Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membela Keanekaragaman Indonesia

19 Mei 2017   05:39 Diperbarui: 19 Mei 2017   06:34 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - http://nasional.kompas.com

Indonesia terdiri dari keanekaragaman alam yang sangat melimpah.  Banyak jenis flora dan fauna, yang hanya bisa ditemukan di Indonesia dibandingkan negara lain. Begitu juga dengan kenanekaragaman suku dan budaya, tidak seperti yang dimiliki negara lain. Indonesia mempunyai ribuan suku yang tersebar di 34 propinsi. Itulah salah satu anugerah yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Indonesia. Dan karena keberagaman itu pula, masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk, multikultur, dan mengedepankan kerukunan antar umat.

Fakta bahwa kita beragama ini pada dasarnya sudah ada, sejak Indonesia sebelum merdeka. Meski beragam, kenyataannya ketika itu tidak pernah ada yang mempersoalkan. Bahkan, ketika Islam masuk ke Jawa melalui wali songo ketika itu, tidak pernah ada unsur paksaan. Islam justru bisa melakukan akulturasi dengan budaya lokal yang sebelumnnya sudah ada. Akuturasi itulah sebagai bentuk kerukunan antar umat. Ada jejak budaya Islam dan China, Islam dan Hindu, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dengan banyaknya perpaduan antar budaya itu, secara tidak langsung telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan keberagaman itu sendiri. Tidak ada tradisi menggusur dalam akulturasi budaya. Meski dalam perjalanannya masyarakat Indonesia berpenduduk muslim, hal itu bukan buah dari sebuah paksaan. Melainkan memang karakter Islam yang cinta damai, yang telah membuat masyarakat memilih memeluk Islam.

Sayangnya, Islam yang sejuk, yang cinta damai itu justru dimunculkan sebagai agama yang mengedepankan kekerasan oleh kelompok intoleran dan radikal. Kelompok seringkali melakukan ujaran kebencian dan tindakan intoleran, tapi selalu berlindung dibalik ajaran agama. Di kota-kota besar seperti Jakarta, dengan gamblang kita bisa melihat sepak terjang kelompok intoleran ini. Mereka seakan mendapatkan panggung, untuk melakukan segala bentuk aktifitasnya. Atas nama membela agama, mereka seringkali menyatakan orang lain salah ataupun orang lain kafir. Namun mereka tidak pernah introspeksi, bahwa yang mereka lakukan sebenarnya sangat intoleran dan membahayakan keberagaman Indonesia.

Menjadi tugas kita bersama, untuk tidak bosannya terus mengingatkan. Bahwa perilaku intoleran tidak baik. Atas nama apapun, perilaku intoleran justru akan lebih mendekatkan diri pada tindakan terorisme. Banyak contoh para pelaku terorisme, awalnya bergabung dengan organisasi radikal, setelah mendapatkan bibit pemahaman, mereka berani melakukan action. Ketika generasi muda yang ingin melakukan action itulah, seringkali diarahkan untuk melakukan ‘amaliyah’ seperti bom bunuh diri. Kalau sudah begini, siapa yang rugi? Tentu kita semua yang mengalami kerugian. Generasi penerus yang seharusnya punya masa depan yang cerah, justru mengakhirinya sendiri dengan cara meledakkan diri.

Stop sudah ujaran kebencian dan saling fitnah. Tidak perlu lagi mempermasalahkan si A si B, aku dan dia, muslim non muslim, rasional tidak rasional, dan segala macamnya. Kita semua sama, kita bersaudara. Mari kita jaga keanekaragaman negeri ini, dari tangan-tangan kotor piahk-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai keanekaragaman alam, suku dan budaya ini, rusak hanya karena ulah kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun