Mohon tunggu...
Grant Gloria Kesuma
Grant Gloria Kesuma Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Mari menulis!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

6 Kesalahan dalam Pengaturan Keuangan dan Cara Mencegahnya

21 Februari 2018   19:17 Diperbarui: 23 Februari 2018   11:18 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia ini tidak ada orang yang mau jadi miskin. Kalau bisa semua pengen jadi orang kaya selamanya, mulai dari usia balita sampai tua. Tapi keadaan perekonomian tidak mungkin selalu sama. Ada masa di mana kita tidak punya uang sehingga kita harus mengencangkan ikat pinggang untuk berhemat. Ada pula masa ketika kita punya banyak uang sehingga kita bingung uang itu mau diapakan. Ujung-ujungnya, karena pengaruh lingkungan, kita menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang nggak penting.

Semua orang, menurut saya, punya masa-masa "salah" dalam pengaturan uang. Tentu saja "salah"-nya berbeda porsi untuk tiap individu. Ada yang kesalahan besar dan ada pula yang kesalahannya kecil. Untuk yang kesalahannya besar misalnya berutang sampai berapa ratus juta dan tidak sanggup untuk membayarnya sehingga terpaksa harus dilaporkan ke pihak berwajib dan akhirnya menyusahkan keluarga. Yang kesalahan kecil, mungkin sebatas pinjaman uang pada teman lalu telat membayar.

Mari kita rincikan apa saja kesalahan dalam pengaturan keuangan yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

1. Berfoya-foya atau menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang nggak penting
Kesalahan ini mungkin sepele bagi orang-orang yang berduit alias horangg kayah. Tapi bisa berakibat fatal jika dilakukan terus-menerus. Kebiasaan menghamburkan uang ini biasanya dimulai dari hal sepele. Misalnya melihat barang yang unik lalu timbul niat untuk membeli, padahal barang tersebut tidak berguna dan tidak bakal dipakai, atau hanya sekali atau dua kali dipakai setelah itu disimpan di gudang. Bahkan ada yang nggak tahu lagi diletakkan di mana barang itu saking nggak bergunanya. 

Menghamburkan uang berlaku juga dalam hal makanan. Kadang kita sering 'lapar mata' melihat makanan yang ada di iklan atau di medsosnya teman kita. Kita berpikir, sepertinya enak banget makan itu. Atau, kayaknya enak deh makan di sana. Padahal makanan tersebut harganya nggak bisa dibilang murah. Mehong pake bingitz! Bukannya nggak boleh makan makanan yang harganya "wuah!". Sesekali makan makanan mahal okelah ya. Tapi kalau tiap hari? Pikirkan juga kesehatan. Kolesterol. Gula darah. Sekarang oke sehat. Tua nanti? Belum tentu!

2. Berutang lalu melupakannya atau pura-pura lupa
Kesalahan ini bisa dibilang... ya... "nggak banget deh!" Tapi orang yang punya kebiasaan berutang tuh ada! Di akhir bulan duit di kantongnya sudah menipis. Lalu ia berutang pada teman, minta dibayarin dulu nanti baru dilunasi. Setelah punya uang, eh malah menunda-nunda mengembalikan uang yang dipinjam. Kadang nggak cuma di akhir bulan saja mengutang. 

Karena kebiasaan, setiap saat bisa berutang. Trus ia akan lupa karena nggak dicatat. Ada juga yang pura-pura lupa biar utangnya "dianggap" lunas. Suatu waktu orang yang meminjamkan uang datang menagih dan utangnya sudah banyak. Susah sendiri kan jadinya?

3. Gali lobang tutup lobang
Nah ini bisa dibilang kesalahan yang parah! Ini ada kaitannya dengan masalah utang. Biasanya orang yang sudah berutang banyak akan menjadi panik, bingung bagaimana cara melunasi utangnya. Akhirnya ia gelap mata dan berutang pada pihak lain untuk membayar utang yang sebelumnya. Utang yang kedua pun susah dibayar karena nggak punya uang dan ia mencari pinjaman ke orang ketiga. Begitu seterusnya. Utang lagi, utang lagi. Kapan habisnya utangmu?

4. Memakai kartu kredit dan membayar dengan jumlah minimum pembayaran
Memakai kartu kredit sama saja dengan berutang. Barang yang kita beli dibayari dulu oleh penerbit kartu kredit. Kita memakai kartu kredit tuh nggak cuma-cuma, lho! Tentu saja ada bunganya. Besaran bunga tergantung dari merchant dan bank penerbit kartu kredit. Nggak salah sih memakai kartu kredit. Salahnya itu kalau membayar dengan pembayaran minimum. Misalnya kita beli barang seharga Rp500.000. Minimum pembayaran Rp50.000. 

Lalu karena kita merasa "wah enak ya kita bisa bayar 50 ribu saja sebulannya!", akhirnya kita membayar dengan jumlah minimum tersebut. Lalu kita terlena dengan jumlah minim tersebut. Padahal, setiap bulannya kita kena bunga sekian persen. Utang kita yang tadinya Rp500.000 akhirnya bisa jadi Rp1.000.000 karena setiap bulan membayar dengan nilai minimum. Lama-kelamaan utang kita bisa bertambah besar dan akhirnya bisa berakibat kita nggak bisa lagi membayarnya karena jumlahnya sudah terlalu besar!

5. Memakai kartu kredit untuk menarik uang tunai dan membayar dengan jumlah minimum pembayaran
Kasusnya sama seperti di atas tapi di sini kita menarik uang tunai dari kartu kredit. Menarik uang tunai dari kartu kredit tuh bunganya lebih besar dari membeli barang dengan kartu kredit. Oke kalau kamu punya uang banyak untuk melunasi tagihan kartu kredit. Kalau membayar dengan jumlah minimum untuk tarikan tunai (khususnya) yang jumlahnya maksimum itu sama saja dengan cari mati!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun