Setelah membaca tweet tentang ditemukannya makam Raja Inggris, Richard III yang terkubur dengan tangan terikat dan dikubur dalam liang lahat yang tidak menghormatinya sebagai raja. Di mana lahan tersebut terletak di bawah lahan parkir di halaman kantor Dewan Kota di Leicester, Inggris menggiring benak saya menyelami sejarah kelam Kerajaan Inggris Raya yang pada rentang tahun 1300 - 1500 terlibat konflik, mulai dari sesama keluarga, dengan bangsa Viking hingga dengan Romawi. Kematian Raja Richard III dan raja inilah satu-satunya raja terakhir yang terbunuh dalam peperangan yang selanjutnya kematiannya menghantarkan dinasti Tudor mengisi tahta Britania Raya selanjutnya. Dapat kita saksikan miniseri "Tudor" tentang akhir kekuasaan Richard III dan skandal-skandal kerajaan di awal tahun 1500-an.
Perseteruan antara keluar monarki dalam memperebutkan wilayah kekuasaan absolut juga semakin carut-marut yang dapat kita ikuti dari cerita-cerita karangan Shakespeare yang sezaman dengan keadaan kegelapan tersebut. Jika kita menilik rekaman artikel pada wikipedia, sepertinya pemberian nama pangeran atau bangsawan sungguh tidak kreatif dengan nama-nama yang beredar Henry, Charles, Edward, George, Richard sehingga nama-nama tersebut saat menjadi raja ditulis dengan urutan sama seperti saat kita membuat akun fesbuk yang beragam dengan menambahkan sebutan Part I, Part II, dan seterusnya.
Kelaliman dan keganjilan antar keluarga kerajaan Inggris, tidak terlepas dari kedekatan pertalian darah yang diikat dalam perkawinan atau hubungan suami istri (yang menurut saya cenderung menghasilkan anomali resesif hereditas dan dalam pelajaran Biologi ada kasus mengenai kanker darah yang diwariskan melalui pertalian cabang keluarga/ branch family tree dari keluarga kerajaan ini). Kita semakin menyadari bahwa aroma nikmatnya kekuasaan hanya boleh dialami oleh segelintir penguasa dan tentu saja untuk memperkuatnya hanya keluarga-keluarga dekat yang menyokong dan mendukung yang boleh terlibat (efek nepotisme). Selain itu intrik kekuasaan semakin melupakan kaidah-kaidah kemanusiaan, melupakan harkat dan martabat luhur yang berwibawa, intrik seks dan petualangan seks serta skandal terjadi berulang-ulang sampai saat ini.
Tentu itu bertentangan dengan nilai-nilai normatif yang kita anut, tapi bangsa ini semakin permisif dan bergeser menuju ke arah sana.
Berdasarkan drama dan perjalanan sejarah kerajaan Britania Raya pada rentang tahun di atas, kita perlu belajar sekaligus mewaspadai, jangan-jangan aroma kekuasaan itu telah terhirup oleh segelintir pihak yang sangat menyenangi bahwa berkuasa itu memabukkan dan mengenakkan?