Mohon tunggu...
Gentur Adiutama
Gentur Adiutama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ramadan dan Momentum Merayakan Kuliner Lokal

27 Mei 2017   12:01 Diperbarui: 27 Mei 2017   14:58 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka jajanan pasar lokal dijajakan di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta. (sumber foto: okezone.com)

Bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Muslim, Ramadan, telah tiba. Tahun ini, Ramadan dimulai sejak matahari terbenam pada Jumat, 26 Mei dan berakhir pada Sabtu, 24 Juni. Kehadiran bulan Ramadan menjadi momentum untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadah. Tak hanya berpuasa, namun juga menjalankan sholat malam, membaca kitab suci Al-Quran, mendermakan sebagian rezeki untuk kebaikan, dan lain-lain.

Seperti halnya di negara-negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam lainnya, Ramadan di Indonesia berjalan dengan penuh kemeriahan dan membawa suka cita. Salah satunya adalah terkait dengan kuliner. Ramadan menjadi momentum bagi kita untuk merayakan kekayaan dan keberagaman kuliner lokal di Indonesia.

Sudah menjadi tradisi bahwa pasar takjil digelar di berbagai kota di Indonesia setiap sore menjelang waktu berbuka puasa. Pasar yang menjual aneka makanan untuk berbuka puasa ini dapat ditemui di hampir semua kota besar di Indonesia. Beberapa diantaranya tergolong pasar tiban, yaitu pasar yang terjadi secara tiba-tiba dan khusus pada rentang waktu tertentu.

Pasar sore di Kauman yang menjual takjil selama bulan Ramadan. (sumber foto: harianbernas.com)
Pasar sore di Kauman yang menjual takjil selama bulan Ramadan. (sumber foto: harianbernas.com)
Keberadaan pasar takjil selalu mendapat sambutan yang positif dari masyarakat. Mereka jadi punya banyak pilihan dalam menentukan menu buka puasa yang bervariasi setiap harinya. Bukan cuma jajanan pasar, mereka juga bisa membeli makanan utama dan minuman-minuman segar di pasar takjil.

Di pasar takjil, kuliner lokal berjaya dan menjadi primadona. Jajanan pasar legendaris yang sudah bertahan puluhan dan bahkan mungkin ratusan tahun lalu seperti Klepon, Kue Lumpur, Kue Apem, Bika Ambon, Carabikang dan Pisang Epe tersaji di lapak-lapak pedagang. Mereka bersanding dengan aneka minuman segar dan makanan penutup khas daerah seperti Es Pallu Butung, Es Pisang Ijo, Kolak Pisang, Es Dawet, Es Cendol, dan lain-lain.

Di beberapa kota, pasar takjil juga menjadi momentum kemunculan kuliner lokal yang ikonik karena hanya ada saat bulan Ramadan. Salah satu contohnya adalah Kicak yang bisa ditemui di pasar takjil di Jalan Kauman, Yogyakarta. Panganan ini terbuat dari beras ketan yang ditumbuk halus, gula, parutan kelapa, nangka, pandan dan vanili. Bahan–bahan ini kemudian dicampur jadi satu dan dikukus dengan kayu bakar. Kicak disajikan dalam bungkusan daun pisang dan rasanya gurih sekaligus manis.

Masyarakat Banjarmasin juga mengenal Kue Bingka yang lebih mudah ditemui saat bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Kue yang berbentuk menyerupai bunga berkelopak enam ini sangat cocok disantap sebagai hidangan buka puasa karena rasa manis yang dominan. Terlebih lagi dengan dilengkapi macam-macam toping, mulai dari nangka, pisang, coklat, keju, dan lain-lain.

Kue Bingka khas Banjarmasin yang jadi primadona di bulan Ramadan. (sumber foto: viva.co.id)
Kue Bingka khas Banjarmasin yang jadi primadona di bulan Ramadan. (sumber foto: viva.co.id)
Untuk makanan utama, ada beberapa yang merupakan khas bulan Ramadan seperti contohnya Gulai Siput di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau dan Sotong Pangkong di Pontianak, Kalimantan Barat. Gulai Siput menjadikan siput sawah sebagai bahan utama dan dimasak bersama dengan sayuran pakis, daun ubi, daun keladi dan terung asam. Sementara Sotong Pangkong adalah cumi yang dikeringkan lalu dibakar dan disantap bersama saos dan cuka.

Momentum kehadiran kuliner lokal pada saat bulan Ramadan ini adalah hal yang menarik dan sekaligus patut disyukuri. Bila di bulan-bulan lainnya masyarakat kita banyak mengkonsumsi makanan yang tergolong modern dan beradaptasi dengan menu dari luar negeri seperti aneka pastry, biskuit, sandwich, dan lain-lain, maka di bulan Ramadan ini justru kuliner khas yang menjadi primadona. Demikian juga dengan jajanan seperti Kolak dan Es Pisang Ijo yang lebih diingat saat memasuki bulan Ramadan.

Aneka minuman segar yang siap disantap saat buka puasa. (sumber foto: liputan6.com)
Aneka minuman segar yang siap disantap saat buka puasa. (sumber foto: liputan6.com)
Di samping itu, pasar takjil yang didominasi oleh jajanan lokal juga bagus untuk membantu melestarikan kuliner yang merupakan warisan budaya Indonesia. Ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk memperkenalkan pada anak-anaknya bahwa Indonesia itu sangat kaya akan makanan-makanan lezat yang bersumber pada resep nenek moyang. Tidak hanya nama makanan saja, namun juga bisa diceritakan sejarah di balik makanan itu.

Kue Apem, misalnya, punya sejarah dan filosofi yang menarik. Kue berbahan dasar tepung beras ini punya nama apem yang berasal dari Bahasa Arab yaitu afuan/afuwwun yang bermakna ampunan. Kue apem dibuat sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang sudah dilimpahkan oleh Tuhan, sekaligus mohon ampun atas segala dosa yang dilakukan. Kue Apem juga dalam sejarahnya menjadi penyambung silaturahmi karena panganan tersebut dibagi-bagikan pada para tetangga dan mereka yang kurang beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun