Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka untuk Letjen TNI (Purn) Johannes Suryo Prabowo

22 Juli 2014   17:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:35 34384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam sejahtera. Syalom.

Semoga Bapak selalu dalam lindungan Tuhan Yang Mahakasih setelah berlelah menjadi anggota tim sukses Bapak Prabowo Subianto. Izinkan saya lancang menulis surat terbuka ini kepada Bapak di saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih merekapitulasi suara guna menentukan siapa yang memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 hari ini, Selasa 22 Juli 2014.

Maafkan saya, Pak, kalau selama ini saya tidak mengenal Bapak. Saya baru tahu siapa sesungguhnya Bapak setelah saya menyaksikan tayangan video di Youtube ketika Bapak berpidato (menghasut?) di depan jemaat/umat Kristen yang sedang mengikuti Ibadah Pengucapan Syukur atas Kemenangan Prabowo-Hatta 2014-2019 di Jakarta Convention Center (JCC) hari Jumat, 18 Juli 2014.

Begitu “lemah lembutnya” Bapak saat “berkhotbah” padahal Bapak berlatarbelakang militer, namun isinya sangat menyentuh emosi jemaat. Sayangnya, kalau jemaat tidak dewasa, apa yang Bapak sampaikan dalam kebaktian itu bisa ditafsirkan bahwa Bapak sedang menebarkan kebencian dan kecurigaan.

Penasaran dengan Bapak, saya lalu googling di internet dan di Wikipedia saya menemukan informasi tentang Bapak. Sebagai sesama murid Kristus, saya bangga dengan Bapak, ternyata sebagai prajurit TNI, Bapak berpangkat letnan jenderal dan pernah dipercaya oleh negara sebagai  kepala staf umum TNI. Sebagai orang Semarang, saya otomatis bangga, sebab Bapak dilahirkan di Semarang 60 tahun yang lalu.

Luar biasa, Bapak pun pada tahun 1998 pernah menjadi wakil gubernur Timor Timur. Sejumlah prestasi dan penghargaan juga pernah Bapak dapatkan. Wow, Bapak ternyata juga seorang pluralis dan politikus, lalu aktif di Partai Gerindra dan menjadi anggota tim sukses pasangan capres/cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Begitu banyak prestasi dan kehebatan Bapak, baik saat Bapak menjadi taruna Akabri, maupun setelah Bapak aktif di dinas kemiliteran dan negara mempercayakan kepada Bapak untuk menduduki jabatan-jabatan penting yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu.

Namun, maafkan saya, setelah saya menonton tayangan video Youtube di sini (https://www.youtube.com/watch?v=aTj4IUO8MWg), simpati saya kepada Bapak kok jadi tergradasi, nyaris sirna. Oleh sebab itu, sebelum lebih banyak lagi orang yang punya pendapat atau berpikiran sama dengan saya, saya mohon Bapak sebagai orang yang dekat dengan Bapak Prabowo menyarankan kepada tim sukses capres yang Bapak dukung  menghapus tayangan tersebut dari Youtube. Selain merugikan Bapak dan Pak Prabowo, tayangan tersebut juga bisa memunculkan dampak tidak baik bagi umat Kristen di Indonesia.

Mengapa saya mengatakan tayangan tersebut dapat memunculkan dampak tidak baik? Yang pasti, setelah menonton video tersebut, banyak orang akan berkesimpulan bahwa Bapak, capres Prabowo-Hatta dan pendukungnya, dan sebagian umat Kristen (terutama jemaat yang hadir di JCC malam itu) hendak memaksakan diri bahwa Prabowo-Hatta harus menang apa pun yang terjadi.

Dalam rangka itu sampai-sampai pendeta Edward Gultom dalam doanya “memaksa” Tuhan agar memenangkan Prabowo-Hatta.

Saya bisa memahami dalam iman Kristen memang diajarkan bahwa Tuhan itu SUDAH memberi, bukannya “AKAN” memberi; Tuhan SUDAH mengabulkan, bukannya AKAN mengabulkan. Tapi, tentunya akan lebih bijak jika di dalam doa tersebut, disertai dengan kata-kata “biarlah kehendak Tuhan yang terjadi.”

Saya khawatir (semoga tidak), doa Pdt Edward Gultom jika dikaitkan dengan pilpres bisa ditafsirkan sebagai “provokasi” yang dibungkus dalam doa.

Bapak bisa bayangkan bagaimana perasaan jemaat (orang-orang Kristen yang mendukung Prabowo) jika terbukti ternyata Prabowo kalah?

Sangat mungkin mereka akan berprasangka buruk bahwa capres yang menang berbuat curang sebagaimana Bapak Yohannes Prabowo sampaikan pada acara kebaktian ucap syukur tersebut. Apalagi sebelumnya Bapak Hashim Djojohadikusumo juga mengungkapkan hal seperti itu.

Bapak Yohannes yang saya hormati.

Mohonlah kita objektif dan berlogika sedikit saja dalam melihat situasi yang terjadi berkaitan dengan pilpres kali ini.

Dalam kebaktian itu, Bapak Hashim menuduh ada pihak yang curang dalam pemungutan suara 9 Juli lalu di sejumlah TPS, terutama di DKI Jakarta. Mengapa ketika tim Bapak yakin bahwa Prabowo-Hatta akan menang berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) empat lembaga survei yang tim Bapak sewa, Bapak dan tim Bapak tidak sekali pun menyebut kata “ada kecurangan”?

Tapi mengapa setelah perolehan suara menunjukkan gejala Prabowo-Hatta kalah, tim Bapak baru menyebarluaskan istilah “curang” lewat media, termasuk dalam kebaktian pengucapan syukur untuk kemenangan Prabowo-Hatta di JCC?

Maaf, Pak Yohannes, jika memang Bapak dan jemaat yang hadir di acara kebaktian itu beriman bahwa Tuhan SUDAH beri kemenangan kepada Prabowo-Hatta, mengapa harus memunculkan istilah “curang”? Bukankah itu wujud ketidakpercayaan kepada Tuhan yang SUDAH memberi kemenangan kepada Prabowo-Hatta? Logikanya, kalau Tuhan SUDAH memberi kemenangan, mengapa Bapak mesti mengajak jemaat yang hadir di JCC untuk ganti membalas bahwa yang melakukan “kecurangan” adalah lawan Prabowo-Hatta?

Mari Pak kita simak apa yang dikatakan Bapak Hashim Djohadikusomo di acara kebaktian tersebut dan rekamannya telah beredar di mana-mana lewat Youtube. Beliau mengatakan bahwa di DKI Jakarta ada kecurangan yang bentuknya adalah banyak pemilih yang memilih hanya menggunakan KTP tanpa dilengkapi formulir A-5. Pak Hashim menyebut jumlahnya ada 300.000.

Kalaulah angka yang disebut itu benar, sadarkah Pak Hashim bahwa di dalam 300.000 itu, banyak juga yang memilih Prabowo-Hatta? Katakanlah 300.000 pemilih tersebut, semuanya memilih pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, dan semua suara itu dihibahkan ke capres yang Bapak Yohannes dukung, apakah bisa nilainya signifikan untuk memenangkan Prabowo-Hatta?

Tim Bapak kemudian mengajukan keberatan melalui Bawaslu dan Bawaslu kemudian merekomendasikan agar KPU DKI Jakarta menggelar pemungutan suara ulang (PSU) di 13 TPS. PSU pun sudah dilakukan, dan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla tetap unggul.

Entah dari mana asal-usulnya, tim Bapak kemudian minta pemilu presiden diulang, sebab ada 5.000 lebih TPS di Jakarta yang melakukan kecurangan. Di mana para saksi Bapak pada waktu itu? Padahal setahu saya, banyak TPS di Jabodetabek yang tidak dihadiri para saksi dari capres nomor urut 2.

Bapak Yohannes Prabowo yang saya hormati.

Kembali ke kebaktian pengucapan syukur atas kemenangan Prabowo-Hatta di JCC Jumat 18 Juli yang rekaman videonya ada di https://www.youtube.com/watch?v=aTj4IUO8MWg.

Saya sungguh terkejut, Bapak yang lemah lembut dan mengaku sebagai Katolik ternyata bisa melakukan provokasi dengan cara yang lemah lembut.

Bapak menyamakan Pak Prabowo dengan Yesus yang difitnah dan diejek tapi tidak pernah membalas. Meskipun beliau penganut Islam, Bapak mengatakan bahwa Pak Prabowo lebih Kristen daripada orang Kristen.

Maaf, Pak, saya tidak akan mengungkit masa lalu Pak Prabowo, mohon jawab dengan hati yang bersih, jujurkah Bapak ketika berbicara seperti itu? Ingat lho Pak, dari tayangan video tersebut, orang bisa menebak Bapak jujur atau berbohong.

Bapak juga mengatakan bahwa umat Kristiani-lah yang paling yakin bahwa Prabowo-Hatta menang. Saya salut dengan iman yang Bapak anut. Lalu apa bedanya dengan takabur? Bagaimana jika hasilnya terbalik? Bukankah keyakinan Bapak bisa meruntuhkan iman umat Kristen, setidaknya jemaat yang hadir di JCC malam itu? Lalu bagaimana dengan keyakinan umat Kristen lain yang berada di kubu Jokowi-JK yang juga punya optimisme yang sama?

Bapak mengatakan “mereka” (sebelah sana) panik sehingga selalu mengatakan “curang-curang”. Maaf, Pak, Bapak akhirnya berbicara seperti ini di forum yang sangat terhormat (ibadah pengucapan syukur) sebenarnya wujud sukacita bakal meraih kemenangan atau malah justru Bapak yang panik?

Yang juga membuat saya terkejut, Bapak sebelumnya menyatakan kagum kepada Pak Prabowo yang “sangat Yesus” (tidak membalas meskipun dihina), tapi sebagai seorang pengikut Yesus tulen (?), Bapak justru menyerukan pembalasan kepada pihak yang belum tentu melakukan apa yang Bapak tuduhkan.

Saya kutip pernyataan Bapak: “Oleh sebab itu mulai hari ini kita harus beritakan bahwa mereka curang di lebih dari 5.000 lebih TPS di DKI. Kita tidak bisa diamkan!”

Bapak Johannes, bijakkah kata-kata Bapak di atas? Jika memang yang Bapak tuduhkan benar “kubu sebelah” melakukan kecurangan, haruskah Bapak membalas sesuatu yang juga menyakitkan? Apakah Bapak bisa memberikan bukti bahwa di TPS DKI Jakarta yang Bapak sebut 5.000 lebih terjadi kecurangan? Bentuk kecurangannya seperti apa? Bukankah UU sudah mengatur kalau terjadi kecurangan, tim Bapak bisa segera melaporkan kasusnya ke Bawaslu? Mengapa Bapak dan tim Bapak diam saja ketika “kecurangan” itu terjadi dan baru berteriak setelah (maaf) kubu Bapak tidak bisa melakukan kecurangan?

Maaf, Pak, meskipun Bapak tidak menyebut nama, Bapak telah berperilaku tidak sopan ketika Bapak menyebut gesture capres yang Bapak tidak dukung,  tidak segagah dengan capres yang Bapak dukung. “Teman sebelah nunduk terus (celingus), sama dengan istri saya kalau saya pulang malam,” begitu kira-kira kata Bapak.

Sudahlah, Pak, mari kita simak terus perhitungan hasil final suara pilpres di KPU yang tinggal beberapa jam.

Semoga capres yang Bapak dukung menang, sehingga Bapak dan kawan-kawan Bapak, juga jemaat, pendeta dan pastor yang hadir dalam kebaktian ucap syukur kemenangan bagi Powo-Hatta di JCC Jumat 18 Juli tidak dipermalukan. Dengan begitu kebaktian ucap syukur yang pasti berbiaya besar itu tidak sia-sia.

Namun, jika pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang Tuhan perkenankan menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia lima tahun mendatang, bersikaplah ksatria, dan segeralah menyelenggarakan kebaktian penghiburan buat pasangan Prabowo-Hatta.

Saya percaya, Bapak yang berlatar belakang militer dan beriman kepada Kristus siap menerima bahwa semua yang terjadi atas Indonesia ini atas kehendak Allah, bukan kehendak manusia.[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun