Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di Mana Kau Bersembunyi, Kata-kata Kuno?

2 Mei 2012   09:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 2017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335950531532559365

[caption id="attachment_178701" align="aligncenter" width="608" caption="(ilust blogbaliwww.com)"][/caption]

Tak ada hujan, tak ada angin, saya mendadak sontak teringat pada kata-kata kuno yang sudah teramat jarang dipakai orang. Bak pepatah ’friends always come and go’, kata-kata pun ada masanya datang dan ada masanya pula menghilang dari percaturan. Kata-kata ini tak sungguh-sungguh binasa, hanya bersembunyi di balik kerimbunan belantara bahasa hingga suatu saat nanti muncul kembali seperti pertapa yang turun gunung.

Yang pertama kali tercetus dalam pikiran saya adalah kata ’merat’. Dalam kamus ’merat’ dimaknai dengan ’menghilang atau melarikan diri’ (disappear, gone). Kalimat untuk permisalan: Penjahat itu merat setelah polisi menyatakan dirinya sebagai pelaku pembunuhan itu. Kata usang lain yang masih saya ingat adalah ’rudin’ yang menurut kamus berarti ’miskin sekali’ dan dicontohkan dengan kalimat ’Ia menjadi rudin, setelah rumah serta harta bendanya terbakar’.

Masih ingatkah Anda dengan kata ’gering’? Kata yang sudah sangat jarang digunakan ini bermakna ’sakit yang berkepanjangan’. Orang yang menderita penyakit kronis dan tak kunjung sembuh disebut dengan ’gering’. Orang yang sedang patah hati dan dikiaskan dengan makan nasi terasa seperti sekam juga disebut dengan ’gering’. Lalu ada pula kata ’degil’. Ingat ’degil’ ini tak sama dengan ’dekil’. Degil menyiratkan sifat keras kepala atau kepala batu (obstinate, stubborn). Contoh kalimat: Perangainya yang degil membuat orang segan untuk memberikan nasehat kepadanya.

Ribut-ribut soal kata ’isteri simpanan’ pada buku bacaan anak kelas II SD beberapa waktu berselang, mengingatkan saya akan kata kuno lainnya yaitu ’selir’. Di saat saya masih duduk di bangku SD, cukup sering saya menjumpai kata ’selir’ ini dalam hikayat raja-raja atau cerita wayang. Bahkan kadangkala saya juga menjumpai istilah ’gundik’ atau ’wanita peliharaan’ dalam bacaan yang notabene untuk anak-anak itu. Dua istilah ini memang sudah jarang diwacanakan, mungkin karena pertimbangan kesantunan bahasa. Kata kuno lain yang masih bersinggungan dengan istilah ’selir’ yaitu ’dayang’ (pelayan putri bangsawan), ’kasim’ (lelaki yang dikebiri biasanya sebagai pengawal putri bangsawan dan dinamakan ’eunuch’ dalam bahasa Inggris).

Kata usang berikutnya adalah ’dawat’ (yang bermakna ’tinta’), ’cawat’ (yang bermakna kain penutup aurat), ’tamasya’ (piknik atau darmawisata) yang banyak dijumpai pada iklan koran tempo dulu dengan judul ’kawin tamasya’), ’dangau’ (gubuk kecil di sawah tempat orang menjaga tanaman), ’bilik’ (kamar), ’belanga’ (kuali besar dari tanah liat), ’bejana’ (jambang), ’belacan’ (terasi), ’perca’ (potongan kecil dari kain sisa jahitan), ’anai-anai’ (rayap), ’rama-rama’ (kupu), ’selesma’ (pilek, flu), ’berangus’ (selongsong penutup dari anyaman kulit atau rotan pada moncong anjing supaya tak dapat menggigit), ’sabak’ (papan tulis kecil berbingkai terbuat dari batu tulis), ’telaga’ (danau), ’anak semang’ (anak kos, anak mondok).

Berpuluh tahun yang lalu, kita sering menjumpai kata-kata seperti ’kelontong’ (barang keperluan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, gelas), ’lesung’ (lumpang untuk menumbuk padi), ’buah pinggang’ (ginjal), ’kantong nasi’ (lambung), ’air muka’ (wajah), 'misai' (kumis), ’ubi jalar’ (ketela), ’anjing tanah’ (orong-orong), ’ular sendok’ (ular kobra), ’hotel prodeo’ (penjara), ’air belanda’ (soda), ’jeram’ (air terjun), ’kerani’ (pegawai administrasi), ’periuk api’ (granat). Berapa persenkah dari kata-kata di atas yang masih ada terekam dalam memori Anda? Seperti yang saya utarakan pada awal tulisan ini, tak tertutup kemungkinan kata-kata yang nampaknya sudah uzur ini akan menitis (terlahir kembali) dengan tak diduga-duga. Bahasa memang tak mengenal dan memiliki usia seperti pada manusia penggunanya. Dia bisa muda dalam ketuaannya dan bisa tua dalam kemudaannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun