Mohon tunggu...
Firdausiyahh
Firdausiyahh Mohon Tunggu... Konsultan - S1 PWK UNEJ, 19

191910501075

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Green Airport Hanya dengan Dana 45 M?

28 Maret 2020   19:17 Diperbarui: 28 Maret 2020   19:33 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Kota transit adalah sebutan bagi Kota Banyuwangi. Kota yang terkenal akan hal-hal mistisnya ini hanya menjadi tempat persinggahan bagi lalu lintas Jawa dan Bali. Hal inilah yang menyebabkan Banyuwangi susah maju, karena akses transportasinya yang sulit.

Akses ke Banyuwangi melalui jalan darat memang sudah mulus, namun sayangnya jaraknya masih cukup jauh. Untuk ke Surabaya jaraknya 300 Km dengan waktu tempuh 7-8 jam, pastinya banyak yang akan berpikir ulang untuk mengunjungi Banyuwangi.

Maka satu-satunya cara untuk dapat mengembangkan Banyuwangi adalah dengan pembangunan bandara. Sebab satu-satunya akses termudah dan tercepat untuk mencapai Banyuwangi adalah dengan  menggunakan pesawat.

Pembangunan bandara di Banyuwangi sebenarnya sudah di rencanakan sejak masa kepemimpinan Bapak Samsul Hadi, Bupati Banyuwangi periode tahun 2000-2005. Bandara ini lokasinya berada di Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, sekitar 17 Km dari pusat kota Banyuwangi sendiri.

Namun pembangunan tersebut sempat mangkrak bertahun-tahun. Bahkan pembangunan ini juga menyeret Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna kedalam penjara karena kasus pembebasan lahan.setelah semprat mangkrak cukup lama, akhirnya pembangunan ini dilanjutkan hingga pada tanggal 29 Desember 2010 penerbangan komersial dibuka untuk pertama kalinya.

Bandara Banyuwangi ini terus mengalami perkembangan tiap tahunnya. Pada tahap awal bandara Banyuwangi hanya memiliki landasan pacu sepanjang 900 m dan lebar 23 m di tahun 2005. Lalu pada tahun 2012 landasan pacunya ditambah menjadi 1.800 m dan meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi 2.225 m.

Pembangunan Bandara Banyuwangi hanya menghabiskan dana sekitar 45 M. Bisa dibilang pembangunan ini cukup murah dengan hasil yang sudah sangat baik, jika dibandingkan dengan daerah lain yang bisa menghabiskan dana hingga ratusan miliar.

Untuk anggaran yang digunakan juga tidak membebani anggaran Negara. Bandara Banyuwangi ini tidak dibangun dengan menggunakan APBN seperti di daerah lain, melainkan dibangun dengan menggunakan APBD Banyuwangi, yang berarti Banyuwangi membangun bandara dengan kekuatannya sendiri.

Penggunaan APBD dalam proses pembangunan bandara ini karena pertimbangan untuk mempercepat proses pembangunanya. Meskipun dana yang digunakan dalam proses pembangunannya dapat dibilang kecil, namun Bandara Banyuwangi sangat representif dan ikonik.

Kondisi bangunan bandaranya juga terpelihara dengan baik, karena Pemerintah Banyuwangi menganggarkan biaya pemeliharaan Bandara Banyuwangi sebesar Rp 100 juta perbulannya.

Bandara ini mulanya bernama Bandar Udara Blimbingsari, namun berdasar Keputusan Menteri Perhubungan Republik IndonesiaNomor KP 830 Tahun 2017 diubah menjadi Bandar Udara Banyuwangi. Alasan perubahan ini adalah agar lebih melekat dengan daerah Banyuwangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun