Mohon tunggu...
Cerita Pemilih

Dulu Anies Sekarang Ahok

10 April 2017   11:49 Diperbarui: 10 April 2017   19:30 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dulu Anies Sekarang Ahok

     Anies Rasyid Baswedan , sosok yang saat ini menjadi calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 dengan wakil , Sandiaga Salahudin Uno merupakan sosok yang “dulu” saya puja. Sosoknya yang dahulu merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Kerja Pak Jokowi sangat saya idolakan dan “akan” membawa perubahan untuk dunia pendidikan Indonesia. Sebagai anak SMP saat itu, saya melihat bahwa Pak Anies akan membangun pendidikan Indonesia yang sebelumnya dipimpin Muhammad Nuh yang banyak menghasilkan kebijakan kontroversial. Saya ingat bahwa saya sampai mengucapkan selamat atas pengangkatan beliau sebagai menteri di salah satu media sosial saya. Prestasi beliau sebagai akademisi sangat membuat senang para siswa di sekolah saat itu. Rektor Universitas Paramadina, Almamater Universitas Gadjah Mada , salah satu orang yang terpilih sebagai Young Global Leaders tahun 2009 dari majalah Foreign Policy , dan prestasi lainnya adalah b bukti bahwa beliau adalah kunci dari kemajuan pendidikan Indonesia yang sudah lama terpuruk.

   27 Juli 2016, saya  terkejut melihat timeline smartphone saya menampilakan notifikasi berisi “ Anies Baswedan diberhentikan dari Kemendikbud .....” Saya mendengar memang akan ada pergantian menteri dari Kabinet Kerja namun saya tak pernah menyangka Pak Anies yang akan diganti oleh Pak Jokowi. Sempat kesal dan marah kepada Presiden Jokowi karena saya merasa Pak Anies melakukan kerjanya dengan baik dan tidak pernah menimbulkan masalah. Kebijakan “tidak ada MOS” sangat membuat saya terkesan dan menilai baik sang menteri.

    Sekarang, nama Anies Baswedan sudah tidak ada lagi dalam hati saya sebagai panutan. Perubahan drastis terjadi pada sosoknya yang dulu sangat berintegritas dan tenang berubah menjadi agresif dan terkesan oportunis. Saya akan bingung saat beliau diangkat menjadi calon gubernur DKI yang diusung partai Gerindra. Saya justru melihat banyak kekurangan dari beliau yang terlalu pintar berkata-kata namun tanpa fakta. Sangat kontras dengan status dirinya yang merupakan akademisi yang hanya menggunakan data dan fakta dalam berbicara. Semua image yang dia bangun runtuh dihadapan saya. Dalam beberapa acara debat Gubernur DKI , saya melihat sosok Anies Baswedan yang berbeda saat Anies merupakan Menteri. Sangat disayangkan namun saya hanya belajar bahwa orang dapat berubah.

    Lain Anies lain Ahok. Ahok sosok wakil gubernur DKI bersama dengan Jokowi di tahun 2012 bukan merupakan idola saya dulu. Meski saya satu ras dan agama , saya menganggap sosok Ahok biasa saja dan sedikit arogan. Saya bukanlah tipe orang yang memilih orang yang satu ras dan agama dengan saya begitu saja. Bila dia tidak bagus dalam kerjanya buat apa saya pilih sebagai panutan. Kerja Ahok juga tak terlalu terlihat dalam 2 tahun kepemimpinan pasangan salam 2 jari ini. Saya hanya melihatnya marah-marah dengan PNS di DKI dan berbicara kasar kepada orang yang salah dalam bekerja. Namanya tak seperti Anies Baswedan yang saat itu mulai terkenal karena kerja baiknya di bidang akademik.

     Tahun 2014 , Pak Jokowi resmi menjadi presiden RI ke-7. Ahok otomatis menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saya cukup bangga saat itu padanya. Seorang Kristen dan Tionghoa berhasil memimpin DKI. Gelombang penolakan datang dari FPI. Saya rasa memang kelompok ini sulit menerima keragaman. Saya tak mau menjelaskan lebih lanjut ditulisan saya ini. Sosok Ahok mulai banyak terlihat di media massa. Kerjanya mulai banyak diapresiasi dan membangun Jakarta. Meski begitu, arogan dan emosinya masih meledak-ledak sehingga saya masih kurang kerasan dengan dirinya.

      Lama kelamaan, sosok Ahok makin dikenal seantero Jakarta. Bukan karena kontroversi seperti korupsi karena karyanya dalam membangun Jakarta. Pembangunan monorel mulai dikebut, Tranjakarta mulai menjadi moda transportasi pilihan warga DKI, banjir yang selama ini menjadi masalah akut ibukota mulai hilang saat Ahok berkuasa. Kebijakannya banyak yang menguntungkan para rakyat kecil. Rakyat memang terkesan digusur namun Ahok dengan sigap membangun rusun-rusun yang disediakan dengan harga jual maupun sewa yang miring. Keberanian juga menjadi salah satu nilai plus dari Ahok. Kasus UPS merupakan kasus yang Ahok bongkar sampai-sampai membuat Haji Lulung panas dan menyerang Ahok habis-habisan. Meski sudah banyak kerja yang beliau lakukan, tetap saja banyak yang tak menyukainya.Korupsi RS Sumber Waras sempat menyeret nama Ahok ke pusaran KPK. Suara-suara sumbang terus memaksa KPK untuk segera menangkap sang gubernur. Data dan fakta jelas terlihat bahwa Ahok tak bersalah.

     Yang pasti saat ini Ahok sudah jauh berubah. Munafik bila masih ada yang bilang Ahok kasar dan tidak santun. Beberapa kesempatan beliau berbicara bahasa jawa yaitu Matur Nuwun dan Sugen Dalu. Bahasa Jawa terkenal dengan pelafalannya yang santun dan sopan. Saya tak pungkiri bahwa memang orang dapat berubah. Orang bisa banyak dipuja lalu berubah menjadi banyak dihujat ataupun sebaliknya. Tinggal apakah kita mau berubah atau tetap meringkuk dalam bungkus kepalsuan.

      Saya tegaskan  bahwa saya tak menyuruh anda memilih Ahok atau Anies. Tapi saya ingatkan bahwa pencuri kelas kakap adalah orang-orang yang berpakaian rapi dan kata-katanya santun. Kita tak pernah kan , melihat tersangka korupsi gayanya serupa preman dan mulutnya tegas dan kasar. Terima Kasih . AMDG

Jehezkiel Kenneth Guilio

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun