Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Nalar di Tengah Maraknya Kebencian

16 September 2017   10:42 Diperbarui: 16 September 2017   10:59 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari Bersatu - maribelajarppkn.blogspot.co.id

Apakah kita mengerti kalau Indonesia ini bukanlah negara konflik? Apakah kita sadar kalah tinggal di negara yang sangat mengedepankan toleransi? Kenapa pertanyaan ini perlu dilontarkan, karena saat ini marak sekali ujaran kebencian yang berpotensi memecah belah negeri ini. Kita semua sadar bahwa Indonesia merupakan negara yang besar, yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Karena itulah, Indonesia berpotensi terpecah jika keberagaman itu terus diganggu. Dan ironisnya, kondisi ini sengaja diinginkan demi mewujudkan kepentingan segelintir orang. Pada titik inilah, perlu kita merawat kesadaran, bahwa negeri ini akan hancur jika tidak dibentengi oleh generasi penerusnya.

Tuhan telah memberikan banyak anugerah bagi Indonesia. Keberagaman suku, bahasa, budaya dan agama telah membuat negeri ini penuh warna. Lalu, atas izin Tuhan YME, para pejuang telah berhasil merebut kemerdekaan setelah 350 tahun dijajah oleh penjajah. Dan sebagai generasi penerus bangsa, apakah kita sudah merawat kemerdekaan ini? Apakah kita sudah aktif mengisi kemerdekaan dengan sesuatu yang positif? Mari kita introspeksi diri. Jangan sampai kita generasi penerus justru menjadi provokator, yang berpotensi membuat negeri ini hancur.

Mari kita belajar sejarah. Mari kita lihat lagi bagaimana negeri ini didirikan oleh pendahulu bangsa. Kenapa akhirnya Pancasila dijadikan dasar negara. Kenapa para pemimpin ketika itu tidak mendasarkan negara pada ajaran Islam, karena penduduknya mayoritas muslim? Kenapa kita akhirnya kita ada kesepakatan bahwa Pancasila itu sudah final? Pertanyaan-pertanyaan ini harus kita jawab, sebagai bagian dari introspeksi. Disamping itu juga untuk mengasah logika atau nalar kita. Jika saat ini mungkin kita masih saling membenci karena perbedaan hal, apakah hal itu tidak bertentangan dengan semangat yang dibangun oleh nenek moyang kita?

Ingat gotong royong. Dalam kondisi apapun, semangat saling membantu akan selalu diberikan kepada siapapun tanpa memandang latar belakang. Ingat bhineka tunggal ika. Meski berbeda suku, agama, bahasa dan adat istiadat, kita diajarkan untuk tetap bersatu dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas. 

Jika penduduknya tidak merekatkan persatuan, negeri ini akan mudah dipecah belah. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, ternyata niat negatif itu telah disusupkan melalui dunia maya. Provokasi radikalisme dan terorisme, dengan mudah kita temukan. Akibatnya, tidak sedikit pula diantara masyarakat yang terprovokasi.

Dalam kondisi semacam ini, mari kembali lihat apa yang telah diberikan Tuhan dan yang telah diwariskan para pendahulu. Mari kembali ke ajaran agama dan Pancasila. Karena tidak ada satupun ajaran agama yang mengajarkan kebencian dan kekerasan. Begitu juga dengan sila pertama hingga kelima Pancasila, tidak ada yang mengajarkan perbuatan tidak terpuji. 

Ajaran agama dan Pancasila harus menjadi dasar dalam setiap ucapan dan perilaku. Jika kita memahami ajaran agama dan nilai Pancasila, lalu kita juga memahami karakter Indonesia, diharapkan akan mampu merawat nalar kita. Karena kita tinggal di Indonesia, maka jangan saling membenci, jangan saling memukul, ataupun saling mencaci. Karena di Indonesia, maka salinglah menyayangi, saling merangkul, dan saling tolong menolong antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun