Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Setelah Satelit Telkom S3 Mengangkasa, Warga Daerah 3T Dapat Mengorbitkan Hasil Industri Kreatifnya

19 Februari 2017   13:30 Diperbarui: 19 Februari 2017   16:55 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batik-batik aneka motif yang dijemur pengrajinnya di Desa Trusmi Kulon, 4 November 2017 Foto Dok Pri

Bagi pedagang online Batik Cirebon, menjual barang yang dijajakannya tidaklah sulit. Hanya dengan mengetikkan kata kunci “batik cirebon online” pada kotak mesin pencari Google, lebih dari 223 ribu tautan dimunculkan hanya dalam hitungan 0,53 detik.

Dengan semakin mudahnya mencari Batik Cirebon lewat internet, sudah barang tentu membuat penjualan para pedagang online Batik Cirebon semakin meningkat. Para calon pembeli dan penjual bisa saling bertemu lewat dunia maya. Lewat dunia itu pula terjadi tawar-menawar yang berujung pada transaksi jual-beli.

“Lumayan, banyak yang tanya-tanya,” jawab Sri Agustina saat ditanya tentang bisnis online yang dikelolanya lewat Facebook. “Ada yang habis tanya langsung beli. Ada juga yang tanya ini tanya itu, tapi tidak nongol lagi,” sambung perempuan berhijab yang sehari-hari membuka kiosnya di Blok A Pasar Batik Trusmi, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Sambil mengulas senyum di wajahnya, perempuan berhijab ini mengungkapkan, “Lebih banyak yang tanya, tapi tidak nongol lagi,” tandasnya.

Sayangnya pengrajin batik yang tinggal di Desa Kalitengah, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Cirebon ini mengaku tidak tahu persis besaran konstribusi Facebook dan lapak online dalam usaha batiknya.

Berbeda dengan Sri, Heri Kismo mengatakan bahwa situs toko batik yang dimilikinya berperan penting dalam usahanya. Meski sejak beberapa tahun belakangan, situs batiknya sudah tidak lagi aktif, tetapi, pembeli masih memesan barang dagangannya lewat media Facebook.

“Konstribusinya sekitar 10 persen,” tegas pemilik toko batik yang berlokasi di Jalan Trusmi ini.

Sejalan dengan Heri, Dian Novalia mengungkapkan kalau pemasaran batik lewat media sosial cukup menjanjikan. Lewat media sosial, khususnya Facebook, Dian yang juga bertetangga dengan Sri ini menjelaskan kalau batik karyanya telah dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia, seperti Jakarta dan Solo. Bahkan, tidak jarang, perempuan kelahiran 1979 ini mendapat pesanan dari luar negeri, seperti Thailand, Brunai Darusalam, dan beberapa negara lainnya

Di Desa Trusmi Kulon yang dikenal sebagai Desa Batik sekitar 3.118 warga atau sekitar 80 persen dari total penduduk desa yang mencari nafkah dari industri batik. Menurut Kesra Desa Trusmi Kulon, Asnawi, yang ditemui pada 4 November 2016 lalu, hampir semua pedagang batik di desanya sudah melek internet.

“Hampir semua orang di sini, terutama anak mudanya sudah bisa internetan, Anak-anak itu pada Facebook-an, BBM-an, dan macam-macem,” ungkapnya dengan logat Plered yang medhok.

Setelah memastikan informasi kepada staf desa lainnya, Asnawi mengaku kalau pemerintah setempat belum pernah memberikan pelatihan tentang pemasaran online kepada warga di desanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun