Mohon tunggu...
Goris Lewoleba
Goris Lewoleba Mohon Tunggu... Konsultan - Alumni KSA X LEMHANNAS RI, Direktur KISPOL Presidium Pengurus Pusat ISKA, Wakil Ketua Umum DPN VOX POINT INDONESIA

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar dan Derita Guru

2 Februari 2020   14:16 Diperbarui: 2 Februari 2020   16:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Goris Lewoleba

Salah satu Menteri pada Kabinet Joko Widodo Jilid 2 yang menjadi  rising star di mata publik adalah Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Pasalnya, Menteri yang kerap muncul  ke muka publik dengan  penampilan yang out of the box sebagai Pejabat Tinggi Negera itu, telah melahirkan beberapa kebijakan fenomenal dalam  
Bidang Pendidikan Nasional.

Salah satu kebijakan yang relatif banyak menyita perhatian publik di Tanah Air adalah Konsep Kebijakan "Merdeka Belajar".

Hal yang menimbulkan tanya di kalangan banyak pihak, adalah bahwa, ketika belum terasa mantap konsep kebijakan itu mendarat di  lapangan akar rumput dunia pendidikan, telah muncul pernyataan   Nadiem Makarim bahwa, Penerapan Merdeka Belajar, Jangan Tunggu Aturan dari Pemerintah.

Pada hal, sebagaimana diketahui oleh banyak kalangan di negeri ini, bahwa Pendidik di Indonesia,  dalam hal ini Guru,  dalam menjalankan tugasnya sebagai Pendidik telah dihantui oleh  berbagai aturan dan birokrasi pendidikan yang kerap tidak produktif dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Alih alih menerapkan Konsep Merdeka Belajar tanpa Menunggu Aturan,  konsep Kebijakan  Merdeka Belajar itu sendiri pun  dilempar ke muka publik tanpa ada pemetaan situasi dunia pendidikan yang dinarasikan secara signifikan sesuai dengan kenyataan dunia pendidikan yang sebenarnya.

Ditegaskan oleh Nadiem Makarim,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bahwa, Konsep Merdeka Belajar bisa segera diterapkan di sekolah-sekolah tanpa menanti aturan dari pemerintah. Hal itu bertujuan agar guru bebas untuk berkreasi dalam mengoptimalkan potensi peserta didik.

Konsep Kesetaraan

Diksi pedagogis mengenai  Merdeka  Belajar ini sebenarnya sudah diterapkan secara global dimana saja di dunia ini.  Dikatakan demikian, karena pada Simposium Pendidikan Dunia (WISE) 2019, yang diselenggarakan pada Bulan November 2019 di Qatar, telah diadakan pemberian penghargaan kepada tokoh dunia yang saat ini sedang dengan giat menggelorakan konsep Merdeka Belajar.

Berkenan dengan hal itu, maka dengan meminjam Larry Rosenstock (2019), seorang pelopor Konsep Merdeka Belajar dari Amerika Serikat,  mengatakan bahwa, konsep Merdeka Belajar dapat disebut sebagai Konsep Kesetaraan dalam Belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun