Mohon tunggu...
Lidya Prastuti
Lidya Prastuti Mohon Tunggu... -

announcer, enthusiastic students, have big passion in singing and cooking, love writing, and absolutely i'm a future wife

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepotong Surga di Tanah Jawa

26 April 2012   13:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekspedisi cincin api yang dilakukan Kompas memang sangat fenomenal dan menginspirasi. Bukan saja menguak tentang fenomena alam saja, namun juga tentang sejarah dan budaya yang ada di sekitar rangkaian cincin api di bumi Indonesia ini.

Bicara mengenai cincin api, secara kebetulan beberapa waktu lalu saya berhasil mengunjungi salah satu gunung yang juga sempat dikunjungi juga oleh Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas, yakni Gunung Ijen atau Kawah Ijen. Banyak hal menarik yang mengiringi perjalanan saya yang saat itu bersama keluarga ketika kami mengunjungi Kawah Ijen. Bahkan saya bisa mengatakan bahwa perjalanan ke Kawah Ijen ini adalah salah satu liburan terbaik yang pernah saya alami.

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, keluarga saya selalu merencanakan liburan yang ditempuh menggunakan kendaraan pribadi alias touring kecil-kecilan. Destinasinya bisa bermacam-macam dan yang jelas tidak terlalu membutuhkan budget besar dan mahal. Bisa dibilang saya sangat beruntung karena seperti yang saya bilang tadi, bahwa liburan terakhir saya kemarin merupakan salah satu perjalanan terbaik yang saya alami. Berangkat hanya dengan berangan-angan berlibur ke pantai dan hutan malah diberi ‘bonus’ tambahan menemukan a little piece of heaven di tanah Jawa.

Sebelum memutuskan ke Gunung Ijen sebenarnya saya sekeluarga sempat bingung menentukan destinasi wisata setelah kami mengunjungi Pantai Papuma di Jember, karena memang liburan saya sekeluarga biasanya diwarnai hal-hal spontan yang jarang terencana, tergantung medan yang dilalui. Lalu kami teringat cerita beberapa kerabat yang pernah mengunjungi Kawah Ijen, banyak yang mengatakan bahwa disana kita akan menemukan pemandangan yang bagus sekaligus wisata kawah yang menakjubkan meskipun harus ditempuh dengan jarak 3 kilometer dengan berjalan kakk. Selain itu, saya teringat salah satu artikel yang saya baca bahwa salah satu destinasi terbaik di Indonesia yang harus dikunjungi adalah Kawah Ijen dan PTPN XII yang memang berada di satu kawasan. Dan jadilah kami berangkat kesana.

Tanpa peta, tanpa GPS sehingga kami hanya mengandalkan penunjuk jalan dan petunjuk beberapa orang yang kami temui di jalan. Berangkat dari Jember kami menuju Bondowoso, sampai di Bondowoso kami dibuat bingung kembali dengan arah jalan menuju Gunung Ijen, dari bertanya ke kantor polisi sampai mencari di search engine, Google, sepertinya tidak membuat kami puas. Namun kami memutuskan untuk mengikuti saran bapak polisi.

Jujur, perjalanan yang kami tempuh terasa sangat jauh dan lama, entah karena memang jauh atau karena kami sekeluarga penasaran untuk segera sampai ke Gunung Ijen. Dari gerbang masuk kawasan wisata Gunung Ijen dari arah Bondowoso hingga bisa sampai ke tempat tujuan, tepatnya di kawasan PTPN XII kurang lebih berjarak 55-60 kilometer, dengan jalan yang agak rusak dan berbatu sehingga membutuhkan jarak tempuh yang lebih lama. Namun, saya sekeluaga saat itu dibuat kagum dengan kegigihan warga sekitar yang menempuh jalan yang rusak tersebut hanya dengan menggunakan sepeda motor.

Benar saja, sampai di kawasan PTPN XII saya sekeluarga dibuat takjub dengan pemandangan yang ada, Gunung Ijen menjulang masih tampak nun jauh disana, namun kami cukup lega dengan melihat hamparan perkebunan kopi yang bisa dibilang sempurna! Ternyata rekomendasi dari artikel yang saya baca di sebuah majalah tidaklah salah. Dan ketika sampai hari sudah menjelang petang, kami memutuskan untuk bermalam di penginapan yang dikelola oleh PTPN XII dan kemudian besok pagi melanjutkan perjalanan untuk mendaki Gunung Ijen.

Jangan dikira menanti sampai besok akan membosankan, kawasan PTPN XII adalah salah satu tempat yang luar biasa menurut saya. Suatu kawasan yang dibuat oleh penjajah Belanda untuk menanam kopi, lengkap dengan tempat peristirahatan serta pabrik pengolahan kopi yang akan membuat kita rindu kembali. Beruntung, meskipun waktu itu adalah musim liburan ternyata masih ada penginapan tersisa bagi kami, tepatnya yang ada di desa Belawan yang bernama Catimor Homestay. Satu desa yang berada di lembah yang menawarkan sesuatu yang tidak akan terlupakan, penginapan dengan bangunan peninggalan Belanda, ditambah pabrik pengolahan kopi dibelakangnya.

13354838821156755271
13354838821156755271
1335483954280136800
1335483954280136800

Esok paginya, sesuai informasi yang kami dapat dari petugas penginapan dan pengunjung lainnya, untuk naik ke Gunung Ijen waktu terbaiknya adalah pagi hari sampai menjelang pukul 11 siang sehingga terhindar dari gas beracun dan agar dapat menikmati keindahan Kawah Ijen. Jadilah pada pukul 7 pagi kami sekeluarga sudah bersiap berangkat, jarak tempuh dari Desa Belawan menuju Kawah Ijen sekitar 14 kilometer. Perjalanan yang kami tempuh bisa dikatakan menyenangkan, meskipun badan jalan termasuk cukip sempit kami sekeluarga dapat menikmati pemandangan alam gunung yang mempesona sehingga tidak menjemukan.

1335484044781495968
1335484044781495968

Sesampai di pintu penjagaan untuk pendakian kami bertemu cukup banyak wisatawan, setelah membeli karcis kami bersiap untuk naik. Sebenarnya kami sekeluarga cukup ragu untuk naik ke Kawah Ijen karena kami semua tidak mempunyai persiapan apapun, tidak memakai sepatu, tidak memakai pakaian yang layak untuk mendaki gunung dan tanpa persiapan fisik. Kami agak malu dengan wisatawan lain terutama wisatawan mancanegara yang bersepatu dan mengenakan pakaian olahraga. Sehingga bisa dikatakan bahwa pendakian ini hanya berbekal nekat saja, padahal jalan yang akan kami lalui cukup terjal, menanjak, licin dan sejauh 3 kilometer. Jarak 3 kilometer bagi kami adalah jarak yang cukup jauh lebih-lebih karena kami adalah keluarga yang jarang berolahraga, ditambah lagi kami semua hanya mengenakan sandal jepit yang sangat tidak pas untuk naik gunung.

1335484100163885892
1335484100163885892

Beberapa ratus meter pertama kami cukup bertahan dengan kondisi track pendakian, namun semakin jauh kami semakin lelah dan sering terpeleset sehingga di beberapa titik kami harus melepas sandal dan mendaki tanpa alas kaki. Namun, sesekali di perjalanan kami juga bertemu dengan hewan-hewan liar yang bisa sedikit mengalihkan pikiran kami dari lelahnya mendaki. Sayangnya saat pendakian kami tidak bisa bertemu dengan para penambang belerang Kawah Ijen yang terkenal gagah berani itu karena kunjungan kami kesana bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Menurut cerita para penambang itu bisa mengangkut 90-120 kilogram belerang di pundak mereka menuruni gunung sejauh 3 kilometer, luar biasa!

Di kilometer 2 kami bisa sedikit lega karena kami sampai di pos peristirahatan, kami berhenti sebentar untuk membeli minum dan makanan ringan untuk mengganjal perut kami yang mulai lapar, selain makanan dan minuman, dijual juga kerajinan dari batu belerang yang diambil penambang yang kemudian dibentuk menjadi pajangan yang lucu dan unik. Tak mau berlama-lama karena takut matahari semakin tinggi, kami melanjutkan perjalanan kami kembali. Perjalanan berikutnya sedikit melegakan karena tidak terlalu menanjak dan jalan yang kami lalui tidak seberapa licin. Semakin naik mendekati kawah, pemandangan yang kami lihat semakin menakjubkan.

133548416253722542
133548416253722542

1335484215545940868
1335484215545940868

Sampai di Kawah Ijen kami dibuat terkagum-kagum dengan ciptaan Tuhan ini, awalnya kami sempat dibuat kecewa karena permukaan kawah tertutup gas atau asap tebal karena kami tiba cukup siang, namun tidak lama kemudian dengan sedikit menunggu, nampak permukaan kawah berwarna kehijauan yang luar biasa menawan, rasanya tidak mau pergi dari bibir kawah dan ingin berlama-lama disana. Tidak lupa kami semua berfoto dan mengabadikan momen yang menakjubkan ini.

13354842931753374481
13354842931753374481

1335484332470842811
1335484332470842811

Turun gunung dan balik ke pos pemberangkatan ternyata sama beratnya dengan naik gunung, kami harus bisa melawan jalan yang curam dan hampir sepanjang perjalanan kami harus benar-benar melepas alas kaki agar tidak terpeleset dan jatuh. Sesampai di area parkir kendaraan atau di pos pemberangkatan hampir sebagian kami tidak merasakan lelah, yang ada hanya rasa takjub dan pertanyaan kapan kami bisa kembali kesini lagi. Pulangnya kami memutuskan untuk lewat jalan yang lain yakni jalan ke arah Kota Banyuwangi, bukan lewat Kota Bondowoso. Beberapa orang yang kami temui mengatakan medannya lebih berat karena jalannya rusak parah namun lebih dekat dibandingkan jika lewat Bondowoso. Medannya benar-benar sulit, namun kami berhasil selamat dan tiba dengan lancar meskipun mobil kami tergolong mobil yang cukup tua untuk naik gunung.

Bagi saya secara pribadi, liburan saya ke Kawah Ijen adalah liburan yang sangat mengesankan, dan sejak itu saya sering menceritakan kepada teman-teman bahwa tidaklah perlu berlibur atau melancong ke mancanegara sebelum mencicipi sepotong kecil surga di tanah Jawa. Tinggal di kawasan cincin api ternyata juga tidak merugikan, kita bisa melihat gunung yang indah-indah dan semuanya amazing! Rasanya tidak sabar ingin mengunjungi gunung-gunung lain di Indonesia. Dan sejak itu, selain jadi sering ‘promosi’ ke teman-teman, saya sendiri jadi lebih mencintai negeri ini, di tengah carut marut bangsa ini ternyata masih banyak hal lain yang patut untuk disyukuri.

Thanks Indonesia!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun