Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kreatifitas Sulit Tumbuh di Tanah Tandus

26 April 2017   05:27 Diperbarui: 26 April 2017   14:01 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aquillacircinus.wordpresss.com

Kreatifitas sulit bertunas jika ia berada di tanah tandus

Mari kita kilas balik kezaman pemerintahan presiden Soeharto pada 15 Agustus 1992, saat pak Soeharto memberikan pidatonya didepan anggota DPR-RI. Presiden Soeharto mengungkapkan, bahwa pembangunan yang dilakukan oleh semua pihak bertumpu pada kreatifitas dan prakarsa masyarakat. 

Kreatifitas masyarakat akan tumbuh jika iklim kemasyarakatan dan iklim usaha ikut mendukungnya, jika kreatifitas ini tumbuh subur di kalangan masyarakat, maka akan menjadi sebuah kunci kemajuan bangsa ini. Dan kewajiban Negara ialah menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong kreatifitas masyarakat tersebut, agar dapat berkembang dan bersaing dengan rival-rival lainnya.

Nah, kalau dari pidatonya tersebut, ada beberapa bagian yang berkaitan dengan kreatifitas dan inovasi,hal ini yang menjadi penekanan di beberapa bagian pidatonya .pengulangan kata kreatifitas, bukan sebuah kebetulan saja, jika kita mengingat bahwa pidato presiden umumnya dibuat ringkas dan hal penting saja yang akan disampaikan, pengulangan kata tersebut sangat meyakinkan untuk mengajak masyarakat lebih kreatif, mengingat bahwa presiden Soeharto peduli dengan, kemampuan masyarakat yang harus dikembangkan, yaitu kreatifitas.

Sekarang ini, apa kabar kreatifitas?, inilah yang harus kita ingatkan kembali kepada orang disekitar kita. 

Dimana, kreatifitas sudah tidak lagi di butuhkan, malah semua orang lebih memilih bertindak berdasarkan kemauan, asal jadi, yang penting Nampak hasil. Itulah sifat yang sering kelihatan dibeberapa bidang pekerjaan, baik di instansi pemerintahan maupun dilingkungan pendidikan. 

Jika kreatifitas digalakkan kembali di masyarakat maka akan lahirlah inovasi-inovasi baru, namun kreatifiitas tidak akan berkembang jika lingkungan tidak mendukung, seseorang akan mengembangkan inovasinya jika dia merasa bahwa lingkungannya merupakan tempat yang aman untuk berkarya, berimajinasi, mengambil prakarsa, karena hanya dengan itu mereka berani mengambil resiko.

Permasalahan yang tidak kunjung selesai silih berganti dihadapi oleh beberapa individu ialah berkurangnya keberanian untuk melahirkan gagasan-gagasan baru, dan jika hal itu terwujud, maka akan muncul penemuan yang merupakan buah dari kekereatifitasan masyarakat. Permasalahan lainnya ialah kekangan dari individu lain sehingga dapat menghambat lajunya pola fikir kreatif dimasyarakat, ide-ide baru tidak akan timbul kepermukaan jika orang yang mengeluarkan ide kereatif merasa ada tekanan dari luar dirinya terlebih dilingkungan pekerjaan, seorang karyawan akan rancuh untuk mengembangkan idenya didepan manager sendiri, terlebih jika dia hanya seorang office boy.

Kreatifitas seseorang tidak dapat kita ukur dengan perkiraan saja, kita tidak mengetahui ide orang yang kita anggap bodoh selama ini, namun bisa melakukan sesuatu dengan nalar kreatifitasnya sendiri untuk melahirkan gagasan dan penemuan baru yang sama sekali sederhana tapi manfaatnya luar biasa. 

Gagasan baru yang datang dari seorang siswa sekolah dasar bisa saja membuat seorang guru besar “geleng kepala” saat melakukan penelitian, dikarenakan seorang yang berpendidikan tinggi sering memikirkan resiko dan hambatan, nah jika anak kecil kita Tanya, untuk melakukan ide kreatifnya maka dia akan spontanitas mengeluarkan gagasan baru yang belum terfikirkan oleh kita sendiri, walaupun tidak semua ide itu dapat terealisasi khususnya di Negara Ini.

Ini Indonesia yang memiliki tanah subur, hampir semua tanaman dapat tumbuh dinegara ini. Pemikiran baru tidak akan tumbuh subur jika tanah yang diberikan adalah tanah tandus.

Asahan, 22 April 2017

Faisal Fahmi Marpaung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun