Mohon tunggu...
Pitoresmi Pujiningsih
Pitoresmi Pujiningsih Mohon Tunggu... -

In Caffeine We Trust!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tentang Sevel

8 Mei 2012   05:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:34 12250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_186983" align="aligncenter" width="640" caption="Gambar diambil dari http://m.koran-jakarta.com/?id=83667&mode_beritadetail=1"][/caption] Tau Sevel? Itu, lho, 7-Eleven, tempat nongkrong (yang katanya) murah dan buka 24 jam di sekitaran Jakarta. Karena akses nggak kenal libur dan Wi-Fi gratisan, saya jadi sering ke sana. Entah nebeng garap kerjaan atau cuma nongkrong janjian dengan teman. Saking seringnya saya ke sana, saya jadi kebal dengan riuhnya dedek-dedek bercelana gemes atau kakak-kakak hipster. Tapi satu hal yang saya nggak kebal: buta kebersihan.

13364529941623865515
13364529941623865515
Dua gambardi bawah ini saya ambil jam 3 pagi hari Senin, 7 Mei 2012. Meja yang letaknya ada diantara dua tempat sampah sebesar dosa tak terampuni itu tadinya berisi tiga mas-mas yang sepertinya masih kuliah tingkat akhir. Gambar yang satu lagi tepat berada di sebelah meja saya, dengan tempat sampah yang sama besarnya diantara kami. Jika mata dan nuranimu jeli, kamu akan lihat ada yang salah dengan kedua gambar tersebut: sampah. Mengingat letak tempat sampah yang hanya sejangkauan tangan, usaha bukanlah jadi masalah utama. Ini masalah ketidakpedulian. Sekali sempat saya iseng gabung bareng mas-mas petugas kebersihan dan pekerja Sevel ketika mereka sedang rehat sambil ngopi dan merekap pagi-pagi. Ketika saya bertanya apakah pengunjung tidak diingatkan untuk buang sampah pada tempatnya, dengan tegas salah satu mas-mas itu menjawab, “di sini tamu bebas ngapain aja, Kak. Udah kebijakan perusahaan. Mau lari-larian atau nongkrong berapa lama juga nggak papa. Seperti rumah sendiri.” Sontak kening saya berkerut. Orang macam apa yang membiarkan sampah bertebaran di rumahnya sendiri?
13364526922089270976
13364526922089270976
Dari teman saya yang sering jalan-jalan, saya dapat cerita tentang kebiasaan warung cepat saji di negara-negara bule sana. Bukan hanya kursi yang seringkali absen karena pengunjung diharuskan makan sambil berdiri, tapi juga ketiadaan sampah bekas makanan yang tertinggal di meja. Mereka memang punya petugas kebersihan, tapi pengunjung juga terbiasa membawa sampah mereka sendiri ke tempat sampah karena semua perangkat makan biasanya memang hanya sekali pakai dan bisa langsung dibuang. Balik lagi ke mas-mas petugas Sevel yang saya ajak ngobrol, saya pun bertanya lagi. “Tapi kan kalo pengunjung pada buang sampahnya sendiri, kerjaan masnya bukannya jadi lebih ringan ya?” Dan dijawab dengan, “ya nggak papa, Kak. Kan saya emang dibayar buat ngebersihin. Yang penting mah tamu nyaman, ngerasa bebas.” Oh, well… ternyata masalah kebebasan bisa berarti lepas dari tanggungjawab paling minimal untuk membersihkan sampah yang kita bikin sendiri. Haha. Cuma saran sih. Mungkin PR-nya bisa kampanye baru daripada sekadar mem-blowup promo makanan segede lapangan bola di billboard (iya, saya lebay). Cerdaslah sedikit. Jangan cuma ngeracunin konsumen dengan bikin mereka tambah bodoh. Kasih lah edukasi. Kalau kata orang Jawa, ngono yo ngono, ning ojo ngono. Oh, saya belum sampai pada tulisan "18+ A good ID is a good idea" lho untuk para pembeli rokok. Masih banyak kok saya lihat anak-anak berseragam sekolah merokok tanpa rasa bersalah di kawasan 7 Eleven. So, 18+ itu sepertinya cuma mantes-mantesin aja.

Ngomong-ngomong, tulisan ini BUKAN untuk menyerang mas-mas dan mbak-mbak petugas Sevel, lho. Ini buat kalian, para nongkrongers berisik yang sering bergerombol sampai hampir subuh. Termasuk saya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun