Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Setiap Ada Perubahan, Pasti Kompasianer Bergolak

11 Juni 2017   23:47 Diperbarui: 13 Juni 2017   15:27 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang sebetulnya tak ada yang benar-benar baru, semua adalah caplokan dari yang sudah ada. Eh betul ndak ya begitu? Kalau salah tolong dimaafkan. Begitu juga dengan perubahan tampilan yang kini dilakukan oleh Kompasiana, tak ada yang baru sebenarnya.

Sebagai kompasianer senior yang sudah merasakan 3 kali pergantian template, saya merasa kali ini dilakukan dengan cukup elegan. Kompasiana tidak serta merta merilis langsung tema terbarunya. Namun, Kompasiana sempat mengundang 7 juta kompasianer terlebih dahulu untuk uji coba. Kalau saya udah pasti gak pernah diundang kalau jam kerja. Admin pasti tahu, kecuali jadwalnya jalan-jalan ke Raja Ampat (cuma ngingetin ya min).

Seperti judul yang saya tuliskan, setiap ada perubahan pasti Kompasianer bergolak. Mulai dari susah login, adaptasi dengan tampilan baru hingga sistem baru yang benar-benar berbeda (susah login, susah publish karena tulisan tiba2 hilang setelah tekan tombol publish ini case lama yang sempat berlarut). 

Teman saya yang membidangi UI/UX mengatakan perubahan yang siginifikan itu fatal, benar-benar fatal. Kalaupun mau ada perubahan, itu harus ada dasar yang kuat (survei user). Perubahan boleh saja tapi jangan sampai user jadi kikuk dengan tampilan baru. Maka, perubahan itu sebaiknya dicicil, bukan langsung borongan. Itu petuah yang saya lihat diterapkan di beberapa situs e-commerce. Perubahan ada, tapi bertahap dan tidak dalam porsi yang sangat besar.

Misalnya saya punya sebuah rumah, apa jadinya kalau saat saya pulang kerja, tiba-tiba tampilannya berubah. Mending kalau berubahnya makin cakep, makin elegan, makin smooth, lah ini nyari pintu masuknya aja susah. Bisa saja pintunya sudah ketemu, eh tapi kok kuncinya gak bisa berfungsi dengan baik. 

Ya, itu kan cuma sekadar illustrasi. Artinya jangan sampai ada perubahan yang benar-benar membuat usernya sampai lupa gimana caranya login bahkan lupa caranya menulis lagi. Sayangnya temlen berkata lain, utamanya generasi babyboomers dan gen X yang udah cuap-cuap di media sosial dan WAG tentang tampilan baru yang bikin bingung. Wajar dong, namanya juga tampilan baru. 

Namun demikian, perubahan kali ini boleh lah saya angkat topi sama tim admin dan tim IT. Jeroan dalam hampir tidak terlalu banyak perubahan dari sisi UX mungkin hanya dari sisi UI saja. Tapi itupun perubahan minor, masih bisa dipahami dan diidentifikasi poin-poinnya. Contohnya CMS yang digunakan saat ini hampir tidak jauh berbeda dengan versi sebelumnya, betul kan?

sayangnya belum responsive (dok.pribadi)
sayangnya belum responsive (dok.pribadi)
Tim developer punya tugas untuk mendefine persona pembaca dan persona penulis di Kompasiana. Persona ini sangat penting dalam content marketing. Karena itulah target pasar yang dibidik sehingga content yang disajikan sesuai dengan pembacaranya. Saya rasa ini pekerjaan mudah untuk mengidentifikasi pembaca melalui Google Analytics. 

tampilan penuh dok.pribadi
tampilan penuh dok.pribadi
Nah, untuk persona penulis, kalau saya tebak, rata-rata penulis di Kompasiana lebih didominasi oleh generasi gen X. Sisanya mungkin sebagian kecil dari babyboomers dan milenial. Ini juga bisa kok diidentifikasi dari data penulis. Kompasiana pasti punya databasenya. Kalau sebuah produk dirancang sesuai keinginan pasar, tentunya akan lebih mudah diterima bukan? Itulah kenapa situs seperti Kompasiana, Hipwee, Idntimes, Tribuners juga harus mempertimbangkan persona penulisnya.

Tampilan baru Kompasiana sepintas menginduk pada kompas.com yang sudah lebih awal melakukan pembaharuan. Menganut tampilan dua kolom, memang kompas.com kali ini lebih fresh untuk tampilan desktop. Tidak terkesan terlalu penuh dengan banyak perintilan, mungkin ini kiblat yang juga diikuti oleh Kompasiana.

mirip kan sama kompas.com? dok.pribadi
mirip kan sama kompas.com? dok.pribadi
Apapun perubahannya ke depan, ada baiknya justru perubahan-perubahan tersebut sudah diuji versi betanya dan sesuai dengan bagian productnya. Melihat uji coba kompasianer yang diundang ke Palmerah, rasanya rilisnya terlalu cepat. Apalagi dengan sistem pilihan tampilan versi lama dan versi baru yang membingungkan. Casenya ketika kompasianer share link versi baru, ketika di klik oleh temannya di medsos malah redirect ke versi lama. Tapi setelah saya coba login terlebih dahulu dan memilih versi baru, barulah tampilan itu sesuai dengan url yang dipilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun