Mohon tunggu...
Guntur Cahyono
Guntur Cahyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar untuk menjadi baik. email : guntur_elfikri@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Cantik Itu Telah Tiada

12 Oktober 2016   09:03 Diperbarui: 12 Oktober 2016   14:19 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunyi dering sms di HP mengganggu istirahat malamku karena memang sejak siang belum istirahat dengan padatnya kerjaan di kantor. Lelah seharian menyibukkan dengan kertas-kertas dan segala tetek bengek administrasi yang selalu menumpuk. Belum lagi perjalanan panjang berangkat dan pulang bekerja semakin menambah lelah tersendiri. Tiap hari mengayuh sepeda motor butut tahun 90an memang bukan perkara mengenakkan. Kadang macet kehabisan bensin tidak tahu karena panel penunjuk tak lagi berfungsi. Sungguh nasib pegawai rendahan yang tak kunjung sejahtera.

Kembali dimalam itu, redup lampu kamar membuat enggan tangan ini meraih hp yang barusan berbunyi. Kuteruskan lelap tidurku di malam itu dengan memaksa mata ini terpejam. Karena, tiba-tiba hati ini tak tenang untuk melanjutkan istirahat malamku. Sebenarnya waktu beru menunjukkan jam 10 malam. Suasana diluar rumah belum juga sepi karena ramainya para pegawai pabrik pulang dari kerja lembur. Hatiku bulat untuk memejamkan mata dengan diiringi dengan rasa yang tiba-tiba tak karuan. Masih saja kuabaikan dering sms tadi, justru saya terbangun karena merasa kepanasan.

Maklum jangankan AC yang dingin, untuk membeli kipas angin saja gajiku tidak cukup. Buru-buru air kutuang ke gelas dan ku minum. Tenggorokan terasa basah dan sedikit mengurangi ketidaknyamanan. Sudahlah saya mau tidur esok pagi saya harus kembali berangkat bekerja dan pasti sudah setumpuk kertas-kertas yang harus aku stempeli.

Akhirnya tidurku terlelap sampai dering alarm kembali membangunkanku. Alarm itu menandakan jika saya harus segera ambil wudhu dan shalat malam. Secara otomatis hp ku raih untuk mematikan alarm. Lalu kubuka sms yang semalam masuk di hp. Sebuah berita yang tak membuatku bahagia ternyata saudaraku telah kehilangan adeknya yang tentu ia cintai. Seorang perempuan dengan kulit putih dan senyumnya yang ayu serta tutur kata yang sopan tak akan lagi bisa kusaksikan jika saya bertandang ke rumah sahabatku.

Pagi itu saya belum juga menginjakkan kaki dari kamar tidur. Kupandangi hp ku dan tak terasa air mata ini meneteskan butir kesedihan. Selama sakit belum pernah saya menengoknya karena kesibukan karena pekerjaan di kantor. Sungguh hati ini menyesal dan berontak karena persahabatan masih tidak cukup untuk sekedar kembali menyambung silaturahim. Semua diselesaikan lewat telephon dan selalu begitu. Usianya baru menginjak 19 tahun dan kuliah di semester tiga di kota nan sejuk. Hidup menjadi anak pondok menjadikan perempuan cantik ini berprestasi.

Menurut penuturan kakaknya Mei nama perempuan ini sangat pandai berbahasa arab dan pinter baca kitab kuning. Kakaknya begitu bangga dengan Mei karena selalu mendapatkan IP yang baik bahkan sejak sekolah dasar selalu mendapat juara. Mei yang bergelut dengan penyakitnya selama kurang lebih 5 bulan akhirnya menyerah. Tepat di malam itu saat hp ku berbunyi Mei telah kembali kepada sang pencipta. Selamat Jalan Mei, saya bangga kepadamu seperti bangganya orang tua kepadamu. Semoga Allah menerima amal kebaikkanmu dan dimasukkan ke surga. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun