Mohon tunggu...
Firman Hidayat
Firman Hidayat Mohon Tunggu... -

Pernah bekerja di bank asing dan mengajar di salah satu universitas di Jakarta. Profesi terakhir sebagai peneliti ekonomi, dan merupakan alumni dari University of Illinois-USA, program Master of Science in Policy Economics. Meluangkan waktu senggang untuk menemani istri, membaca buku, dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Gyeongbokgung Palace: Jejak Peninggalan Dinasti Joseon

10 Mei 2011   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:52 2919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_108563" align="aligncenter" width="640" caption="Gyeongbokgung Palace/Admin (Korea Tourism Organization)"][/caption] Seandainya aku punya mesin waktu, ingin rasanya kembali ke zaman kerajaan Korea tahun 1395. Itulah keinginan yang aku rasakan ketika mengunjungi Gyeongbokgung Palace, sebuah istana yang besar nan megah yang dibangun pada zaman dinasti Joseon. Gyeongbokgung Palace, sebuah nama yang indah yang mempunyai arti "tempat yang diberkati oleh kahyangan". Barangkali nama tersebut memang tidak berlebihan karena dilihat dari sudut pandang fengshui, posisi istana Gyeongbokgung sangat strategis. Gyeongbokgung terletak di jantung kota Seoul dan diapit oleh dua buah gunung yaitu Gunung Bugaksan di bagian belakang dan Gunung Namsan di bagian depan istana. Gyeongbokgung Palace dibangun di atas area tanah seluas hampir tujuh ratus ribu meter persegi dan jumlah bangunan sebanyak lima ratus buah, serta dikelilingi oleh tembok beton. Istana ini mempunyai empat pintu gerbang yang tinggi dan kokoh. Pintu gerbang utama Gyeongbokgung Palace dikenal dengan nama Gwanghwamun (lihat foto). Ketika melihat Gwanghwamun, anganku langsung menerawang jauh membayangkan film silat yang pernah aku tonton. Dalam film silat sering digambarkan perang antar pasukan dari dua kerajaan yang berbeda dimana pasukan yang melakukan penyerangan harus bersusah payah mendobrak pintu gerbang kerajaan yang akan diambil alih. Itulah sebabnya kenapa pintu gerbang kerajaan harus dibuat kokoh, yaitu agar bisa menghambat gerak pasukan musuh yang akan menyerang. [caption id="attachment_108494" align="aligncenter" width="300" caption="Gwanghwamun, tampak dari dalam istana (by Firman Hidayat)"][/caption] Gwanghwamun memiliki tembok beton yang kokoh dengan tinggi sekitar tujuh meter. Di atas tembok beton tersebut, berdiri bangunan yang menyerupai rumah dengan gaya arsitektur Tiongkok dimana atap bangunannya dihiasi ornamen yang didominasi oleh warna hijau (lihat foto). Fungsi bangunan ini adalah sebagai tempat bagi penjaga istana untuk mengawasi kondisi di sekeliling pintu gerbang. Pada bagian bawah, terdapat tiga pintu masuk besar yang digunakan sebagai lalu lintas keluar masuk istana. Daun pintu masuk Gwanghwamun terbuat dari kayu tebal yang dicat dengan warna merah tua.

[caption id="attachment_108499" align="aligncenter" width="300" caption="Gwanghwamun, tampak dari luar istana (by Firman Hidayat)"][/caption]

[caption id="attachment_108500" align="aligncenter" width="300" caption="Atap Gwanghwamun (by Firman Hidayat)"][/caption] Meskipun para pengunjung bisa bebas keluar masuk Gwanghwamun, namun aku bisa membayangkan pada masa Dinasti Joseon pasti tidak sembarangan orang bisa melewati pintu gerbang utama tersebut. Beberapa penjaga kerajaan yang bermuka dingin dan bersejata lengkap membuat suasana di pintu gerbang menjadi semakin menyeramkan. Gwanghwamun memang dijaga oleh sekitar dua puluh pengawal kerajaan yang berdiri baik di sisi luar maupun sisi dalam pintu gerbang. Para penjaga tersebut bersenjatakan tombak, pedang, dan panah (lihat foto).

[caption id="attachment_108502" align="aligncenter" width="300" caption="Penjaga Istana Gyeongbokgung (by Firman Hidayat)"][/caption] Yang menarik disini adalah tepat pada pukul 12.00 waktu setempat terjadi prosesi pergantian penjaga pintu gerbang Gwanghwamun. Upacara ini menggambarkan bagaimana para penjaga tersebut melakukan pergantian. Sekitar dua puluh penjaga pengganti berjalan dan berbaris rapih menuju pintu gerbang untuk menggantikan penjaga lama dengan diiringi alunan musik ala Korea (lihat foto). [caption id="attachment_108503" align="aligncenter" width="300" caption="Penjaga Pengganti (by Firman Hidayat)"][/caption] [caption id="attachment_108504" align="aligncenter" width="300" caption="Upacara Pergantian Penjaga Istana (by Firman Hidayat)"][/caption] Kalau kita masuk lebih dalam lagi ke kawasan istana, kita akan menjumpai dua buah pintu gerbang (sebut saja pintu gerbang kedua dan ketiga). Berbeda dengan Gwanghwamun, dua buah pintu gerbang tersebut terbuat dari kayu dan bukan tembok beton. Jarak antara masing-masing pintu gerbang (Gwanghwamun-pintu gerbang pertama-pintu gerbang kedua) adalah sekitar seratus meter. Setelah pintu gerbang ketiga, kita akan menjumpai bangunan utama Gyeongbokgung Palace. [caption id="attachment_108507" align="aligncenter" width="300" caption="Aku dan Istri dengan latar belakang pintu gerbang ketiga (by Firman Hidayat) "][/caption] Geungjeong-jeon, itulah nama bangunan utama istana tempat dimana biasa diselenggarakan kegiatan kenegaraan, menerima utusan dari pihak luar, upacara penobatan raja, pentasbihan putra mahkota, dan upacara perkawinan (lihat foto). Bangunan ini berdiri di atas dua tingkat teras batu dimana masing-masing teras dikelilingi oleh tembok pembatas yang tidak terlalu tinggi. Sungguh kagum rasanya melihat tata ruang Geungjeong-jeon. Setiap bentuk bangunan dan interior memiliki arti tersendiri. Dari sekian banyak interior yang ada, perhatianku tertuju pada singgasana raja. [caption id="attachment_108513" align="aligncenter" width="300" caption="Geungjeong-jeon (by Firman Hidayat)"][/caption] [caption id="attachment_108516" align="aligncenter" width="300" caption="Lay-out Geungjeong-jeon (by Firman Hidayat)"][/caption] Singgasana raja berdiri di atas panggung sekitar satu meter dan didominasi dengan warna merah. Aku menduga panggung singgasana yang dibuat tinggi adalah untuk menggambarkan kedudukan raja yang mempunyai status tertinggi di dinasti Joseon. Di belakang singgasana, terdapat latar belakang bergambar gunung Bugaksan. Disini sekali lagi, background tersebut dimaksudkan untuk mempertegas bahwa kekuasaan raja didukung oleh kekuatan alam (gunung). Di sebelah kanan dan kiri singgasana berdiri dua buah pilar tinggi berwarna merah yang menggambarkan kekuatan yang akan senantiasa melindungi sang raja. [caption id="attachment_108517" align="aligncenter" width="300" caption="Singgasana Raja Dinasti Joseon (by Firman Hidayat)"][/caption] Hal lainnya yang menarik perhatian adalah tempat duduk para sekretaris negara. Sang raja mempunyai enam sekretaris yang masing-masing duduk di bagian depan sebelah kanan (tiga sekretaris) dan kiri (tiga sekretaris) singgasana. Selain itu, aku juga tertarik pada ornamen yang menghiasi plafon Geungjeong-jeon. Ornamen tersebut sangat indah dengan didominasi oleh warna hijau, biru, dan merah (lihat foto). [caption id="attachment_108520" align="aligncenter" width="300" caption="Tempat Sekretaris Kerajaan (by Firman Hidayat)"][/caption] [caption id="attachment_108522" align="aligncenter" width="300" caption="Ornamen Plafon Geungjeong-jeon (by Firman Hidayat)"][/caption] Setelah puas mengamati Geungjeong-jeon, aku pun melihat bangunan dimana raja dan keluarga berisitirahat. Bangunan tempat tinggal raja, atau yang disebut Gangnyeong-jeon, tidaklah terlalu besar dan terletak di belakang bangunan utama istana. Namun demikian, tata ruang bangunan tersebut sudah mencerminkan tata ruang rumah modern. Arsitek yang merancang Gangnyeong-jeon telah memisahkan antara ruang istirahat, ruang keluarga, dan ruang baca. [caption id="attachment_108523" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan Istirahat Raja (by Firman Hidayat)"][/caption] [caption id="attachment_108525" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang Baca Raja (by Firman Hidayat)"][/caption] Yang cukup mengagetkan, ternyata dinasti Joseon pada waktu itu telah mengenal ilmu astronomi dan menciptakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui waktu dan musim. Alat ini berupa mangkuk logam dengan jarum penunjuk waktu berada ditengah-tengah mangkuk tersebut. Dengan bantuan matahari orang-orang pada dinasti Joseon dapat mengindentifikasi waktu dan musim.

[caption id="attachment_108526" align="aligncenter" width="300" caption="Alat Penunjuk Waktu dan Musim (by Firman Hidayat)"][/caption] Itulah sekelumit cerita tentang jejak peninggalan Dinasti Joseon yang telah berhasil membawaku kepada suasana di abad 14.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun