Mohon tunggu...
Gusblero Free
Gusblero Free Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Freelance

Ketika semua informasi tak beda Fiksi, hanya Kita menjadi Kisah Nyata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Ulang Tahun, Cak Nun

27 Mei 2019   21:20 Diperbarui: 27 Mei 2019   21:46 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hasil olahan pribadi

Simbah guru jati ing tanah Jawa dulu sekali pernah menyampaikan pepeling turun temurun, ing sak wijining jaman siro kabeh bakal amenangi ing kono jaman kabeh manungsa dinomeri (pada suatu masa kalian semua akan mendapati dimana jaman itu semua manusia dikasih nomor).

Seiring perubahan jaman, pada akhirnya kalimat sumir ini baru bisa kita babar secara terang-benderang di era sekarang ini. Orang tak cukup mengenal nama, tahu alamat, siapa keluarganya. Pada ujungnya orang tetap bertanya, berapa nomer handphone Anda? Praktis hari ini semua orang 'dinomeri' atau dikenal dengan numerolog handphone yang dimilikinya.

Jauh sebelum itu timeline peradaban manusia tersusun dari rekaman tak sempurna tragedi manusia. Kita mengetahui benar tumpahnya darah pertama yang mengucur dari kematian Habil, tetapi kemudian tak menumbuhkan kesadaran apapun, hingga entah berapakali lagi kita telah secara sadar menghalalkan tumpahnya darah itu di muka bumi.

Episode Khidr ketika mencekik bocah kecil, adalah ke-linuwih-an seorang alim yang memahami garis takdir, sehingga berani men-delete nomor kehidupan sesama cucu Adam. Orang percaya itu sebagai hukum Tuhan, lalu kita meng-absah-kan serangkaian tindakan yang sama atas nama keadilan. Begitulah fragmen-fragmen terus terjadi. Sampai akhirnya manusia nyaris kehilangan kendali.

Orang-orang merasa diri cukup alim untuk menenggelamkan perahu, orang-orang merasa berhak mengendalikan hidup, orang-orang merasa amanah membangun menara dari puing-puing kehancuran manusia.

Zaman apa ini. Orang memiliki nomor, tetapi nomor-nomor itu berada dalam entry data yang terkotak-kotak oleh kepentingan. Hidup dalam satu jangkauan, yang bahkan untuk bermimpi pun kita harus seragam.

Tetapi beruntungnya hari ini kita memiliki Maiyah. Simpul family relationship yang tak hendak disekat-sekatkan dalam minority number 01 atau 02 lagi. Tidak penting menjadi nomor yang ke-57 ataukah yang ke dua ratus juta dua puluh dua. Yang penting kita tahu adab dalam literasi sesama, hormat kepada guru, berbakti kepada orang tua dan ingat jati diri yang utama.

Maka begitulah saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun, Cak Nun. Jaga sehat semoga Allah melimpahkan banyak kekuatan untukmu. Kami membutuhkanmu, bukan hanya sebagai pribadi, namun sebagai Indonesia yang tengah mengalami pubertas entah keberapa.

Jabat erat dan salam dari gunung.

Wonosobo, 27 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun