Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Debat Kusir Tiga Arsitek tentang Pondasi dan Fondasi

22 Juli 2017   01:04 Diperbarui: 22 Juli 2017   23:12 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: texascoffeeschool.com

Perppu tentang Ormas. E-KTP dan Ketua DPR. Hak Angket. Dan lain-lain. Itulah bahan obrolan tiga arsitek, yaitu Oji, Demun dan Sarwan, di sebuah kedai kopi pada suatu malam yang basah.

Demokrasi. Komunisme. Kapitalisme. Radikalisme. Sekulerisme. Dan seterusnya. Pokoknya bahan obrolan seputar kondisi politik terkini.

"Orang-orang cerdas macam kita ini memang dibutuhkan negara ini," ujar Oji. "Iya dong! Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!" seru Demun. "Jass merah!" timpal Sarwan.

Ketiga arsitek itu merasa sudah seperti tokoh-tokoh penting dalam sebuah pergerakan kebangsaan.  Masing-masing merasa seperti Soekarno.

Obrolan terasa afdol kalau kopi bisa ambil bagian. Di kedai kopi, jelas, kopi habis bisa dipesan lagi. Mumpung bisa bertemu, ngobrol, dan bertukar pikiran dengan santai antararsitek. Malam yang basah justru menjadi kondusif untuk obrolan dan kopi.

Kemudian tentang Ideologi negara. Dasar negara. Demokrasi Pancasila. Pilar demokrasi. DPR. Presiden. Dan kaitan antara negara dan bangunan. Ya, obrolan arsitek tidak jauh dari bangunan.

Pancasila adalah ideologi negara. Ideologi adalah dasar negara. Dasar negara seperti juga dasar bangunan. Dasar bangunan adalah...

"Pondasi," kata Oji. "Fondasi," kata Demun. "Kalau pada gambar bangunan, arsitek biasa pakai 'pondasi'. Itu sudah puluhan tahun. Lihat saja di arsip-arsip gambar bangunan," kata Sarwan.

Lantas ketiga arsitek itu berdebat mengenai pondasi dan fondasi. Kopi habis, bisa dipesan lagi. Obrolan berganti debat kecil. Pemilik kedai kopi tidak mungkin cemberut, asalkan tidak ribut dan bikin kalang kabut.

Yang benar itu kata baku ataukah kebiasaan berbahasa. Yang benar itu sesuai dengan kamus ataukah dokumen-dokumen perancangan. Benar dan tidak benar gara-gara pondasi dan fondasi. Masing-masing ngotot sampai otot leher mendesak-desak kulit.

Masing-masing merasa benar. Masing-masing saling menuntut untuk dibenarkan, dan saling menyalahkan pola pikir di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun