Mohon tunggu...
Forlan Muda
Forlan Muda Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Sang Petualang Penikmat kata pada alam kabar dan menulisnya dengan sebatas kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Sebagai Investasi Penulis Membangun Demokrasi

22 Juni 2017   11:12 Diperbarui: 22 Juni 2017   11:21 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
commons.wikimedia.org

Partisipasi sosial dalam segala hal bagi bangsa Indonesia adalah usaha dalam pelaksanaan membangun demokrasi.Ini Merupakan salah satu bentuk proses penting mengangkat kembali kegagalan demokrasi dalam negeri.Aktualisasi kegagalan demokrasi Indonesia saat ini sedang efektif akibat menipisnya kesadaran politik yang tendensi,seakan nilai primodialisme sedang diproklamasikan secara intern dengan praktek persaingan poitik bertopeng demokrasi. Adegan gelap yang terus berjalan dan menjalar ini begitu efisien yang menjadikan masyarakat sebagai panggung adu domba yang berujung tumbal politik. Hal Ini memebodohkan masyarakatakan arti sebuah kebebasan berargumen berlandas etika hidup berbangsa.Namun tidak segampang pergerakan teetap bertahan tapi tiba saatnya dimana hitam menjadi transparan.

Kesadaran kolektif dalam masyarakat diuji dengan jelas yang terungkap jelas dalam film Indonesia tahun 2017 berjudul''Jakarta Undercover''.Mengapa harus Jakarta undercover? Pertanyaan ini pernah menghantui pikirianku beberapa hari yang lalu.Karena dengan film ini dapat mengklaim dan penuh kritikan yang sangat mendalam terhadap bangsa Indonesia.Jawaban yang bisa temukan bahwa hidup dalam perkembangan IPTEK semakin hari semakin menuntut kita.Manusia lupa mendefenisikan dirinya yang sebenarnya sebagai bangsa yang berdemokri.Uang dan kekuasaan sebagai tolak ukur pengabdian kepada masyarakat dan berbangsa.Terciptanya actor-akctor penting masyarakat yang bergengsi dengan menggagaskan hidupnya dengan praktek over ackting.

Berkaitan dengan praktek over akcting ini dapat menjawab pertanyaan diatas bahwa film Jakarta undercover menempati posisi yang membuka topeng-topeng kemanusiawian manusia.Kepolosan seoarang penulis bernama Pras dalam film Jakarta Undercover melalui sebuah tulisanannya berjudul Jakarta undercover membuka mata masyarakat bahwa itu nyata. Semua berbaur duniawi dengan kelemahan masing-masing saling membutuhkan.Sebuah Negara merdeka yang berkembang mengembangkan kebebasan berpolitik tanpa menilai kehidupan belandaskan dasar Negara.Cita-cita bangsa yang relevan mengalami kegagalan yang berdaulat.Maraknya Politik makan teman melanda masyarakat akibat oknum-oknum atasan pemerintah.

Sebagai wartawan atau penulis sering dipisahkan dari kesangsian demokrasi karena dinilai sebagai pintu keluar bagi masyarakat.Memposisikan kebenaran secara tepat menjadi cerminan wartawan atau penulis membuka jalan keluar bagi masyarakat demi membangun kembali demokrasi yang berdaulat.Semua substansi elemen pemerintahan menampilkan formalitas kedudukannya yang mengakibatkan masyarakat merasa tertekan.Inilah bukti kepolosan dan transparannya eksistensi wartawan sebagai penulis profesional yang mencatat catatan hitam pemerintahan dan realitas hidup sosial.Mampu menggemparkan dunia dalam satu hari karena tirai hitam dibuka dalam bentuk tulisan merupakan fakta reformasi menciptakan kesadaran bangsa.

Saluran Aspirasi Masyarakat

Berdasarkan tulisan-tulisan diatas ,maka secara tidak langsung keberadaan seorang wartawan adalah sangat membahayakan oknum-oknum terbukti kelalainnya dalam memegang perananya masing-masing.Lebih dari wartawan menempatkan kebebasan bagi masyarakat untuk beraspirasi karena hanya lewat mereka lah ,Segala unek-unek dan argument masyarakat terealisasi.Menjadi pertanyaan ''di mana peran pemerintahan sebagai penyambung lidah masyarakat yang selalu dikatakan bahwa sebagai kekuatan demokrasi yang berdaulat?'' 

Pembaca tentu merasa bingung dengan pertanyaan ini yang mana seakan kelompok tertentu diintimidasi.Penulis tidak mempersalahkan siapa dan membenarkan siapa.Penulis hanya menyadarkan arti sebuah demokrasi yang gagal adalah perjuangan kita bersama.Dan sebagai wartawan atau penulis teruslah berjuang membangun mekanisme demokrasi yang telah digagalkan oleh golongan-golongan tertentu demi politik merebut kekuasaan atau kehidupan sosial yang semu.

Masyarakat akan terus membutuhkan penulis sebagai saluran aspirasi masyarakat berbentuk kotak suara --suara kritis yang lama terkontradiksi dalam berdaulat walaupun profesi penulis secara tidak langsung berinvestasi disetiap kotak suara tersebut.Masyarakat tidak membedakan berapa jumlah hasil investasi penulis namun mereka menilai proses penulis menulis aspirasinya yang mana bukan manipulasi demi kepentingan oknum-oknum yang menggagalkan demokrasi berdaulat.Karena dengan cara ini masa kritis masyarakat bisa diperhatikan secara khusus dan roda pemerintahan berjalan dengan seimbang sesuai hukum dan berdaulat.

Kompasiana Menjadi kerangka Analisis Penulis Kompasiana

Hadirnya kompasiana didunia informasi,sastra dan pemberitaan menjadi sebuah investasi bagi penulis untuk bertransparan yang siap dikritik demi membina manusia professional dalam membangun bangsanya.Membuka mata masyarakat akan semangat memberi aspirasi dan sebagai wadah untuk melihat perkembangan dan solusi setiap bidang kehidupan berbangsa yang penuh kegagalan. Sebab demokrasi adalah syarat mutlak pencapaian gemiang penulis yang dipersiapkan kompasiana untuk menghadapi tantangan yang ebih besar dan pekerjaan baru yang lebih menantang yakni membangun kembali demokrasi Indonesia.Oleh karena itu setiap manusia harus mendefenisikan potensinya terkhusus hadir dengan kekurangan untuk belajar menyikapi hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun