Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Disini Minyak Atsiri Menghasilkan dan Perlu Perhatian

11 Juli 2016   20:33 Diperbarui: 11 Juli 2016   20:41 2777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serai wangi (chimbopogon nardu) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini berasal dari selatan India atau Sri Lanka. Serai wangi tumbuh di Negara Asia Tropika, Afrika dan Amerika. Tanaman ini tumbuh baik didataran tinggi. Serai wangi dapat tumbuh 1 – 1.5 m dengan panjang daun 70 – 80 cm dan lebar 2 – 5 cm dan mempunyai rimbunan daun yang lebat.

Di Indonesia serai wangi tumbuh hampir di setiap daerah yaitu Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Serai wangi tumbuh mulai dari 1.200 m diatas permukaan laut dan cocok ditanam pada lahan terbuka dengan intensitas cahaya 75-100%. Daun dan tangkai serai wangi mengandung minyak Atsiri (citronella oil). Bahan aktif utama yang dihasilkan adalah aldehidehid (citronelle 30-45%, granoil 55-65%) senyawa lainnya citral, nerol, metilheptonendan dipentana. Bahan yang tidak disukai nyamuk adalah citronelladan granoil. Tanaman ini juga berkhasiat sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak/obat batuk, bahan kumur, penghangat badan, peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kenyang.

Berada di daerah pedalaman provinsi Aceh menjadikan pertumbuhan industri penyulinagan minyak serai wangi sangat potensial karena pertumbuhan tanaman serai sangat cocok di Kabupaten Gayo Lues. Didukung dengan tersedianya bahan bakar ketel tradisional, Kayu bakar.

Di Gayo Lues, sekitar 30 % masyarakat membudidayakan serai wangi. Perawatan tanaman ini tidak terlalu rumit, membuat tanaman ini dijadikan sebagai penghasilan pokok oleh masyarakat. Akan tetapi, sebagian masyarakat dijadikan sebagai penghasilan tambahan.

Ketel (alat Penyuling tradisional)/Dokpri
Ketel (alat Penyuling tradisional)/Dokpri
Di Gayo Lues, tanaman ini tersebar diseluruh kecamatan, 11 kecamatan. Kecamatan yang paling banyak membudidayakan minyak Atsiri meliputi Rikit Gaib, Pantan Cuaca, Dabun Gelang, Kuta Panjang, Blang Jerango, Terangun dan Tripe Jaya. Untuk Trangun dan Tripe Jaya, selain Serai Wangi banyak juga Nilam. Pada Kecamatan Blangkejeren, Blangpegayon, Putri Betung dan Pining, belum banyak membudidayakan Serai Wangi, tetapi lumayan.

Melalui Disperindagkop pada bidang perindustrian mengungkapkan, petani Serai wangi di Gayo Lues mencapai 8,000 petani. Dalam satu hektar kebun serai wangi, bisa menhasilkan sekitar Rp. 25 juta. Dijelaskan juga, Pemkab Gayo Lues harus membuat terobosan agar kualitas dan kuantitasnya lebih bagus lagi. Disini.

Di Kecamatan Blangpegayon, khususnya Kampung ku budidaya Serai Wangi lumayan banyak. Dijadikan sebagai usaha sampingan, penghasilan pokoknya adalah Cabe dan Bawang Merah, serta sebagian Tembakau. Di Kampung ku, para petani yang mumbudidayakan Serai Wangi ada 50 orang. Kebanyakan dari mereka itu tidak sampai 1 Hektar kebun serai wangi.

1 Hektar serai wangi bisa menhasilkan 60 hingga 80 Kg minyak Atsiri serai wangi, per panen (bergantung pada faktor lahan dan penyulingan). Waktu yang diperlukan untutuk panen pertama, dari mulai menanam adalah 6 – 8 bulan. Setelahnya sekitar 3 bulan sekali, artinya dalam satu tahun bisa 4 kali panen. Masa produktif tanaman ini mulai dari umur 1 tahun hingga 10 tahun, bergantung pada perawatannya. Biasanya para petani membersihkan semak dan blukar hanya sekali per panen, yaitu setelah panen ketika daunnya masih belum tumbuh sempurna.

Pada musim panceklik seperti sekarang ini, sebagian petani ‘bersandar’ penuh pada Serai Wangi tersebut. Baru – baru ini, harga minyak atsiri Serai Wangi berkisar antara Rp. 150,000 – Rp. 165,000 per Kg, sedangkan untuk Nilam sekitar Rp. 600,000 per Kg. Terlihat pada kebun serai wangi petani, rata – rata baru dipanen. Ya, musim puasa dan lebaran banyak sekali kebutuhan masyarakat. Uang berhamburan, untuk keperluan puasa dan lebaran. Ditambah dengan adanya kepentingan dari anak – anak sekolah, karena tahun ajaran baru. Untuk memenuhi kebutuhan itu, masayarakat di kampung ku ‘lari’ pada kebun serai wangi mereka. Walaupun belum cukup umur panen. Hekz hekz.

Serai Wangi yang baru dipotong (panen)/Dokpri
Serai Wangi yang baru dipotong (panen)/Dokpri
Melihat dari harganya, Nilam lebih menggiurkan. Akan tetapi, Serai Wangi lebh banyak dibudidayakan dibanding Nilam. Hal ini, karena budidaya Serai Wangi jauh lebih mudah dibanding Nilam. Proses perawatan dan penyulingan lebih sulit Nilam.

Karena waktu panennya tidak harus tepat 3 bulan sekali, tidak jarang juga sebagian petani memanen diatas 3 bulan. Akan tetapi, waktu panen diatas 6 bulan akan merugikan, sebagian daun menjadi kering dan busuk. Disini memanen Serai wagi dengan cara memotong daunnya dengan sabit. Hendaknya daun yang sudah dipotong dijemur selama 2 – 3 hari, guna memudahkan pengangkutannya dari kebun dan meningkatkan produktivitas penyulingan (sudah mulai kering dan kecut). Sehingga waktu panen diharapkan pada musim kemarau.

Alat penyulingan yang digunakan para petani disini adalah alat tradisional. Ketel yang menggunakan bahan bakar kayu. Sekarang sebagian petani masih bisa mendapatkan kayu bakar dengan gratis, keuntungannya lebih banyak. Sebagian lainnya, yang tidak memiliki pohon sendiri harus membeli kayu bakar. Walupun membeli kayu bakar, masih mendapat keuntungan sekitar Rp. 100,000 per Kg.

Pada umumnya, 1 ketel menghasilkan minyak Atsiri 5 – 8 ons, tergantung kualitas serai wanginya dan kapasitas yang bisa dimuat. Untuk nilam lebih kurang dari serai wangi dengan proses penyulingan yang lebih lama, ini salah satu yang mengurangi daya tarik petani. Proses penyulingan nilam lebih lama. Nilam hanya bisa 2 - 3 ketel perhari sedangkan serai wangi bisa mencapai 4 – 5 perhari dan bahkan sebagian 6 ketel per harinya.

Minyak Serai Wangi hasil penyulingan/Dokpri
Minyak Serai Wangi hasil penyulingan/Dokpri
Melihat baiknya prospek yang dihasilkan masyarakat dari minyak atsiri untuk peningkatan prekonomian, diperlukan perhatian yang lebih baik lagi dari instansi terkait untuk pengembangannya. Terutama masalah penyulingan. Alat penyulingan yang digunakan masih sangat tradisional, membuat petani kesulitan dan enggan memperbanyak kapasitas produksi. Alat produksi ribet dan kapasitas kecil. Selain alat, diperlukan juga penambahan rangsangan dan wawasan petani (SDM), agar para petani lebih produktif. Seperti pelatihan peningkatan SDM. Konon, penghasilan dari minyak Atsiri hampir menyamai APBK Gayo Lues. Sangat Menghasilkan.

Gayo Lues, 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun