Mohon tunggu...
FitriU Naibaho
FitriU Naibaho Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Konvergensi dan Konglomerasi dalam Jurnalisme Multimedia

18 September 2017   13:53 Diperbarui: 18 September 2017   17:38 2347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mfahmialfan.blogspot.com

Perkembangan teknologi yang pesat telah memudahkan segala aspek dalam kehidupan manusia. Tak terlepas ranah jurnalistik, keberlangsungan hidup para wartawan juga bergantung pada teknologi. Perkembangan teknologi informasi membuat cara memproduksi berita bertambah secara drastis. Hal ini membuktikan bahwa wartawan dituntut bekerja lebih untuk menghasilkan sebuah produk berita.  Dengan kata lain, seorang wartawan harus melakukan riset pasar terlebih dahulu guna memahami karakter pembaca seperti apa yang akan membaca atau mengonsumsi berita-berita yang dibuat.

Jurnalisme merupakan sebuah praktik penyampaian informasi yang terdiridari news gathering, news processing (producing), news editing dan news publishing. Sedangkan Multimedia merupakan hasil dari dua suku kata yang digabung yaitu Multi dan Media. Multi berarti lebih dari satu, dan Media merupakan sebuah alat atau sarana (dalam hal ini komunikasi) yang berupa koran, majalah, televisi, radio, poster, spanduk, baliho, dan lainnya.

Praktik jurnalistik memiliki wajah baru. Jika dahulu hanya media konvensional yang menguasai pasar, kini telah digantikan seiring masuknya teknologi berbasis internet yaitu media digital. Media digital memiliki platform yang berdampak luar biasa. Salah satu faktor utama media digital dewasa ini telah menguasai pasar ialah keterjangkauan penggunaannya. Ada tiga kunci utama yaitu, kemudahan mengonsumsi, biaya relatif murah dan kecepatan informasi.        

Kemudahan mengonsumsi dibuktikan dengan fenomena "one click". Fenomena "one click" merupakan ciri khas dari "new media" yang juga berdampak pada praktik jurnalistik. Kini, untuk mendapatkan informasi audiens tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkannya. Hanya dengan menggunakan piranti digital mereka seperti smartphone, komputer, tablet/ipad mereka telah mendapatkan informasi yang mereka inginkan secara mudah. Tidak perlu ada kegiatan menonton televisi, membeli koran ataupun majalah, bahkan untuk sekedar mendengarkan radio.

Selain itu, biaya yang relatif murah menjadikan tingkat konsumtif yang tinggi. Audiens, hanya perlu merogoh kocek untuk membeli paket internet guna mendapatkan jaringan untuk menikmati informasi secara online. Hanya dengan membeli paket, maka konsumen dapat menikmatinya selama kurang lebih satu bulan namun mengonsumsi informasi setiap hari. 

Wajah berbeda ditampilkan oleh media konvensional, konsumen harus melakukan aktivitas membeli koran dengan tarif yang berlaku dan relatif mahal serta membelinya setiap hari jika membutuhkan informasi tersebut. Hal serupa juga terjadi dengan Televisi. Beberapa tayangan Televisi yang berbayar juga menghambat konsumen untuk mencapainya. Karena tidak semua orang mau mengonsumsi tayangan televisi berbayar.

Terakhir, kecepatan informasi yang kita dapat. Masyarakat urban, membutuhkan informasi secara cepat. Hal ini disajikan dengan praktis oleh hadirnya era digitalisasi. Semua media berlomba untuk menyajikan informasi (dalam hal ini berita) secara cepat namun minus verifikasi dan akurasi. Hingga timbul fenomena hoax ; kabar burung/informasi palsu, berita bohong. Kecepatan informasi digunakan berbagai media untuk mendapatkan rating. Namun, jika ditelaah lebih jauh, meningkatnya rating sebuah media tidak berbanding lurus dengan kualitas informasi sebagai hasil produk berita mereka. Hal ini mungkin akan berdampak pada konsumen yang cerdas dalam memilah informasi yang mereka terima.

Lalu, dari tiga faktor utama hadirnya "new media" dalam praktik jurnalisme multimedia tersebut diatas bagaimana?  Para pekerja media dalam hal ini wartawan, akan membuat produk berita mereka dalam "multimedia". Tak bisa dipungkiri, wartawan multimedia menemukan tantangan seperti pengelolaan waktu, keterbatasan alat, dan adaptasi dengan lingkungan sekitar. Terlebih, pakar mengkritik karakter media online yang mengedepankankecepatan berita. Alhasil, menjadi penting bagi wartawan multimedia untuk tetap berpedoman pada etika jurnalistik yang menekankan pada verifikasi dan akurasi berita.

Jurnalisme multimedia merupakan paket lengkap dari sebuah perusahaan media pemberitaan. Jurnalisme multimedia menggunakan hampir semua media yang ada yaitu televisi, radio, koran, majalah, poster dan lainnya. Produk multimedia sebagai hasil dari proses produksi berita melalui teks, visual, video, grafis, animasi, musik yang akan dikonsumsi manusia.

Sedangkan jurnalisme onlinemenayangkan segala bentuk proses multimedia melalui platform digital milik mereka. Hampir semua kegiatan pada media konvensional serta jurnalisme multimedia ada di jurnalisme online. Sementara itu, bisnis media online juga mulai muncul sejak tahun 1996. Tempo mengklaim meluncurkan portalnya pada tanggal 6 Maret 1996.

Muncul dan berkembangnya jurnlasime multimedia membawa Indonesia pada pesatnya cakupan informasi yang diterima. Hal tersebut juga memperluas wawasan seluruh lapisan masyarakat. Karena kini tidak membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk sekedar menikmati tayangan televisi hingga kebaruan informasi terkini. Namun, disamping itu muncul istilah konvergensi media sebagai dampak dari jurnalisme multimedia. Konvergensi media didefinisikan sebagai penggabungan media massa dengan teknologi digital yang berkembang saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun