Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Melihat Cahaya

25 Oktober 2015   05:53 Diperbarui: 25 Oktober 2015   05:53 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fotografi itu seni melukis dengan cahaya, dan kita semua tentu sudah mengetahuinya, terutama bagi yang tertarik mendalaminya. Cahaya mempunyai arti; energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm(Wikipedia).

Sebagai medium untuk melukis hingga tercipta sebuah karya yang disebut foto, maka cahaya itu akan memiliki ‘sesuatu’. Sama seperti seni melukis, sesuatu itu bisa berupa cat air, pastel, cat minyak, pensil, palet, kuas dan lain-lain. Dalam fotografi sesuatu-nya cahaya ini disebut karakter cahaya, atau sifat fisiknya.

Karakter Cahaya

  1. Sumber cahaya, terdiri dari asli dan buatan. Asli berarti ‘sudah ada dari sononya’, bahkan ketika kita belum lahir di dunia ini, contoh: Matahari, dan cahaya buatan yang berarti sumber cahaya buatan manusia, seperti lampu, speedlight, dan studio lamp. Ada pertanyaan mengelitik saya, apakah bulan merupakan sumber cahaya alami?
  2. Quantity of Light, seberapa banyak cahaya yang tersedia ketika kita akan melukis dengan cahaya. Simpelnya, seperti air di bak mandi, penuh atau tinggal lima gayung. Jikalau penuh kita bisa mandi dengan leluasa, keramas juga bisa. Akan tetapi jika kebalikannya, membuat kita harus berpikir, gosok gigi aja, cuci muka, cuci kaki/tangan, apa ‘gebyur’ saja tidak usah sabunan.
  3. Quality of Light, kualitas disini bukan berarti tentang bagus dan buruk, seperti sesuai arti kualitas dalam KBBI, namun mempunyai arti keras dan lembut cahaya itu sendiri. Keras akan menimbulkan bayangan yang tegas, dan lembut akan menimbulkan bayangan yang memudar. Ada sebuah eksperimen, nyalakan lampu baca/belajar/duduk arahkan pada kita, kemudian kita butuh sebuah kertas HVS yang dilipat menjadi dua, berdirilah sekitar 1-2 meter dari lampu, tangan kanan kita bentuk angka satu, boleh jari apa saja bahkan tengah jari tengah, namun hati-hati jika berdiri dekat jendela bila ada orang yang melintas dan melihat, panjang nanti akibatnya. Kemudian HVS tadi kita pegang sebagai background dari jari tangan kanan kita tadi, maka pada kertas HVS akan ada bayangan jari. Kemudian mendekatlah kearah lampu, maka yang terjadi adalah, bayangan makin keras/nyata, atau sebaliknya?
  4. Arah Cahaya, sama seperti dalam kehidupan sehari-hari, arah cahaya akan terdiri dari depan, atas, bawah dan belakang. Depan akan membuat objek foto menjadi flat/datar, sebaliknya 3 arah lainnya akan membuat sebuah ‘kedalaman’.
  5. Warna Cahaya, cahaya sejatinya juga memiliki warna, karena mata kita ini sungguh luar biasa, maka dalam jenis cahaya apapun warna putih akan selalu terlihat putih. Namun tidak demikian dengan camera digital yang ada hari ini, camera butuh penyesuaian untuk bisa menyatakan putih adalah putih dalam hasil fotonya.
  6. Continues and Strobe light, continues ini bisa diartikan terus menerus dan strobe berarti lintasan cahaya. Matahari adalah continues light, begitu pula dengan lampu, serta lilin. Speedlight dan lampu studio dengan modelling lamp yang tidak aktif adalah strobe light.

Itulah karakter cahaya yang wajib kita pahami. Masih ada tambahan seperti pattern of light dan style of light bila kita mendalami genre portrait.

"Gitu doang?"

“Iya, hanya itu aja.”

“Ah, ga seru! Katanya yang penting komposisi, kok cuma cahaya doang?”

Perkataan diatas pernah saya alami dulu. Hari ini, saya baru sadar bahwa melihat cahaya ini penting, bahkan amat sangat vital. Bayangan saya seperti dalam film kungfu, sang pemeran utama jengah karena hanya diajari kuda-kuda bertahun-tahun, tanpa terlihat sang guru akan mengajari jurus-jurus yang bisa membuatnya menguasai dunia.

Tanpa bisa melihat cahaya, apapun hasil fotonya nanti akan terlihat ‘datar’, hanya terang, hanya berwarna, hanya tajam. Tanpa ‘kedalaman’, tanpa ‘jiwa’. Akhirnya di dahi kita akan ada stempel, foto KTP, ngandelin editing doang, flat fotonya. “Sakitnya tu disini..”

Back to Basic

Kembali ke jalan yang benar, atau mulai dari awal lagi. Caranya; sebutin aja karakter cahaya, dimanapun kita berada, misal; lagi dugem, ah ini continues apa strobe ya? Lagi keluar makan siang pas matahari bersinar terik, wah quality of lightnya harsh/keras ini, dan lain-lain(dalam hatinya aja, kalo kita ngomong, entar dianggap aneh). Bisa juga mantengin timeline medsos kita, sambil memperhatikan foto-foto yang diunggah kawan, analisalah karakter cahayanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun