Mohon tunggu...
Gaya Hidup Artikel Utama

Glodok Itu "Rame"

8 Desember 2016   14:23 Diperbarui: 8 Desember 2016   22:16 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Saya selalu penasaran dengan rahasia hal-hal sekitar yang sebenernya ada di sekitar saya. Entah karena legenda atau sejarahnya, keragamannya atau hal-hal unik lainnya apalagi kuliner. Saya termasuk orang yang gemar jalan-jalan hemat. Simple sih, sebenarnya saya ingin menjelajah Jakarta dengan banyak hal-hal yang saya yakini masih banyak hal yang saya belum tau.

Dan benar, 2 minggu lalu saya dapat kesempatan berjalan di sekitar Glodok bersama Jakarta Food Adventure. Meeting point kita adalah 711 di Novotel. Dan benar, baru di meeting point saja saya sudah mendapat cerita yang asing yang saya belum pernah dengar. Agak sedikit ke dalam di daerah Novotel, ada rumah mewah Tiong Hoa zaman dahulu yang biasa disebut Candaranaya. Rumah yang benar-benar kelewat luas namun yang dipunyai mayor dari Cina, Khouw Tjeng Tjoan. 

Saya tidak tau persis luasnya, yang pasti benar-benar luas dan katanya sebenarnya lebih luas dari ini namun sudah ditutup dengan gedung-gedung mewah. Ditengah-tengah rumah ini ada kolam yang unik untuk tempat berkumpul keluarga. Sudah pasti, rumah ini penuh dengan nuansa-nuansa dan budaya Cina.

Berlanjut ke Pasar Petak Sembilan yang sangat penuh nuansa Cina karena memang kebanyakan daerah Glodok ditempati oleh Tionghoa. Pasar ini terbagi menjadi dua, bagian basah dan bagian kering. Di bagian basah diisi oleh sayur-sayuran, buah-buahan dan daging-daging. Sedangkan di bagian kering terdapat kue-kue dan makanan lainnya. Banyak sekali kuliner bertebaran disana, terutama kue-kue yang menggoda lidah tapi tidak membuat dompet menjadi ringan.

Jalan sedikit agak ke dalam, kita tiba di salah satu Klenteng sangat bersejarah di Indonesia. Warga Tionghoa yang berdomisili di Ibukota pasti sudah tidak asing lagi dengan Klenteng Dharma Bhakti. Kelenteng ini merupakan salah satu dari empat kelenteng besar yang berada di bawah pengelolaan Kong Koan atau Dewan Tionghoa. Klenteng ini biasanya jadi tujuan utama umat Tionghoa jika Imlek tiba. Banyak pengemis yang meminta sumbangan di depan Klenteng.

Hanya berjalan sedikit saja, kita berjumpa dengan Gereja Katolik yang bernama Gereja Santa Maria De Fatima. Gereja yang juga bersejarah ini mempunyai bentuk arsitektur yang khusu khas. Gereja ini dinamakan Fatima karena sebuah cerita di Brazil saat Bunda Maria menampakkan dirinya dihadapan 3 anak perempuan yang salahsatunya bernama Fatima. Gereja ini juga dimiliki oleh orang Tionghoa.

Berlanjut ke sebuah Gang Kecil yang isinya beragam. Disana kita dapat melihat pembuatan kaligrafi tulisan cina dan banyak sekali makanan enak disana. Kita singgah di salah satu restoran dengan makanan cina tradisional namun halal. Nikmat dan murah, seperti yang dicari banyak orang termasuk saya. Setelah itu kita kembali ke meeting point awal yaitu 711 Novotel.

Sekian cerita perjalanan singkat yang sangat mengesankan dari saya. Semoga cerita ini bermanfaat dan saran saya jika anda tinggal di daerah Jakarta dan sekitarnya, anda harus menjelajahi Glodok dan sekitarnya karena itu worth it!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun