Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Clairsentience

12 Juni 2017   13:35 Diperbarui: 12 Juni 2017   13:45 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nggak cocok lagi, ya?" keluh Denaya. "Padahal, dia kelihatan perfect gitu," lanjutnya.

Denaya benar. Laki-laki bernama Wisnu itu sempurna, tapi kelihatannya saja. Aku baru pertama bertemu dengannya dan aku sudah tidak suka. Tidak. Dia tidak kegenitan. Hatiku yang mengatakan kalau dia seseorang yang tidak setia.

Aku memang belagu. Baru pertama bertemu seseorang lantas aku tidak ingin menjalin hubungan, karena kata hati. Padahal, kata orang, kamu tidak akan tahu karakter seseorang kalau belum lama mengenal. Sayangnya, aku tidak seperti itu. Aku menyadarinya terlalu awal dan membuatku menjadi seseorang yang terlalu pemilih.

Dalam urusan pertemanan, aku juga pemilih. Tidak. Aku tidak memilih berdasar kesetaraan sosial. Namun, aku memilihnya dari segi kadar sisi positif dan negatif dalam dirinya. Aku tidak ingin tersakiti. Dalam berinteraksi, memang lumrah bergesekan pendapat, tapi aku ingin menjalani hidup tanpa kerikil. Luka itu sudah cukup bagiku.

"Sudahlah, Nay. Kamu nggak perlu lagi repot-repot comblangin aku," ujarku dengan senyum getir.

"Maaf ya, Kath," sesalnya lantas memelukk.

Aku membalas pelukannya, "No problem," ucapku. "Biarlah aku dapat penggantinya di umur berapa pun, asal dia orang yang baik."

Denaya langsung terisak. Ah, temanku---ralat, satu-satunya teman baikku sejak kecil ini memang orang yang melankolis. Dan baik. Dan setia kawan. Dan murah hati. Dan kebaikan lainnya. Sedikit kadar negatifnya. Makannya, aku memilihnya.

***

Hari ini pesta pernikahan Denaya. Dia menikah pada usia 25 dan dia sangat cantik dengan balutan kebaya modern berwarna peach itu. Suaminya tampan dan yang terpenting baik. Waktu Denaya mengenalkannya padaku, aku langsung bersimpati padanya dan menyarankan mereka agar segera menikah.

Denaya gadis yang beruntung, sementara aku tidak. Dia tidak pernah kehilangan, tapi aku ditinggalkan seseorang yang begitu aku cintai dan percayai. Selepas dia pergi, laki-laki yang mengisi kehidupanku selama dua tahun ini, paling banter bertahan satu bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun