Mohon tunggu...
Imam Syahid
Imam Syahid Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa SBMPTN Benar-benar Adil?

5 Juli 2017   21:24 Diperbarui: 5 Juli 2017   21:54 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang ini, keadilan memang hal sulit yang bisa kita dapatkan. Kita tidak bisa hanya berdiam diri lalu berharap orang lain yang akan mendapatkan keadilan itu untuk kita. tidak. tidak bahkan untuk polisi, hakim, satpam?

Keadilan yang kita cari pada hari ini adalah kursi duduk di Perguruan Tinggi Negeri.

Banyak sekali yang bilang SBMPTN itu tentang bagaimana kamu berusaha. Bagaimana kamu bimbel hingga pulang tengah malam. Atau bagaimana kamu bisa mengisolasi diri kamu dari kehidupan sosial dan fokus belajar berbulan-bulan?

Apa memang seperti itu?

Saya rasa tidak. menurut saya jelas sekali semakin tinggi kapabilitas ekonomi keluarganya, semakin tinggi pula nilai yang bisa didapatkan di tes ini. loh, kenapa? karena mereka bisa membayar bimbingan belajar, dimana mereka bisa menyewa guru-guru dan mendapatkan jam belajar tambahan yang tidak orang lain dapatkan. apa dengan cara ini kita bisa mendapatkan keadilan? Orang-orang yang menyewa bimbel adalah orang-orang yang dipersiapkan-ditempa-dihajar dengan soal-soal SBMPTN, sedangkan yang miskin tidak.

Jadi SBMPTN ini bukan tentang siapa yang lebih pintar atau yang lebih siap menghadapi perkuliahan, tapi tentang siapa yang lebih siap mengerjakan soal.

Selain itu, mengetahui bahwa masa depan kita ditentukan oleh seberapa bagus kita dalam tes adalah tekanan yang sangat besar untuk anak 17 tahun. apalagi tes-nya hanya beberapa jam. ditambah ada beberapa pelajar yang memiliki ketegangan dalam tes walau hanya tes sehari-hari disekolahnya. jadi apa adil mengukur kepintaran hanya berdasar tes? ada cara lain seperti menulis esai atau mengukur cara pelajar dalam mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat dari sekolah.

Oke kita anggap kita cukup naif untuk berpikir bahwa tes adalah jalan satu-satunya, paling murah dan paling efisien untuk mengukur kepintaran siswa. lalu apa kesempatan yang diberikan oleh pemerintah bagi siswanya untuk melanjutkan ke tingkat perkuliahan sudah adil?

Kursi di PTN adalah tentang kesempatan. tentang bagaimana sila ke-5 pancasila benar-benar diterapkan. PTN seharusnya memperbanyak kursi, with as many hats thrown into the ring as possible. ketika pemerintah ingin mengedukasi rakyatnya, bukankah seharusnya kesempatan itu diperbanyak?

Apa 600 ribuan siswa yang tidak lulus benar-benar tidak mampu sehingga mereka tidak lulus? apa mereka bodoh sekali sehingga mereka tidak bisa lulus? saya yakin banyak yang pintar namun gagal lolos karena hanya berbeda sekian persen dengan yang lolos. nah kalau gini siapa yang salah? siswanya karena salah mengerjakan satu soal karena mungkin salah ngebuletin, atau pemerintah yang gagal menyediakan lebih banyak kursi PTN? (ini juga alasan tes ga adil. satu buletan soal yang salah bisa mengubah arah hidupmu 180 derajat)

Kita memperbanyak rumah sakit karena ingin lebih banyak pasien yang masuk ke rumah sakit. Tidak ada kan istilah "Yang sakitnya sampe mau mati, masuk. dbd tingkat ringan ga usah, nanti aja tahun depan" huek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun