Mohon tunggu...
Yudha Firatmo
Yudha Firatmo Mohon Tunggu... -

Pujakesuma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dimanakah Sejatinya Makam Pangeran Diponegoro?

17 Februari 2016   17:06 Diperbarui: 17 Februari 2016   17:21 5483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu bila mendengar pertanyaan seperti pada judul diatas, kebanyakan orang akan menjawab, di Makasar. Seperti yang tertulis dalam buku sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang selama ini kita baca dan pelajari dalam pelajaran Sejarah dan buku-buku pelajaran yang ada sampai saat ini.
Namun berbeda halnya dengan sebagian orang meyakini keberadaan makam pangeran Diponegoro berada di Sumenep. Kok bisa begitu ya? Hal inilah yang memunculkan rasa penasaran saya, untuk memastikan kebenaran informasi ini. Untuk itu, saat liburan Imlex tanggal 08 Februari 2016 yang lalu. Saya mencoba mencari jawab, akan rasa penasaran saya ini. Untuk itu selain dengan tujuan ingin menikmati tempat-tempat wisata di Sumenep di Ujung pulau Madura, dengan wisata pantai-pantainya, Masjid Agung peninggalan Kerajaan Sumenep, wisata sejarah seperti keraton Sumenep, yang menurut pengelola Museum Keraton Sumenep adalah satu-satunya peninggalan Keraton yang masih ada untuk wilayah Propinsi Jawa Timur, yang masih terjaga kelestariannya, hanyalah keraton Sumenep. Saya, menyempatkan diri untuk berziarah kemakam raja-raja Sumenep yang dikenal kawasan ini dengan nama Asta Tinggi.

[caption caption="Makam Pangeran Panji Panjang Jiwo"][/caption]

Kala itu, sudah sore menjelang. Udara dingin mulai terasa menusuk kulit, mengingat cuaca mendung dan gerimis mulai turun membasahi bumi. Namun hal ini tidaklah menyurutkan langkahku untuk tetap memcoba mencari jawab, akan rasa penasaranku akan cerita dari mulut ke mulut yang telah ku dengar, bahwa makam pangeran Diponegoro berada di Sumenep. Setelah ku bersimpuh dan berdoa di beberapa tempat, di antara makam-makam di Asta Tinggi, Aku berdoa di samping makam Pangeran Panjang Jiwo, yang tak lain nama lain dari Prabu Arya Wiraraja (Raja Pertama Kerajaan Sumenep), mohon maaf bila saya salah karena saya sendiri hanya sekilas mendengar dari sang penutur atau penjaga makam. Setelah selesai, saya mencoba bertanya kepada sang juru kunci makam, masih adakah makam lain selain di dalam kompleks Asta Tinggi ini? Kemudian sang juru kunci menjawab, "ada di belakang", yaitu makam Pangeran Diponegoro, kata beliau tanpa ragu. Mengingat saat itu hujan turun dengan lebatnya, maka kami tidak dapat langsung menuju kemakam yang dimaksud. Sambil menunggu hujan agak reda, sang juru kunci bercerita singkat, bagaimana cerita ini bisa terjadi. Bermula dari seseorang yang bertafakur dan berdoa di seputaran makam, kala itu mendapat petunjuk dengan ditemukannya tulisan di daun lontar dan petunjuk bathinnya bahwa di dekat dia melakukan tapa semedhinya, ada makam yang harus dihormati, yaitu makam pangeran Diponegoro berserta istrinya, yang dikuburkan berdampingan. Terus pertanyaan saya selanjutnya, kenapa hal ini tidak disampaikan secara resmi oleh pemerintah? Alasan beliau juga masuk akal juga, takut akan merubah sejarah yang selama ini telah masuk dalam kurikulum pendidikan kita, bahwa disitu tertulis, makam pangeran Diponegoro berada di Makasar.
Kemudian saya tidak berhenti sampai disitu saja, saya mencoba mencari jawab dari sisi yang lain. Kembali sang juru kunci berkisah. Bahwa dikisahkan dulu, pangeran Diponegoro dibawah perlindungan Prabu Arya Wiraraja (mohon maaf jika salah sebut), karena bukti impiris saya jujur tidak tahu. Menyelamatkan pangeran Diponegoro dari kejaran Belanda dengan menyembunyikan beliau di lingkungan keraton sampai meninggalnya di Sumenep. Karena kesaktian beliau, diserahkannya kepada belanda, orang yang mirip atau menyerupai pangeran Diponegoro kala itu, dan akhirnya yang diserahkan kepada belanda inilah yang dimakamkan di Makasar.
Singkat cerita, hujan mulai reda, sang juru kunci makam pun menuntun langkah saya mengitari kompleks makam di Asta Tinggi, dengan tanpa beralas kaki untuk menuju dimana di akui oleh penduduk setempat sebagai makam pangeran Diponegoro dimakamkan. Dan akhinya sampailah kami di makam yang berada di belakang kompleks pemakaman. Disitu ada dua makam di dalam rumah khusus, yang berdiri sendiri, atau terpisah dari megahnya kompleks pemakaman Asta Tinggi. Setelah ku berdoa sebentar di area makam tersebut, kami diajak lagi oleh sang juru kunci makam untuk melihat, dimana bekas tempat kuda pangeran Diponegoro minum. Disitu ada tempat seperti cekungan di tanah yang berada dibawah pohon besar, dimana disitu diyakini sebagai tempat minumnya kuda pangeran Diponegoro. Karena senja mulai menjelang, dan tubuh lebih setelah melakukan perjalanan 5 jam dari kota Surabaya, ditambah basahnya rambut ini karena hujan, maka kami putuskan untuk segera pulang, dan menuju kepenginapan.
Pertanyaan selanjutnya muncul dibenakku. Dimana sebenarnya makam pangeran Diponegoro berada? Jawabnya secara tertulis pasti di Makasar, karena fakta sejarah yang ditulis adalah di Makasar. Namun, bagaimana bila benar Sang Prabu Arya Wiraraja benar memberikan kepada Belanda, adalah Pangeran Diponegoro yang palsu, yang akhirnya wafat dan dimakamkan di Makasar?
Itulah sejarah, yang bisa di putarbalikan sesuai dengan kepentingan politik, situasi dan kondisi saat itu. Namun bila ditanya hatiku? Hatiku akan menjawab, sesuai dengan suara hatiku, makam pangeran Diponegoro benar ada di Sumenep.
Hanya Tuhanlah yang tahu kepastian ini, apalagi kisah super Heroik dari sang Pahlawan JAWA yang diakui oleh Belanda paling susah untuk ditaklukan adalah hanyalah kisah masa lalu. Disaat aku belum terlahir......

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun