Pada periode pemerintahan jilid I, Presiden Jokowi seringkali berkunjung ke provinsi saya, ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam lawatan rutinnya, Pak Jokowi telah membangun sebanyak tujuh bendungan yang masing-masing tersebar dibeberapa titik diwilayah NTT.
Provinsi NTT merupakan provinsi yang paling sering dikunjungi oleh Jokowi, setelah Provinsi Papua dan Papua Barat. Terhitung mungkin sudah 11 kali kunjungan. Hingga saat ini, dua diantara tujuh bendungan yang dibangunnya sudah resmi beroperasi, yakni Bendungan Raknamo dan Bendungan Rotiklot yang masing-masing terletak di Kabupaten Kupang.
"Intinya air harus sampai kemasyarakat. Baru kemudian mencari sumber air, bagaimana konservasi air. Mari kita bersinergi bersama-sama" begitu kata Jokowi.
Sebagaimana NTT merupakan wilayah yang selalu dilanda dengan kekeringan akut. Bahkan ini sudah menjadi diskursus buruk setiap tahunnya. Di NTT sendiri, musim penghujannya berkisar antara September sampai Februari, itupun hujannya tidak intens.
Jokowi "Dewa Air" di Tanah Gersang NTT
Rasanya tidak berlebihan bila saya menyematkan julukan dewa air ini untuk Jokowi. Toh beliau sendiri bukan Tuhan yang bisa mengendalikan kuasa alam. Hanya saja julukan ini bermakna 'metafor figuratif' yang bermakna kiasan.
Dewa Air yang ingin saya gambarkan disini juga ialah, kehadiran Pak Jokowi dengan geliat pembanguan bendungan dalam rangka menciptakan swasembada air di daerah saya di NTT. Terobosan beliau lewat pembangunan-pembangunan bendungan yang sesekini menjawab keketiran masyarakat akan air.
Kenikmatan dengan adanya bendungan ini tentu tidak akan didustakan. Kami memang membutuhkan air. Hal ini relevan dengan aspek ekologis masyarakat NTT yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan pekebun, maupun peternak.
Tentunya dengan adanya penampungan air sejenis bendungan ini nantinya dapat menampung air dari hulu aliran sungai maupun menadah air hujan. Hal ini seturut dengan keinginan Presiden Jokowi bawasannya, dengan bendungan produktivitas pertanian di NTT kedepannya akan membaik hingga mendatangkan kesejahteraan.
Dua hari yang lalu tepatnya (21/11/2019), saya sempat menghubungi teman saya Mexes, yang menjadi guru disalah satu sekolah dasar di daerah Raknamo, Kabupaten Kupang. Menurutnya dengan beroperasinya bendungan Raknamo, sudah memberikan manfaat pengairan ditengah ancaman kemarau panjang ini.
"Hae, Eja (teman).. Bagaimana perkembangan bendungan Raknamo tu suda ee?" Tanya saya
"Bagus ee.. Tidak sulit air su sekarang. Kebutuhan air su lebih dari cukup ni. Mama-mama su rame tanam sayur" pungkasnya semangat.
Sebagai masyarakat NTT yang kebetulan tinggal berbeda pulau dengan teman saya itu, sedini saya ikut senang mendengarnya. Kendati saya sendiri tinggal di Pulau Flores (Barat), tepatnya di Manggarai Barat. Berbeda dengan wilayah kepulauan-kepulauan lainnya di NTT, Pulau Flores memiliki iklim tropis dengan curah hujan cukup tinggi setiap tahunnya.