musuhmu hanya satu, dirimu sendiri, dan Tuhan tak lagi nampak di kedua pelupuk matamu, malaikat berhamburan ketakutan.

Kamu terus menjerit, mengerang, menyakiti hati dan jantungmu sendiri.

Kemudian di dadamu tumbuh lubang seumpama lubang hitam yang paling dalam, sinar apapun tak akan sanggup menerangi.

Tenggelam terus tenggelam ke dasar kawah yang bergolak, mendidihkan apa saja yang kau pegang.

Semua seperti tanpa penyesalan, setan dan iblis terbahak-bahak, memainkan tabuh genderang menari telanjang.

Engkau pun telanjang dengan tubuh yang merah terbakar dan hawa nafsu itu menyelimuti seluruh ragamu yang kian hitam.

Keyakinanmu akan hilang di renggut hawa nafsumu sendiri dan kau tak akan mampu bedakan antara hidup dan mati.

handypranowo

110717

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun