Mohon tunggu...
Gunawan Mahananto
Gunawan Mahananto Mohon Tunggu... Freelancer - Ordinary people with extraordinary loves

From Makassar with love

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pentingnya Slogan Kampanye yang Tepat dari Para Capres?

10 Februari 2019   10:56 Diperbarui: 10 Februari 2019   12:23 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar tahun 1928 setelah Hitler keluar dari penjara karena protes kepada penguasa Jerman saat itu, kerap menyelipkan kalimat akan "Make Germany Great Again"  di pidato atau tulisan perjuangan nya. Kalimat itu menjadi slogan atau tagline bagi dia sebagai tokoh politik dan partainya.

Mendengar dan membaca slogan Hitler, para elite penguasa Jerman saat itu tertawa sinis dan anggap itu guyonan belaka. Maklum Hitler bertubuh kecil dengan wajah tampak lucu.

Tapi postur kecil, tergantikan dengan kemampuan pidato yang berapi-api, selalu serius, lantang, dan penuh semangat. 

Hitler lalu mulai kerap bermain proganda, serang kelompok minoritas dan elite penguasa. Hitler juga nyatakan anti sosialis dan komunis yang lagi ngetrend di dunia saat itu. 

Perjuangan keras Hitler  ternyata berhasil. Rakyat Jerman yang mayoritas tidak puas dengan kondisi hidupnya  yang itu-itu saja, mulai menjadi pengikutnya yang setia.  

Tak lama, Hitler menjadi pemimpin partai paling berkuasa saat itu. Lalu menjadi pemimpin bangsa Jerman.  

Cuma Jerman tidak di bawa Hitler  menuju ke arah kebaikan negara dan rakyat Jerman saja. Tapi membawa Jerman menjadi penguasa dunia dan itu gagal total. 

Setelah sebelumnya, rakyat Jerman mengelu-elukan Hitler sebagai pemimpin yang hebat yang akan memb awa Jerman menjadi adil makmur sejahtera,  ternyata rakyat nya menjadi sangat menderita saat itu.

Sekitar tahun 1990, seorang pria yang berwajah baby face , cerdas , berpostur tinggi dan termasuk pengusaha sangat sukses saat itu , di tawari oleh suatu partai menjadi kandidat Presiden Amerika.  Si Pria itu menolak dan merasa belum waktunya masuk politik. Maklum saat itu Amerika sibuk perang dengan Irak.

Sejarah lalu mencatat , di 2016 , sang pria flamboyan itu, Donald Trump, juga konon, pengoleksi buku karangan Hitler "Mein Kampf", menjadi kandidat presiden Amerika dari partai Republik  melawan Hillary Clinton yang mewakili partai Demokrat. Partai Demokrat adalah partai yang petahana di pemerintahan sebelumnya.

Memakai slogan kampanye " Make America Great Again " ,yang mirip slogan ala Hitler ,  lalu menyerang kelompok - kelompok yang dianggap sebagai  biang kerok ekonomi AS menurun tajam dibanding negara maju lain. Seperti negara adidaya baru China yang jadi sasaran perang ekonomi didalam janji kampanyenya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun