Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Senja Kala Kantor Pos dalam Sebuah Renungan

22 April 2017   15:05 Diperbarui: 9 Oktober 2020   07:32 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terjadi suatu dialog pendek antara saya dan petugas kantor pos pada pagi ini:

Saya: Mbak, kalau mau kirim surat undangan ini dengan perangko berapa ongkosnya?

Petugas: Dengan perangko 3 ribu rupiah, pak. Tapi sampainya lama, bisa sampai dua minggu. Itu juga nggak dijamin bisa sampai. Bisa hilang suratnya. Juga gak bisa dilacak suratnya. Lebih baik pakai kilat khusus atau kilat ekspres.

Saya: Kalau dengan kilat khusus berapa untuk ke Jakarta?

Petugas: 15 ribu. Sampainya sekitar dua atau tiga hari.

Saya: Kalau dengan perangko untuk ke Ende, Flores berapa?

Petugas: Perangko 5 ribu, pak.

Saya: Kalau dengan kilat khusus ke Ende berapa?

Petugas: 54 ribu.

Saya berniat untuk mengirimkan surat undangan sekitar 15 buah dengan berbagai kota tujuan, seperti Jakarta, Surabaya, Ende. Jadi wajar tentunya saya bertanya dulu untuk melihat perbandingan tarif dari beberapa alternatif jasa yang ada di kantor pos. Tapi yang bikin aku prihatin adalah jawaban petugas yang discourage (tidak menganjurkan) kita untuk memakai perangko guna mengirim surat. Dan “ancaman”nya bukan main-main, “tidak dijamin surat akan sampai tujuan” dan “surat ada kemungkinan hilang”. Rasanya ini “teror mental” yang kedua kalinya saya dengar langsung dari mulut petugas kantor pos, karena beberapa bulan yang lalu saat saya berniat mengirim surat dengan perangko, juga mendapat jawaban yang persis sama, “surat bisa hilang dan tidak dijamin akan sampai pada tujuannya”.

Jawaban petugas kantor pos benar-benar sebuah penyangkalan diri dari eksistensi institusi bernama “kantor pos”. Kantor pos yang identik dengan perangko. Ini bak rumah makan Padang yang mengatakan tidak menyediakan rendang pada menunya, atau rumah sakit yang mengatakan tidak menerima pasien rawat inap (opname). Dari dahulu kita mengirim surat memakai perangko karena biayanya paling ekonomis dan terjangkau. Dan dengan tarif perangko yang relatif murah itu dijamin surat akan sampai ke kota tujuan dalam waktu singkat. Tidak ada diskriminasi, karena surat ini dikirim memakai perangko misalnya, maka dia boleh ditelantarkan berhari-hari teronggok di kantor pos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun