Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ternyata Otot Kita pun Punya "Daya Ingat"

20 Maret 2017   18:01 Diperbarui: 20 Maret 2017   18:26 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muscle Memory - ilustrasi: mindtomusclefitness.com

Sudah satu bulan lebih saya dan teman-teman berlatih tari Saman. Selain sebagai ajang mengenalkan budaya Indonesia lewat tari. Ternyata tari Saman sendiri memiliki 'kerumitan yang sinkronius'. Dan dalam kerumitan ini, ternyata benar axioma 'bisa karena biasa'. Hal ini benar adanya karena tubuh kita didukung 'muscle memory'.

Secara etimologis kata Saman sendiri berarti bersama-sama atau berbarengan. Sehingga tari tradisional asal Aceh ini pasti ditampilkan secara bersama-sama. Semua gerakan harus sinkron alias tepat dan bersama. Karena saat kami latihan, satu anggota tari tidak sinkron. Maka tidak indah gerakan yang tercipta. 

Sungguh diperlukan kerjasama dan kesatuan hati dan perasaan dalam tari Saman sendiri. Tiap fase gerak tari Saman memiliki tingkat kesulitan yang bertahap. Dari gerakan sederhana sendiri. Sampai gerakan bersama dalam fase 'ombak' yang cukup rumit. 

Tidak hanya gerakan yang dilakukan sendiri atau bersama. Gerakan tari Saman pun akan semakin cepat dalam tiap fasenya. Saat sang syekh (leader) bersenandung dengan cepat. Maka gerakan penari (kami) pun harus cepat. Diperlukan konsentrasi, fokus dan sinkronisasi dendang saat menarikan gerakan tari Saman.

Dan syukur pada tuhan. Dengan latihan dan usaha, tari Saman yang kami sudah latih dipentaskan dengan ruh 'Saman' itu sendiri, yaitu kebersamaan. Selain itu, menjadi sebuah kebanggaan mementaskan budaya Indonesia melalui tari. 

Semua gerakan dalam tari Saman bisa seyogyanya bisa dikuasai. Baik dengan latihan dan pengulangan. Hal ini pun ternyata didukung dengan mekanisme tubuh dalam mengingat.

Tari Saman - ilustrasi: masdeden.com
Tari Saman - ilustrasi: masdeden.com
Selain secara psikologis kita 'merekam memori' untuk gerakan. Ternyata tubuh kita memiliki 'muscle memory' untuk menggerakkan kembali apa yang sudah kita latih dan ingat.

Seorang professor biomekanik di Mississippi State University Adam Knight, Ph.D menemukan hasil menarik soal muscle memory. Saat kita bergerak, kita menggerakkan sensor proproiceptor di otot, tendon, dan sendi. Sensor ini menempatkan feedback ke otak agar tiap gerakan menggerakkan otot, tendon dan sendi tertentu. Hal ini menciptakan alur di saraf. Sehingga gerakan menjadi otomatis.

Hal ini semakin dikuatkan dengan hasil uji pada tikus oleh Kristian Gundersen dari University of Oslo. Saat tikus yang sudah dilatih dan kemudian tidak mengalami latihan kembali. Otot-otot mereka menyimpan nuclei. Nuclei ini menyimpan blueprint DNA yang dibutuhkan saat melakukan latihan yang sama di masa depan.

Sungguh, badan kita tidak pernah akan lupa. Apapun yang kita lakukan akan menjadi 'rekam jejak' tubuh kita. Semakin banyak latihan/gerakan yang kita lakukan. Maka semakin banyak otot kita mengingatnya. Sehingga ada baiknya banyak berolahraga di masa muda. Karena saat tubuh merenta, tubuh kita sudah memiliki memorinya, ucap Lee Hong seorang ahli kensologi dan neurosains di Indiana University at Bloomington.

Dan kembali lagi ke tari Saman. Saat kami sudah melakukan tiap fase gerakan. Tentunya hal ini akan tubuh kami ingat secara tidak sadar. Walau rumit dan beragam, namun dengan latihan dan fokus bisa juga dilakukan. Dan tentunya, sejak jaman dahulu para penari Saman mengingat gerakan yang ada di tari Saman. Faktanya, tari Saman atau tari-tari lain bisa diajarkan dan kembali dilakukan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun