Mohon tunggu...
hamdhani prasetyo
hamdhani prasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Seorang yang peduli akan kisah

Sarjana Komunikasi Universitas Bung Karno Jakarta dan Desain Komunikasi Visual - Akademi Teknologi Grafika Trisakti, pernah menjadi Aktivis AMANAD UBK - Jarkot (2003), pernah bekerja sebagai Staff Shooting TVC di DRTV Innovation Store (2008), pernah bekerja di Indopos dan Tangerangonline (2009), Ketua Harian FRPBA (Forum Penanggulangan Bencana Alam), pernah menjadi aktivis Greenpeace Indonesia - 1st Action Boat Team (2007), Koordinator Nasional Posraya Indonesia, pernah bekerja sebagai web content Kepresidenan RI (Joko Widodo), kini berkecimpung di dunia asuransi sebagai Agency Development PT Asuransi Sinarmas (2011-2014) dan PT Sompo Insurance Indonesia (2015-sekarang), serta pemerhati sejarah Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Malaysia, Saudara Serumpun yang Sedang Sakit

12 November 2018   20:04 Diperbarui: 13 November 2018   12:58 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kondisi ekonomi Pemerintah Malaysia 2018 ini sedang tidak menguntungkan. Rasio utang negara pada Agustus 2018 lalu masih tercatat mencapai 51% dari GDP yang hampir menyentuh angka aman sebesar 55%.

Hal mengejutkan terjadi November 2018 ini yang membuat kondisi memburuk. Hutang negara Malaysia menyentuh 1 Triliun Ringgit atau 3.500 Triliun Rupiah atau 60% dari GDP, lampu merah dan sebuah rekor baru.

Nilai tukar Malaysia Ringgit terhadap Dollar AS juga semakin melemah, jika pada Agustus 2018 1 USD = 4,4 Ringgit, terkini sewaktu saya mengunjungi Malaysia (November 2018), nilai tukar 1 USD = 4,6 Ringgit.

PM terpilih Mahathir Mohammad tentunya cemas, terlebih melalui proses panjang selama kampanye hingga memenangkan pemilu. Dirinya berstrategi dengan anak buahnya yang dulu pernah dibuang, Anwar Ibrahim.

Secara Politik, keterpilihan PM Mahathir disambut gempita, namun secara ekonomi, monster buas mengancam.

Terkait terpilihnya PM Mahthir yang dibantu oleh Anwar, masyarakat Malaysia tau, dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Mahathir akan menjabat selama dua tahun awal dan sesudahnya Anwar yang akan naik menggantikan sebagai PM, lucu memang. Bagi Mahathir dua tahun jabatan akan coba dimaksimalkan, terlebih pada sektor ekonomi.

Prediksi kejatuhan ekonomi Malaysia pada masa PM Najib sudah terendus. Sebelum menjabat PM, Mahathir sudah terlebih dahulu bersedih dengan mengatakan "My Child is Lost,".

Bagaimana tidak, sebuah perusahaan otomotif Nasional Malaysia yang lahir darinya yakni Mobil Nasional Proton, harus diserahkan kepada Asing.

Pada 2017 pabrikan Cina DRB-Hicom menguasai 49% saham Proton yang berdiri sejak 1983. Proton kini harus rela melepas kebanggan Mobil Nasional 100% nya. Jauh lebih besar, Skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) pada masa PM Najib Razak yang terkuak kian menjatuhkan dengan dugaan penyalahgunaan dana sebesar US$ 4,5 miliar.

Pusaran berada pada pertanyaan, bagaimana cara 1MDB mengembalikan kembali dana talangan sejumlah tersebut kepada Pemerintah (kementerian Keuangan) sementara yang diminta tidak ada kas sama sekali.

Melihat kondisi tersebut, PM Mahathir akhirnya membatalkan dua Mega Proyek senilai US$ 20 Miliar dengan Cina yakni proyek East Coast Rail Link (ECRL) dan proyek pipa gas alam di Sabah. Mahathir mengatakan, proyek bakal ditunda hingga Malaysia benar-benar mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun