Banyak yang memuji gaya komunikasi low context Ahok. Tidak kurang dari budayawan Betawi, Ridwan Saidi pun mengaguminya. Menurutnya, ketegasan yang ditunjukkan Ahok perlu ada dalam diri setiap pemimpin. Kalau hanya kompromi, seorang pemimpin akan mudah disetir kepentingan orang-orang yang tak mau peraturan ditegakkan.
Ridwan pun membandingkan kegalakan Ahok yang menurutnya lebih menarik ketimbang galaknya Ali Sadikin.
"Enggak ada yang kayak ini. Pasangan Jokowi-Ahok enggak ada bandingannya. Orang bilang (Ahok) kaya Ali Sadikin. Ali Sadikin galak karena membela judi, enggak menarik, enggak membela hukum dia (seperti Ahok)," kata Ridwan dijumpai di rumahnya di Bintaro, Jakarta, Selasa (6/8/2013).
Mengenai sikap Ahok yang dinilai sejumlah kalangan keras dan arogan, Ridwan mengatakan, "Pemerintah kemarin-kemarin kompromistis. Kalau Pak ini (Ahok), tegas dia menegakkan hukum. Patut didukung Jokowi-Ahok, lepas dari ekspresi dia (Ahok)."
Ditambahkannya lagi, orang yang risih dengan gaya bicara Ahok adalah orang-orang yang hidup dan bergaul dalam komunitas yang tidak pluralistis.
"(Gaya bicara seperti) Itu sudah biasa kok. Itu asyik saja buat saya ngedenger-nya," aku Ridwan.
Namun, warga Jakarta bukan saja Ridwan Saidi yang mau mengerti dan menerima gaya bicara Ahok. Sebagian lagi, seperti Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana yang mengatakan Ahok bersikap arogan.
"Saya memberi apresiasi kepada Pak Jokowi yang begitu perhatian terhadap PKL Tanah Abang. Ini menjadi bukti kalau Pak Jokowi lebih mengerti terhadap persoalan PKL ketimbang Ahok, yang hanya bisa berbicara di media dengan pernyataan-pernyataannya yang arogan," tegas Lulung dalam pernyataan persnya, Rabu (7/8/2013).
Demikian juga dengan staf Ahli Mendagri Reydonnyzar Moenek, yang meminta Ahok belajar lagi tentang aturan dan tata kelola birokrasi. “Dalam pengamatan kami, Ahok tidak bekerja dengan sistem, dan Ahok arogan, tidak tahu aturan. Urusi persoalan kinerja Anda,” cetusnya.
Lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan sangat perlu, apalagi mengingat tidak semua media menyajikan pernyataan secara utuh, ada yang memenggalnya untuk membentuk opini tertentu, bahkan ada juga yang memelintirnya dengan beragam cara, termasuk dengan menyisipkan kebohongan.
Himbauan Jokowi kepada masyarakat Jakarta untuk merayakan malam takbiran di masjid-masjid setempa dipelintir menjadi larangan konvoi keliling Ibu Kota di malam takbiran.