Dua puluh dua agustus; langit berawan sedikit.
Selembar awan menghitam berlalu. Dan datang lagi.
Sunyi tiada kicau burung.
Tidak seperti kemarin.
Dan sebuah cangkir berisi kopi telah dingin.
Ku biarkan bibir kering diterpa dingin
walau lembab rongga dada
Lebam di pelupuk mata
Kubiarkan mengalir di seluruh nadi
kunikmati setiap sentuhannya
meski harus menahan lara
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!