Mohon tunggu...
Ilma Amalia
Ilma Amalia Mohon Tunggu... Human Resources - Human Resource Development

Learner | An HR | Fakultas Sains Kognitif dan Pembangunan Manusia | University Malaysia Sarawak | blog pribadi: fiqrah-amalia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop untuk Menipu

22 Juli 2017   16:04 Diperbarui: 23 Juli 2017   04:12 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dok.pribadi


Kejahatan kini sudah tidak segan segan lagi menggunakan teknologi. Tidak sedikit yang menjadi korban termasuk di negara kita. Di lansir dari Norton Report pada tahun 2013, tindak kejahatan cyber di Indonesia sudah memasuki status darurat. Tercatat sekitar 400 juta korban kejahatan cyber tiap tahunnya dengan kerugian finansial  mencapai USD 113 miliar. 

Ini masih menggunakan data beberapa tahun sebelumnya. Saya belum menemukan data terbaru tentang jumlah korban pada tahun-tahun setelahnya. Tampaknya Undang undang nomor 11 tahun 2008 tentang Internet dan Transaksi Elektronik masih belum mampu meredam cyber-crime ini. Berbagai macam cara kriminal berbasis teknologi seperti SMS atau email penipuan yang menawarkan berbagai macam hadiah berupa uang tunai dan barang, dapat juga berupa telepon yang meminta kita mentransferkan sejumlah uang atau mencari data kita secara terselubung.

Untuk kedua kasus ini penulis sendiri pernah mengalaminya. SMS dari nomor asing dan menyatakan bahwa saya memenangkan undian suatu bank konvensional lalu meminta saya membuka alamat web tertentu yang itu adalah suatu blog (bahkan yang gratis, karena ada blog yang berbayar) yang ujungnya "....blogspot.co.id." Amboi.. saya yang juga seorang blogger hanya bisa cengengesan melihat tipuannya yang begitu ketara. Pun kalau saya mau, saya juga bisa memanipulasi blog sedemikian rupa lalu mengatakan bahwa blog tersebut adalah tempat untuk klaim hadiah yang pemenang dapat. Saya tak pernah mencoba membuka alamat link abal-abal tersebut karena menurut saya hanya buang-buang waktu. Tapi saya perkirakan isi blog tersebut ujung-ujungnya akan meminta data rekening dan akun si korban.

Asumsi saya target yang dibidik adalah para orangtua yang tak begitu update dengan teknologi namun memiliki handphone atau gadget untuk urusan tertentu.

Untuk pengalaman selanjutnya adalah melalui telepon. Akan saya bagi cuplikan percakapan saya dengan si penipu. Ini terjadi beberapa tahun yang lalu ketika saya masih pelajar SMA yang baru selesai ujian akhir. saya langsung mencatat percakapan ini sebagai dokumentasi tepat selepas telepon tersebut ditutup, karena kebetulan saya yang sedang iseng berhadapan dengan laptop. Dan sebagai keterangannya percakapan ini terjadi di pagi hari, ibu saya adalah seorang guru SD sudah pergi mengajar dan ayah saya pun sudah pergi bekerja.

*kriing (telpon rumah berdering)

Saya:"halo?"

Penipu: "halo ibu, anak ibu yang di sekolah jatuh ibuu..!" (suara cemas, seperti seorang ibu-ibu yang hampir menangis)

Saya: "siapa?" (nanya intonasi datar, karena malas meladeni tapi bingung -_-)

Penipu: "anak ibu itu,, aduh siapa itu namanya.. yang lagi sekolah.."(gak bisa nyebut nama karena kalau nyebut bisa langsung dikira salah sambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun