Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Suasana Paskah Putih di Jerman Selatan

1 April 2013   02:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:55 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paskah adalah perayaan umat Kristen di seluruh dunia. Kegiatan yang identik dengan acara keagamaan ini adalah menyembunyikan telur dan memakan coklat/roti berbentuk kelinci.

Apa yang dilakukan masyarakat Jerman (yang mayoritas beragama katolik roma) di sekitar saya pada hari paskah? Paskah atau natal, ya? Semua, kok, serba putih. Tidak biasanya. Ini seharusnya sudah musim semi dimana tempat garing dan bunga berkembang. Ya ampun, salah musim di negeri yang amat sangat ramah lingkungan ini.

[caption id="attachment_252176" align="aligncenter" width="610" caption="Suasana minggu paskah di Jerman selatan, putih"][/caption]

***

Paskah putih

Hari Sabtu, 30 Maret 2013, Jerman menerapkan Uhr Vorstellen. Memajukan jam sebanyak satu jam lebih awal dari biasanya. Kalau pagi masih buta sekali, malamnya lebih terang. Wahhh! Kalau tidak biasa bisa jetleg.

Hari Minggu, 31 Maret 2013, jalanan tampak sepi. Orang Jerman menyebutnya Ostersonntag, yang kata orang dianggap sebagai berakhirnya puasa paskah 40 hari. Hari itu disebut masyarakat sebagai weißen Sonntag pula, tak tahunya … hari minggu benar-benar putih! Salju di daerah selatan tempat saya tinggal, turun memenuhi permukaan bumi dengan Schneeflocken, butiran salju besar.

Pada saat itu banyak keluarga yang berdiam diri dirumah. Mereka berkumpul bersama sanak keluarga untuk makan dan minum bersama sembari silaturahmi dan mengobrol.

Acara menyembunyikan telur dilakukan didalam rumah karena kalau di kebun tidak bisa terlihat lantaran salju bertebaran, mana dingiiiiiiiin.

Apa yang dilakukan orang Jerman pada minggu paskah?

[caption id="attachment_252182" align="aligncenter" width="622" caption="Duduk, makan dan ngobrol bersama"]

13647574531763168179
13647574531763168179
[/caption]

O (7 tahun) adalah teman anak saya. Ia sebenarnya ingin bermain ke rumah kami pagi-pagi. Sayang, tidak diperkenankan sang ayah. Si gadis kecil bermata biru hanya datang mengantar tiga bungkus isi coklat, telur dan hadiah kecil lalu pulang. Ya. Ia harus mengerti bahwa hari ini merupakan hari keluarga. Acara paskah minggu ini memang sudah disetting sebagai hari dimana semua berkumpul bersama, usai ke gereja.

Mamanya misalnya, telah mengundang kedua orang tuanya yang tinggal beberapa meter dari rumahnya. Lalu saudara perempuan dan keluarganya yang tinggal di kota sebelah. Ditambah saudara dan keluarga dari garis papa. A full house!

[caption id="attachment_252178" align="aligncenter" width="452" caption="Coklat dan telur"]

13647566701604284823
13647566701604284823
[/caption]

Agak siang sedikit, seorang tetangga depan rumah yang beristrikan orang Amerika dan tidak memiliki anak, mengirimi anak kami satu pot bunga, sebutir telur warna-warni dengan coklat kelinci sebesar Gaban. Sebagai gantinya, anak-anak kami mengunjungi pada sore harinya untuk mengantar sekotak coklat bermotif bunga sebagai tanda terima kasih.

Saat menutup pintu, saya lihat seorang nenek umur 83 tahun, sedang dijenguk keponakannya. Maklum, sebagai janda yang hidup sendiri tanpa anak pastilah ia butuh dihibur dan dikelilingi orang tercinta dan terdekat. Paskah adalah saat yang tepat. Aduh, saya kok tadi malam bermimpi tentang oma ini ya? Ia dikelilingi bunga mawar berwarna putih yang menghiasi kebunnya yang luas. Arghhh, saya harus datang menjenguknya besok Senin mumpung Jerman sedang liburan nasional, semua dirumah.

Seorang paman dari garis mertua lelaki menelpon kami sebanyak dua kali kemarin pagi dan malam. Pria umuran 87 tahun itu mengundang kami untuk Kaffe trinken alias minum kopi/teh ditemani kue pada sore hari dan meminta anak-anak kami mencari hadiah, telur dan coklat di dalam ruangan. Ini katanya, sebagai rasa terima kasih bahwa kami telah merawatnya selama sakit beberapa bulan yang lalu. Waktu itu anak lelakinya sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malam.

Hari ini, setelah 3 jam kami disana, sebuah SMS muncul di handy. Seorang paman yang lain telah berada di depan pintu dan menanggalkan tiga bungkus isi coklat dan telur untuk anak-anak kami, lalu pergi. Sebenarnya saya sudah ada firasat si paman akan datang, tapi suami saya bilang pasti datangnya hari Senin. Haduhhh … kok tidak memberi tahu, ommm? Kan kami bisa pulang lebih awal untuk menyambut kedatangan paman dan tante yang lain?

Oh ya, dalam SMS itu ia mengatakan telah mengantar coklat untuk anak-anak di hari natal. Hahaha … iya, paman ganteng itu bercanda karena suasana paskah hari ini seperti natal putih. Semua berwarna putih dan dingin. Kelincinya tak mau keluar, kedinginan, yang datang Sinterklas bagi coklat dan hadiah, begitu kiranya. Ada saja.

Sementara itu, kawan saya yang memiliki tiga anak yang telah berkeluarga, sangatlah bahagia. Wanita berumur 67 tahun itu bertemu dengan anak dan menantu serta para cucu di rumah yang penuh sejarah di gang bawah sana. Berbagi kasih di hari paskah. Esoknya, ia berencana untuk mengunjungi seorang nenek umuran 90 tahun yang tinggal sendirian di kota Stuttgart.

Pertemuan keluarga tidak hanya bagi mereka yang beragama kristen/katolik saja. Sebuah keluarga beragama Islam asli Turki tapi lama di Jerman, mengunjungi saudara di Swiss. Silaturahmi ini tidak dalam rangka paskah, hanya mengikuti arus pertemuan keluarga masyarakat Jerman hari-hari ini, ujarnya. Apalagi memanfaatkan hari libur kerja sampai hari Senin. Ow, anak-anak mereka juga mendapat coklat dan telur dari tetangga. Duh, bahagianya. Namanya juga anak-anak.

Sedangkan berita malam di televisi lokal meliput perayaan paskah di Schwarzwald; telur raksasa XXL dengan gambar beragam negara ... lomba lempar telur terjauh, festival musik dan tradisi mencari telur warna pelangi.

Paskah bukan berarti hujan hadiah yang berlebihan

Hari Sabtu malam, suami saya menonton pertandingan tim Stuttgart lawan Dortmund. Kalah 1-2! Sembari menonton di lounge yang berisi lima pria bertubuh tinggi dan besar itu, mereka memperbincangkan tentang hadiah apa yang akan diberikan pada anak-anak (sebagian besar, tunggal). Ditaksir, kocek terkuras barang 150-200 euro. Saya geleng kepala dan membesarkan hati suami saya. Ia tak perlu khawatir dengan perang hadiah ini. Toh tradisi Jerman hanya berkisar coklat dan telur saja. Hadiah itu hanya sebagai pemanis. Iapun membeli hadiah berupa headphone, buku dan celana untuk anak-anak kami. Saya mengangguk meski paskah tidak pernah saya alami sewaktu kecil hingga dewasa di tanah air.

Ketika tanya-tanya tetangga, selain coklat dan telur, anak-anak mereka ada yang mendapat buku, sepeda, baju, voucher dan masih banyak lagi. Entah itu dari orang tua, nenek kakek atau saudara dan tetangga.

Duh, anak-anak Jerman ... apa sih yang tidak mereka peroleh? Kesejahteraan dari pemda, orang tua … lengkap-kap, tidak seperti di Indonesia! Jika anak-anak kami terlalu dimanjakan dengan hadiah saya khawatir bisa jadi boomerang .... Hati-hati sajalah sayanya.

Bagaimana dengan suasana paskah di sekitar Kompasianer? Selamat hari paskah bagi yang merayakan. (G76)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun