Mohon tunggu...
Vhuren D
Vhuren D Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa yang belajar menulis

Manusia biasa yang sering bercerita

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pesta Demokrasi Melahirkan Cakrawala Harapan dan Kekecewaan

26 April 2019   02:40 Diperbarui: 26 April 2019   15:52 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen http://www.informasi-pendidikan.com 

Tidak sederhana memang kerena Demokrasi selalu menghasilkan cakrawalah harapan dan kekecewaan. dan untuk kasus Indonesia selalu ada apologia yang tak perna habis, bahwa demokrasi kita sedang transisi dan sedang konsolidasi (Basri Amin).

Seminggu yang lalu kita melaksanakan pesta demokrasi, hajatan lima tahun sekali untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat. pemimpin dan wakil rakyat menjadi pilar penting untuk memimpin dan mengelolah berbagai potensi bangsa ini. Kepemimpinan seperti apa yang kita butuhkan?

Menurut Basri Amin, kini yang kita butuhkan kepemimpinan yang otentik, institusi yang sehat, dan "mentalitas" kolektif yang mengutamakan akal sehat dan wawasan kedepan.

Patut kita syukuri, penyelenggaraan pesta Demokrasi kita berjalan damai, dan bisa di bilang sukses walaupun info terkini yang kita dapati bahwa, sekitar 225 petugas TPS kita meninggal dunia, tentu ini menjadi duka mendalam bagi bangsa kita. harapan kedepannya harus ada perbaikan-perbaikan mengingat kedepannya kita akan menyelengarakan pesta demokrasi yang lain (PILKADA).

Pada setiap momentum pesta demokrasi, berjuta harapan akan perbaikan di berbagai sektor kehidupan yang akan mengangkat derajat masyarakat. pembagunan yang berpihak kepada rakyat kecil, dan pastinya kemajuan pembagunan setiap daerah. tetapi tak jarang kita temui kekecewaan di mana-mana pasca pesta demokrasi diadakan.

Demokrasi kita hari ini banyak melahirkan elit-elit, yang memandang pesta demokrasi sebagai akumulasi pemilih (voters) dan kekuasaan. 

Mereka memandang demokrasi hanya semata jumlah dan jenis pemilih (voters), padalah yang paling utama dari demokrasi adalah warga (rakyat). di situasi yang di mana pesta demokrasi yang hadir hanya merendakan nasib warga yang di hargai ketika di akumulasi.

Demokrasi hanya akan melahirkan "pemain dan "permainan", ketika nasib warga hanya di hargai ketika di akumulasi

Situasi yang tidak sederhana ini muncul di saat demokrasi kita masih mencari bentuknya. belum lagi rakyat kita yang belum sepenuhnya terdidik, elit yang pragmatis, politik uang masih di temui, dominasi elit yang menguat, kekerasan dan tekanan masih dialami warga, kasus korupsi yang makin bertamba, partai sebagai alat musiman dan sebaran informasi bohong masa bertebaran dimana-mana.

Melihat situasi seperti ini memungkinkan warga menjadi apatis, dan membiarkan semua berjalan seadanya. akankah ada harapan lagi?

Demokrasi menjadi sebuah sistem yang telah banyak menyumbang pembangunan dan perbaikan, walaupun masih ada sisi gelapnya. pilar utama demokrasi adalah warga yang aktif, aktif menentukan hal-hal penting, jalan menjadi penonton dalam setiap penyelenggaraan pemilu. 

Tidak gampang di atur atau di arahkan oleh elit yang berkepentingan hanya untuk berkuasa. tidak mudah di hasut dan di arahkan ke perpecahan. rakyat menentukan nasibnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun