Mohon tunggu...
Garan Paruta
Garan Paruta Mohon Tunggu... -

sedang menimba ilmu untuk kebaikan bersama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Berterima Kasih

4 Maret 2013   12:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:20 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada suatu sore ditengah hiruk pikuk perkotaaa. Seorang ibu yang pulang dari kantornya berniat membeli makanan untuk santap malam di rumahnya. Maka setelah sengaja ia pergi ke daerah pertokoan yang menjual makanan. Disana tersedia berbagai jenis makanan. Layaknya sebuah pertokoan, setiap kios yang menjual makanan tersebut berlomba lomba menarik minat pembeli dengan tampilan yang menarik, baik dari gerobak hingga makanan yang disajikan.

Tak lama setelah ibu itu berjalan, ia masuk ke sebuah kios yang menjual ayam bakar. Ia sengaja membeli ayam bakar di sana karena tempat yang bersih dan menjanjikan. Ketika masuk ia melihat sedikit sekali orang yang sedang makan, beberapa anak muda yang pulang sekolah. Ketika ia ingin memesan makanan, datanglah si pelayan menghampiri si ibu dan bertanya apa yang ingin di pesan. Tak lama menunggu, pesanan si ibu tersebut selesai, segera ia menghampiri pelayan tersebut dan ingin membayar. Tanpa ada perkataan terima kasih si pelayan langsung memberikan makanan tersebut kepada pembeli. Dalam hati si ibu berkata “ luarnya saja bagus padahal dalamnya tidak payah, jadi males dateng ke sini lagi”.

Budaya Indonesia yang lebih ke arah timur secara otomatis membuat masyarakat akan lebih santun dalam segala hal. Salah satunya adalah budaya berterimakasih. Memang terkesan hal sepele dan tidak terlalu penting. Namun kalimat sederhana itu dapat membuat citra yang mendalam bagi setiap orang, apalagi dikatakan pada kondisi yang tepat. Misal dalam ilustrasi tersebut, apabila si pelayan mau mengucapkan kalimat TERIMA KASIH maka ibu tersebut kemungkinan akan datang kembali untuk membeli makanan di kios tersebut. Walaupun tampilan luar yang ditampilkan mampu membuat seorang pembeli berminat untuk datang, namun akan sia sia jika dalam pelayanan tidak mampu memberi citra yang baik terhadap barang dagangan.
Kalimat ampuh tersebut juga mampu mengubah perasaan seseorang, dalam suatu kisah ketika sepasang suami istri yang sedang bertengkar dan memutuskan untuk tidak saling menegur selama beberapa hari. Pada suatu ketika, sang istri mencuci piring dan tidak sengaja menjatuhkan piring, ketika ia ingin membersihkan serpihan kaca yang berserakan, salah satu serpihan itu melukai tangan istri. Ia menjerit. Secara langsung sang suami datang menolong istrinya untuk mengeluarkan serpihan yang menempel. Secara otomatis sang istri berkata “ terima kasih pah”, perkataan itu membuat sang suami luluh dan memutuskan untuk kembali berbaikan.

Saat ini budaya berterima kasih sudah mulai luntur dari kebiasaan orang indonesia. Ketika saya pergi ke warung untuk membeli sesuatu, saya suka memperhatikan apakah si penjual akan mengucapkan terima kasih. Namun faktanya hanya beberapa toko yang penjualnya berterima kasih. Muncul pertanyaan di benak saya, apakah bangsa kita akan meninggalkan kebiasaan baiknya yang dulu membuat bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang ramah ?.

Memang di luar sana masih banyak orang yang senantiasa mengucapkan kalimat ringan tersebut, namun tetap tak bisa di pungkiri banyak orang tersebut tidak bisa menjamin keberlangsungan budaya berterimakasih. Maka selayaknya kita bisa kembali membiasakan budaya tersebut, supaya kita bisa kembali di kenal sebagai bangsa yang ramah dan anak cucu kita juga menuai manisnya Indonesia yang ramah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun