Mohon tunggu...
Finni Fitri
Finni Fitri Mohon Tunggu... -

Muslim, Minang,TK-ITB 2004, ex-PNS, Entrepreneur, A Wife, Anti JIL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perdebatan

30 Juni 2014   16:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:10 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404093771575540375

Jika kita melihat 2 orang atau 2 kelompok berdebat. Mungkin akan sulit mencari titik temu jika keduanya berangkat dari 2 pemahaman, ideologi dan wawasan (3 poin) yang berbeda. Semakin berbeda, maka perdebatan bukannya menghasilkan satu kesimpulan yang sama namun hanya akan menghasilkan perpecahan yang tidak perlu terjadi.

Saya menganalogikan 3 poin yang berbeda itu sebagai “sudut pandang”. Kita misalkan ada 2 orang yang berbeda pendapat sedang melihat objek yang sama yaitu sebuah gedung tinggi yang panjang kali lebarnya sama. Dari depan gedung, orang pertama melihat gedung itu berupa persegi panjang (rectangle) dengan panjang kali lebar berbeda. Dari atas gedung, orang kedua melihat gedung itu berupa persegi (square). Lalu keduanya saling menyalahkan pendapat masing-masing tanpa mau mencoba berpindah tempat dari pengamatannya semula. Keduanya tidak mau ‘saling’ bertukar posisi untuk melihat hasil pengamatan masing-masing. Kalau menurut hemat saya bukan tidak mau, tapi bisa jadi tidak mampu karena perbedaan sudut pandang tadi.

Semenjak kita lahir hingga sekolah dan memasuki dunia kerja dan masyarakat. Tentu tempaan dan paparan ilmu dan pergaulan amat memengaruhi lahirnya perbedaan sudut pandang ini. Contohnya saja untuk poin Ideologi dan Wawasan, orang yang satu universitas namun berbeda jurusan saja bisa berbeda. Bahkan yang satu jurusan bisa berbeda jika kedua mahasiswa mengikuti kegiatan extra dan komunitas pergaulan yang berbeda di luar kelas.

Kesadaran akan perbedaan inilah yang Inshaa Allah akan membuat kita semakin aware dengan sebuah perdebatan yang sedang terjadi. Apakah perdebatan itu akan membuahkan hasil bermanfaat atau hanya “buang waktu” karena dasar pemikiran dari awal sudah jauh berbeda. Lebih parah lagi kalau perdebatan sudah ditunggangi emosi dan ketidakobjektifan melihat sesuatu dan lebih mengutamakan ego pribadi. Indikator pertama perdebatan yang ditunggangi emosi biasanya salah satu pihak mulai mengeluarkan sindiran/ sarkasme/ sumpah serapah/ hinaan/caci maki yang konteksnya DILUAR dari masalah yang diperdebatkan. Sebaiknya perdebatan seperti ini kita tinggalkan karena sia-sia dan tidak akan memberi manfaat bagi kedua belah pihak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun