Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konvensi Partai Demokrat Bukan Mencari Capres

28 Agustus 2013   17:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:41 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Demokrat (PD) sudah memulai pelaksanaan konvensi calon presidennya. Sayang bagi partai yang dibesarkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini pelaksanaan konvensi yang semestinya bisa meningkatkan citra partai ini waktunya bersamaan dengan terbongkarnya kasus SKK Migas yang kemungkinan akan menyeret Sekretaris Majelis Tingginya, Jero Wacik. Ditambah lagi kasus mega proyek Hambalang yang mulai memasuki episode barunya. Tidak hanya itu terbitnya buku ‘Anas Tumbal Politik Cikeas’ akan memberikan warna kusam dalam pelaksanaan konvensi.

Sampai hari ini, PD baru melaksanakan pra-konvensinya yang diikuti Dino Patti Djalal, Anies Baswedan, Endriartono Sutarto, Hayono Isman, DPD Irman Gusman. Gita Wirjawan, Pramono Edhie Wibowo, Sinyo Harry Sarundajang , Ali Masykur Musa, Marzuki Alie, Dahlan Iskan.Isran Noor, Mahfud MD, Rustriningsih, dan Rusdi Kirana.

Dari nama-nama yang sudah memastikan ikut dalam konvensi, menurut survei opinion leader yang diselenggarakan Lembaga Survei Indonesia (LSI) hanya Mahfud MD, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan. Endriartono Sutarto, dan Pramono Edhie Wibowo yang namanya dimasukkan ke dalam daftar untuk dinilai kapabilitas, integritas, dan akseptabilitassebagai syaratuntuk dicapreskan. Di sini Mahfud berada di urutan teratas dari 18 nama tokoh dengan poin 79 (Jokowi tidak dimasukan kedalam daftar nama yang disurvei).

Namun, kemenangan pemilu bukan semata ditentukan oleh kabalitas, integritas, dan akseptabilitas, tetapi juga oleh tingkat popularitas. Menurut hasil survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) yang digelar pada 9-16 April 2013 hanya Dahlan Iskan dengan tingkat popularitas 42,6 persen, Mahfud MD 39,6 persen, Pramono Edhie Wibowo 20,2 persen, dan Gita Wirjawan 8,4 persen.

Masih dari rilis survei yang sama, ternyata hanya Mahfud MD yang tingkat elektabilitasnya bisa diperhitungkan, itupun hanya 2,4 persen. Tingkat elektabilitas ini jauh di bawah Jokowi 28,6 persen, Prabowo Subianto sebanyak 15,6 persen, Aburizal Bakrie 7 persen, Megawati Soekarnoputri 5,4 persen, dan Jusuf Kalla 3,7 persen.

Bila melihat data di atas, maka nama peserta yang paling mudah “dijual” PD adalah Mahfud MD dengan tingkat popularitas 39,6 persen. PD tinggal menggenjot popularitas Mahfud. Namun demikian meningkatnya popularitas belum tentu sejalan dengan naiknya tingkat elektabilitas. Contohnya adalah Rhoma Irama, popularitas Rhoma tinggi, tapi elektabilitasnya rendah. Pemilih yang mengenal Mahfud belum tentu akan memilihnya. Sekalipun Mahfud MD tidak terlibat dan bersih dari kasus-kasus yang sedang digarap KPK, namun pemilih tentunya secara langsung akan menghubungkan peserta konvensi PD ini dengan kasus Kasus SKK Migas dan mega proyek Hambalang. Dengan demikian, konvensi ini tidak akan menghasilkan capres, dengan tingkat elektabilitas tinggi.

Selain tidak akan menghasilkan capres dengan tingkat elektabilitas tinggi, PD pun dihadapkan dengan tingkat elektabilitasnya sendiri yang menurut survei terakhir Lembaga Survei Nasional hanya memperoleh 6,1 persen. Dengan elektabilitas rendah, PD tidak memiliki nilai tawar kuat untuk menempatkan jagonya sebagai calon presiden.

Hambatan lain yang dihadapi oleh PD adalah presidential treshold (PT) di mana pasangan capres-cawapres harus diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu yang memenuhi perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR-RI atau memperoleh 25 persen dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR-RI.

Dengan tidak adanya peserta konvensi yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi, dan rendahnya tingkat elektabilitas PD sendiri, ditambah lagi dengan aturan PT, maka PD tidak akan mungkin mengulangi kesuksesannya di tahun 2004, di mana hanya dengan 7,45 persen namun bisa memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI. Maka harapan tertinggi peserta konvensi PD adalah diusulkan menjadi calon wakil presiden.

Bila melihat situasi terakhir, sudah ada 2 partai yang mendeklarasikan secara resmi capresnya yaitu Golkar yang mengusulkan Aburizal Bakrie serta Gerindra dengan Prabowo Subiyanto sebagai jagonya. Sementara Hanura sudah mendeklarasikan pasangan capres-cawapresnya yaitu Wiranto dan Hary Taoesoedibjo.

Sudah pasti, dengan tingkat elektabilitas partai dan pasangan calon yang rendah, maka pasangan Hanura ini bisa dihilangkan dari kontestan pilpres. Sementara menurut berbagai hasil survei Prabowo Subiyanto merupakan calon terkuat. Sedang, meskipun elektabiitas ARB rendah namun Golkar merupakan pesaing terdekat dari PDIP.

Meskipun PDIP diprediksikan akan meraup suara terbanyak, namun ketidakharmonisan hubungan SBY dan Megawati merupakan penghalang bagi PD untuk berkoalisi dengan PDIP, siapa pun calon yang bakal diusung oleh PDIP nantinya. Dengan demikian pada pilpres 2014 nanti, hasil konvensi PD akan dipasangkan sebagai calon wakil presiden dari Prabowo atau ARB.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun