Mohon tunggu...
Hamza Galih
Hamza Galih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KEBAKARAN LAHAN: KABUT ASAP DAN APP

2 November 2015   19:38 Diperbarui: 2 November 2015   21:00 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamza Galih dan Wawan Hadi

 

Sebuah gambar mengungkapkan seribu cerita, begitulah yang dikatakan oleh iklan Kodak yang terkenal. George Eastman sang pendiri perusahaan foto Amerika pasti tak pernah membayangkan bagaimana fotografi digital bisa berkembang pesat. Saat ini kita bisa menemukan perubahan lingkungan, sekaligus penyebab kabut asap sampai ke titik paling detail.

Karena itu, sulit bagi APP untuk membantah tanggungjawabnya atas kebakaran di atas konsesinya sehubungan dengan industri kayu antara PT Bumi Andalas Permai (BAP) dan PT Sebangun Bumi Andalas (SBA).

Pertanyaannya, seberapa banyak kesalahan perusahaan yang harus dipertanggung jawabkan, dan apakah kebakaran lahan tersebut disengaja? Dengan kata lain, apakah kebakaran tersebut merupakan hasil dari tindakan pembakaran yang terorganisir dan sudah menyebar luas? Kepolisian Indonesia berpikir demikian. Kepolisian sudah menuntut 235 kasus yang berkaitan dengan kebakaran yang disengaja. Kebakaran lahan juga sudah membuat para anggota parlemen menyerukan pengungkapan perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Kebakaran yang disengaja terhadap aset negara sudah menjadi momen politik.

Perbandingan foto satelit di sebelah kiri baru-baru ini menunjukkan ekosistem yang relatif sehat di bulan Juni 2015. Di bulan September tahun ini, asap tebal muncul di Sumatra Selatan. Foto satelit di sebelah kanan menujukkan warna kuning sebagai area konservasi, warna merah sebagai perkebunan, dan yang kecoklatan adalah lahan pertanian lain. Asap bisa dilihat dari jejak biru muda yang dimulai dari titik antara area dengan Nilai Konservasi Tinggi.

Buktinya jelas. Kebakaran disengaja terjadi di skala industri, namun alasannya tidak begitu jelas.Lagipula, kenapa sebuah perusahaan mau membakar konsesinya sendiri padahal baru saja ditanami 2 tahun lalu?

Untuk mencari jawabannya, kami berkunjung ke Sumatra Selatan dan menguji pertanyaan tersebut secara independen dan menginvestigasi apakah tuduhan-tuduhan yang dibuat LSM-LSM bisa dibuktikan. Hal ini dilakukan dengan pemikiran bahwa bencana ekologi ini terlalu dahsyat untuk dibiarkan.  

Kedua perusahaan tadi berlokasi di kecamatan Air Sugihan dan kecamatan Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatra Selatan, rumah bagi Asia Pulp & Paper dan anak perusahaannya Sinar Mas serta seluruh jaringan pemasok dan pemegang ijin konsesi yang menurut pejabat APP begitu banyaknya sehingga menyulitkan pengawasan akan kepatuhan terhadap hukum.

Beberapa tahun lalu, setelah kampanye ganas Greenpeace menyebabkan APP kehilangan 80% pasar Amerika, perusahaan raksasa Indonesia itu membuat kesepakatan dengan Greenpeace. Dalam sebuah wawancara, Phil Radford di malam sebelum dirinya meninggalkan Greenpeace mengatakan, “APP setuju bekerja bersama kami untuk mengubah peraturan”, pesan itu terus berulang setiap pejabat APP tampil di hadapan kamera atau di media cetak. APP berada dalam belas kasihan Greenpeace dan dalam sebuah wawancara online berdurasi satu jam, pesan tersebut seperti menghilang dalam pengakuan rasa bersalah. Makin banyak yang menyalahkan APP sebagai perusahaan pelaku kejahatan.

Ini bukan pertama kali LSM menunjuk Asia Pulp & Paper. Jikalahari yang dibiayai oleh pihak asing menunjuk PT Bumi Mekar Hijau dan menyebutkan analisis data satelit yang menunjukkan titik api di lahan konsesi pemasok APP, PT Rimba Perhutani di awal Juli tahun ini. Masalahnya, Jikalahari sendiri punya rahasia dengan pemimpinnya yang diidentifikasi terlibat dalam aksi radikal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun