Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tengok Situs Arkeologi Paling Ramah untuk Kaum Difabel di Italia

29 Januari 2017   06:16 Diperbarui: 29 Januari 2017   08:48 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu bagian dari Situs Arkeologi Pompei dengan latar Gunung Vesuvio, FOTO: napolike.it

Situs arkeologi pada umumnya berkaitan dengan peninggalan kuno. Karena kuno, situs ini menjadi objek penelitian bidang arkeologi. Di sinilah kadang-kadang tingkat kesulitannya muncul. Ada yang masih suram, ada yang sudah ada titik terang. Singkatnya, tidak mudah mengakses informasi untuk sebuah calon situs arkeologi.

Kesulitan seperti ini tidak saja dialami oleh para arkeolog dan peneliti situs arkeologi. Penyandang disabilitas juga seringkali tidak bisa masuk di situs seperti ini. Kendala infrastruktur biasanya menjadi paling dominan. Akses masuk yang sulit untuk kursi roda misalnya. Bahkan, untuk orang biasa pun kadang sulit. Itulah sebabnya butuh waktu dan biaya tinggi untuk membuat infrastruktur yang ramah bagi semua.

Salah satu situs arkeologi paling terkenal di dunia adalah situs arkeologi Pompei, Italia. Situs ini terletak di Kota Pompei, sebuah kota Metropolitan di dekat kota Napoli-Campagna. Penduduk kota ini berjumlah sekitar 23.358 orang. Kota dengan Pelindung Madonna del Rosario ini berada di ketinggian 14 meter di atas permukaan laut. Di dekat kota ini terdapat Gunung Berapi Vesuvio atau Vesuvius dalam bahasa Latin. Letusan gunung ini menjadi penanda sejarah untuk Situs Arkeologi Pompei.

bagian dalam berlatar gunung, FOTO: napoli.repubblica.it
bagian dalam berlatar gunung, FOTO: napoli.repubblica.it
Letusan terakhir dari Gunung Vesuvio terjadi pada 1944. Saat itu, gunung ini mengeluarkan lava setinggi 800 meter dan membakar sekitar 26 orang. Korban yang begitu tinggi. Belum terhitung kerugian berupa bangunan yang rusak. Tetapi, hampir 2000 tahun yang lalu—tepatnya tahun 79 M—letusan gunung ini memakan lebih banyak korban lagi. Saat itu, korban yang meninggal sekitar 1150 orang. Letusan itu juga meluluhlantakkan situs arkeologi Pompei.

Sebelum menjadi situs arkeologi, kota Pompei memiliki 4 fase kehidupan. Kehidupan di kota Pompei diperkirakan mulai berlangsung pada abad IX SM. Saat itu, ada penduduk Opicia (nama sebuah kota kecil di sekitar kota Napoli). Setelah penduduk Opicia, Pompei dihuni oleh orang Yunani (dari tahun 780 SM). Pada zaman ini, Pompei mulai dibentuk.

Beberapa bangunan tinggi mulai dibangun seperti Menara Pithecusa (770 SM) dan Menara Cuma (740 SM). Setelah orang Yunani, muncul penduduk Sannita (mulai sekitar 423-420 SM). Penduduk ini berasal dari wilayah Abruzzo, Italia Tengah. Mereka juga meninggalkan jejak bangunan tua. Periode terakhir setelah Sannita adalah Periodenya orang Romawi (sejak 89 SM). Pada zaman ini terjadi perang antara penduduk Pompei dan Kerajaan Romawi. Roma Menang dan penduduk Pompei pun menjadi penduduk Romawi secara politik. Pada zaman ini juga terjadi letusan Gunung Vesuvio yang terletak di dekat Pompei.

Jejak Pompei setelah ledakan besar ini hampir hilang. Kota ini ikut hilang bersama hancurnya kawasan Vesuvio. Setelah ‘hilang’ hampir 1000-an tahun, kota ini ditemukan lagi melalui penggalian oleh para arkeolog. Alhasil, sejak ditemukan kembali pada tahun 1748, situs Pompei pun mulai terbentuk. Berbagai penggalian terus dilakukan agar terlihat bentuk kota antiknya.

Selalu ada cara agar orang cacat bisa masuk, FOTO: napoli.repubblica.it
Selalu ada cara agar orang cacat bisa masuk, FOTO: napoli.repubblica.it
Pompei yang ada sekarang ini adalah hasil pemugaran dari temuan para arkeolog. Saat ini, situs Pompei pun berdiri di atas lahan sekitar 66 hektar. Di dalam lahan ini terdapat 12 tiang menara. Situs ini masuk Situs Warisan Dunia UNESCO (UNESCO’s World Heritage Sites) pada tahun 1997.

Sejak saat itu, Situs Arkeologi Pompei menjadi situs arkeologi terkenal di dunia. Jangan heran jika situs ini menjadi incaran pengunjung dari seluruh dunia. Tahun 2016 yang lalu, jumlah pengunjung situs ini menembus angka 3.209.089 orang. Jumlah ini menjadi urutan ke-3 untuk tempat yang paling banyak dikunjungi di Italia pada 2016. Peringkat pertama dan kedua diraih oleh Pantheon dan Colosseo-Foro Romano-Palatina di Roma.

Sejak Desember yang lalu, situs ini pun menjadi ramah untuk penyandang disabilitas. Jika sebelumnya, kaum difabel hanya mendengar cerita, saat ini mereka juga bisa masuk. Kursi roda pun bisa melaju di area khusus dengan panjang 3 kilometer. Area khusus ini melewati situs-situs penting di kawasan arkeologi Pompei. Itulah sebabnya para penyandang disabilitas pun tidak  perlu khawatir lagi.

Kepala Proyek Il Grande Progetto Pompei di tengah saat meninjau proyek ini, FOTO: napoli.repubblica.it
Kepala Proyek Il Grande Progetto Pompei di tengah saat meninjau proyek ini, FOTO: napoli.repubblica.it
Area khusus ini dibangun atas ide pemerintah Italia sejak tahun 2011 yang lalu. Ide itu pun digarap dalam proyek “Il Grande Progetto Pompei”. Proyek ini dinakhodai oleh Kepala Proyek Luigi Curatori. Dalam proyek berbiaya 3 juta euro ini dimasukan beberapa pekerjaan seperti perbaikan dan perawatan dinding situs, perbaikan sistem pengelolaan air di dalam situs, perbaikan dan perawatan area seni-dekorasi, penambahan area yang bisa dikunjungi, peningkatan keamanan termasuk dengan menambah jumlah video-camera, dan tentunya yang paling dinanti yakni akses untuk orang cacat. 

Sistem area khusus untuk kaum difabel ini rupanya termasuk yang terpanjang di Italia dan termasuk satu di antara yang pertama di dunia. Area ini praktisnya melewati jalan utama “Via dell’Abbondanza” dan mengitari sekitar 10 ‘domus’ atau rumah di kawasan Pompei. Sistem area khusus ini dilengkapi dengan fasilitas guidebagi orang buta. Mereka akan dipandu oleh gelang elektronik yang akan menjelaskan dengan suara selama mengitari area khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun