Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Wonder Woman itu Bernama Liliyana Natsir

18 Juni 2017   23:22 Diperbarui: 20 Juni 2017   05:45 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liliyana Natsir (depan) dan Tontowi Ahmad (belakang), sang juara Indonesia Open 2017. (sumber foto: akurat.co)

Gemuruh suara penonton di Jakarta Convention Center menyambut kemenangan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir di Indonesia Open 2017. Pasangan ganda campuran peraih medali emas di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro itu berhasil mengalahkan pasangan peringkat nomor satu dunia dari Tiongkok, Zheng Siwei dan Chen Qingchen dalam dua set langsung 22-20 21-15. Gelar juara ganda campuran ini pun memastikan akhir dari penantian pebulutangkis Indonesia untuk jadi kampiun di Indonesia Open. Sebelumnya, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan menjadi pemain Indonesia terakhir yang naik podium juara Indonesia Open yaitu di tahun 2013.

Keberhasilan pasangan yang akrab dengan julukan Owi/Butet ini tak lepas dari perjuangan luar biasa yang telah mereka lakukan. Di partai final, keduanya benar-benar menampilkan permainan yang terbaik, tidak mudah berbuat kesalahan sendiri dan menjaga kekompakan dengan komunikasi yang lancar. Pasangan Tiongkok yang sedang naik daun dalam dua tahun terakhir itu tidak diberikan kesempatan untuk bisa leluasa mengembangkan permainan mereka.

Owi-Butet tampil kompak untuk menang di final. (sumber foto: indosport.com)
Owi-Butet tampil kompak untuk menang di final. (sumber foto: indosport.com)
Tanpa mengurangi apresiasi pada kegigihan yang telah ditunjukkan oleh Tontowi Ahmad dan kontribusi luar biasanya dalam melakukan cover di lapangan bagian belakang, rasanya pujian tertinggi perlu disematkan kepada Liliyana Natsir atas gelar juara di Indonesia Open ini. Perempuan kelahiran Manado, tanggal 9 September 1985 itu adalah wonder woman dalam dunia olahraga Indonesia.

Walaupun sepertinya tidak perlu ada penjelasan tentang kehebatan Butet karena hal tersebut sudah diamini oleh semua orang di Indonesia dan bahkan di luar negeri, namun ada 2 hal spesial yang membuat Butet semakin kokoh dengan predikat wonder woman setelah ia merengkuh gelar Indonesia Open tahun 2017 ini, yaitu:

1. Kekuatan dan komitmen berprestasi di tengah cedera.
Dalam karir elit bulutangkisnya yang sudah melintang sejak masih berusia 18 tahun, Butet memang tergolong pemain yang jarang terkena cedera. Namun hantu cedera yang kerap mengganggu para olahragawan itu akhirnya harus ia temui di akhir tahun 2016. Ia mengalami cedera lutut dan terpaksa menepi dari lapangan selama beberapa bulan untuk proses penyembuhan.

Cedera Butet nampaknya tidak bisa dianggap remeh karena hal itu mempengaruhi penampilannya setelah mencoba kembali bermain pasca dinyatakan kondisinya membaik. Bersama Owi, Butet kalah di perempatfinal All England 2017 dan semifinal Malaysia Open 2017. Di Singapore Open 2017, pasangan yang waktu itu diunggulkan di posisi kedua ini malah dipaksa kalah dalam dua set langsung dari pemain Thailand, Dechapol Puavaranukroh dan Sapsiree Taerattanachai.

Cedera lutut Butet masih terus membayangi hingga sekarang. (sumber foto: PBSI)
Cedera lutut Butet masih terus membayangi hingga sekarang. (sumber foto: PBSI)
Kondisi lutut Butet yang tak kunjung normal seperti sedia kala juga membuat perempuan yang telah jadi juara dunia sebanyak tiga kali itu dicoret dari skuad tim Indonesia untuk Piala Sudirman 2017 bulan Mei lalu. Bahkan saat Indonesia Open 2017 akan dimulai pun, pertanyaan tentang bagaimana kesiapan fisik Butet masih terus membayangi persiapan ganda campuran yang sekarang duduk di peringkat 9 dunia ini.

Namun Butet memang seorang wonder woman. Ia tahu bahwa dirinya dan Owi tak mungkin absen dari turnamen yang berlangsung di ‘rumah’ dan di depan para fans bulutangkis Indonesia yang fanatik itu. Meskipun lututnya masih dibebat dan pergerakannya terbatas, Butet dan Owi tetap memastikan bertanding di Indonesia Open 2017.

Butet bisa saja memilih mundur dari turnamen ini bila tidak mau ambil resiko pada lututnya. Ia juga bisa mundur dengan alasan cedera dan menikmati keseruan pertandingan bulutangkis di Indonesia Open 2017 dari bangku penonton atau di depan layar televisi. Jika keputusan itu ia ambil, sepertinya para pengurus PBSI dan masyarakat umum sangat memaklumi. Tapi alasan seperti itu tidak ada dalam pikiran dan hati Butet yang memang seorang juara sejati.

Jatuh-bangun dialami Butet di Indonesia Open 2017, terutama saat melawan pemain-pemain yang usianya lebih muda sehingga tenaganya lebih fit dan tentunya sedang tidak dibekap cedera. Untungnya Owi sangat sigap menjalankan beberapa pekerjaan tambahan untuk membantu Butet. Ada sejumlah porsi yang biasa dilahap oleh Butet di lapangan kini harus jadi tanggung jawabnya. Butet tetap memegang kendali sebagai playmaker di depan net dan pemimpin yang selalu memotivasi Owi.

Butet tetap siaga menjaga area depan net dan bertindak sebagai playmaker. (sumber foto: juara.net)
Butet tetap siaga menjaga area depan net dan bertindak sebagai playmaker. (sumber foto: juara.net)
Hampir saja mereka kalah di babak pertama saat melawan Kim Dukyoung dan Kim Ha Na dari Korea. Mereka sudah kehilangan set pertama 19-21 dan kemudian menang tipis 21-19 di set kedua. Walaupun tertinggal 10-15 di set ketiga, sangat terlihat bagaimana Butet tidak mau menyerah begitu saja. Ia bahu membahu bersama Owi untuk mengejar ketertinggalan dan menang dramatis 21-18.

Di babak-babak berikutnya, Butet yang masih terbatas pergerakannya tetap berusaha tampil prima melawan pemain-pemain yang masih fresh seperti Hafiz Faisal/Sheila Devi Aulia, Tan Kian Meng/Lai Pei Jing dan Chang Peng Soon/Peck Yen Wei. Dalam konferensi pers setelah menang di babak pertama, Butet mengatakan bahwa dia terpacu untuk melupakan cederanya karena mendengar dukungan luar biasa dari penonton. Ia tidak mau mengecewakan mereka yang sudah datang mendukungnya dan Owi. Sungguh luar biasa!

2. Ketenangan dalam Menghalau Tekanan dan Rasa Penasaran
Pada awal bergulirnya Indonesia Open 2017, sektor ganda campuran tidak dibebani target meraih gelar juara karena jagoan utamanya yaitu Owi/Butet sedang tidak dalam performa yang maksimal. Target juara dibebankan oleh PBSI kepada ganda putra, khususnya Markus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang memang sedang menggila dengan raihan tiga gelar juara Super Series di semester pertama tahun 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun